TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Akibat Tak Melatih Anak Laki-laki Mengerjakan Tugas Rumah Tangga

Anak perempuan merasa orangtua pilih kasih

ilustrasi membantu ayah (pexels.com/Gustavo Fring)

Tugas rumah tangga bisa menjadi media belajar yang tepat buat anak-anak. Ini bukan sekadar tugas orangtua atau asisten rumah tangga, apalagi perempuan. Anak laki-laki juga mesti dilibatkan dalam pengerjaan berbagai pekerjaan domestik. karena sesungguhnya hasilnya juga bakal dirasakan bersama.

Namun, nampaknya tak sedikit orangtua yang masih ragu untuk melatih anak laki-laki untuk melakukan sejumlah tugas beres-beres. Bahkan beberapa orang merasa hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan. Mereka masih menganut ajaran lama yang menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab berbagai pekerjaan domestik.

Kalau kamu juga masih memandang anak laki-laki gak perlu ikut memikirkan apalagi langsung turun tangan membersihkan setiap sudut rumah, mari mengubahnya sebelum terlambat.

Buat kedudukan yang setara antara anak laki-laki dengan perempuan, serta dorong mereka untuk bekerja sama menangani kerepotan sehari-hari di rumah. Jangan sampai enam hal berikut telanjur terjadi pada anak laki-lakimu.

1. Menganggap tugas rumah tangga hanya pekerjaan perempuan

ilustrasi merapikan tempat tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Tidak ada tugas rumah tangga yang dikhususkan buat laki-laki atau perempuan. Semua pekerjaan domestik netral alias tak memandang jenis kelamin dari orang yang mengerjakannya. Pun hasil dari pengerjaan tugas-tugas tersebut bakal dinikmati oleh seluruh penghuni rumah, sehingga tidak ada alasan cuma boleh dikerjakan oleh perempuan.

Lantai dan kamar mandi yang kotor, misalnya, bikin semua orang tak nyaman berjalan dengan kaki telanjang dan mesti menahan bau yang tak sedap di toilet. Setiap makanan dan minuman yang diracik juga mengisi perut semua orang, baik perempuan maupun laki-laki. Maka pengerjaannya seharusnya melibatkan anak laki-laki juga.

Jangan lagi cuma suka menakuti anak perempuan yang gak bersih ketika menyapu kelak bakal mendapatkan suami yang kurang tampan. Sementara anak laki-laki memegang sapu saja gak diperbolehkan.

Beri penjelasan pada semua anak, bahwa membereskan pekerjaan rumah tangga akan membuat kalian lebih nyaman. Ini penting untuk membangun kesadaran mereka, bahwa manfaatnya juga untuk diri sendiri.

2. Tidak menghargai hasil kerja ibu dan saudara perempuannya

ilustrasi menarik pakaian (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kalau anak laki-laki terbiasa cuma tahu beres, dia gak akan punya kepekaan tentang pentingnya menghargai hasil kerja ibu atau saudara perempuannya di rumah. Lantai sudah disapu dan dipel sampai bersih, tapi dengan mudahnya kembali dikotori oleh anak laki-laki. Misalnya dengan ia tak melepas alas kaki saat memasuki rumah.

Begitu pula pakaian yang sudah disetrika dan ditata rapi di lemari malah diberantakkan seperti dalam ilustrasi. Dia gak punya cukup empati pada orang-orang yang selalu mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. Ini disebabkan ia sendiri tidak pernah merasakan capeknya membereskan beragam tugas domestik.

Jika dia terbiasa melakukannya juga, pasti ia berusaha mempertahankan kebersihan dan kerapian di rumah. Dia juga tak gampang mencela makanan karena tahu memasaknya tidak pernah secepat memakannya. Dalam hal apa pun nantinya anak laki-laki selalu memiliki respek yang tinggi pada orang lain dan apa yang mereka kerjakan.

Baca Juga: 5 Tips Berbagi Tugas Rumah Tangga dengan Anak, Sesuaikan Umurnya

3. Kesulitan saat kelak hidup sendiri

ilustrasi pria mencuci piring (pexels.com/MART PRODUCTION)

Cepat atau lambat anak akan makin besar dan akhirnya keluar dari rumah buat hidup mandiri. Apalagi anak laki-laki yang biasanya gak tahan untuk tidak merantau. Jangan sampai orangtua tak menyiapkan bekal yang cukup buat anak laki-laki merantau.

Bekal yang diperlukan tidak hanya uang, nasihat, dan pendidikan yang selama ini ditempuh. Namun yang tak kalah penting ialah dasar-dasar kemandirian. Termasuk di dalamnya adalah kemampuannya mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. 

Repot sekali kalau semua tugas beres-beres dan menyiapkan masakan yang paling sederhana pun coba diserahkan pada orang lain. Bukannya ia merantau guna bekerja dan mengumpulkan uang, justru menghabiskan uang. Tempat tinggalnya dapat sangat kotor dan gak sehat lantaran jarang sekali dibersihkan.

4. Tidak pengertian pada istri

ilustrasi mengepel (pexels.com/MART PRODUCTION)

Di masa dewasa nanti dia juga bakal berumah tangga. Tugas-tugas domestik pun menanti dan belum tentu ia serta pasangannya mampu membayar jasa ART. Kalau seperti itu, berarti seharusnya semua tugas rumah tangga dikerjakan bersama-sama dengan pasangan.

Tapi karena anakmu sejak kecil sangat jauh dari kegiatan bersih-bersih rumah serta memasak, cuma istrinya yang jungkir balik melakukan semuanya. Tentu saja ini akan membuatnya kelelahan bahkan stres. Menantumu pun punya kesibukan kerja dan sesekali sedang sakit. 

Namun, anak laki-lakimu yang dibesarkan dengan cara yang keliru tidak memiliki kepekaan akan situasi tersebut. Bukannya membantu istri, dia malah bisanya cuma mengomel dan membuat pasangannya kian tertekan. Jangan menjadikan anak lelakimu bebal mengenai kelelahan yang dirasakan pasangannya kelak dengan membebaskannya dari pekerjaan rumah tangga.

5. Melestarikan ajaran tersebut pada anak-anaknya

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/August de Richelieu)

Kamu bakal menyaksikan betapa cara mendidikmu yang gak tepat bisa menjadi semacam lingkaran setan untuk keturunanmu. Dirimu menghindarkan anak laki-laki dari tugas rumah tangga, maka kelak hal yang sama juga diterapkannya pada anak-anaknya. Akibatnya, seluruh keturunanmu yang berjenis kelamin laki-laki kesulitan buat sepenuhnya menjadi pribadi yang mandiri.

Mengerjakan tugas-tugas rumah tangga yang simpel saja mereka gak bisa. Jangan kira rendahnya kemampuan dalam hal ini tidak bakal memengaruhi karier mereka. Orang yang tidak mampu mengurus diri serta tempat tinggalnya biasanya juga bukan pekerja yang baik dan cerdas. 

Mereka sulit membereskan tugas-tugas yang diberikan, tidak disiplin, tak punya standar yang jelas dalam bekerja, dan gagal mengatur jadwal kesibukan. Selain tentu saja, laki-laki yang anti dengan pekerjaan rumah tangga niscaya juga menjadikan pasangannya sebagai pesuruh. Hidup anak dan cucumu yang perempuan dapat gak berkembang sebab selalu dijejali dengan pekerjaan domestik oleh ayah mereka.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya