TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kecemasan Ini Kerap Dialami Orangtua, Salah Satunya Biaya Pendidikan

Butuh dukungan dari orang-orang di sekitarnya

ilustrasi keluarga (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Memiliki momongan dan menjadi orangtua adalah mimpi mayoritas pasangan suami istri. Banyak pasangan ingin segera memiliki anak selepas menikah. Penantian yang lama pun membuat momen menjadi orangtua makin membahagiakan.

Namun, di balik semua kebahagiaan yang dirasakan dengan kehadiran buah hati, orangtua juga kerap mengalami kecemasan. Apalagi, bagi pasangan yang baru dikaruniai anak pertama. Berikut enam hal yang sering dicemaskan oleh orangtua terhadap kelangsungan hidup anak dan keluarganya.

1. Cemas dengan tumbuh kembang anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/RDNE Stock project)

Khususnya untuk anak berusia 3 tahun ke bawah, masalah tumbuh kembang memang menjadi perhatian besar. Orangtua muda akan sangat khawatir apabila anak menunjukkan tanda keterlambatan dalam tumbuh kembangnya. Misalnya, anak sebayanya sudah bisa berbicara dan berjalan, tapi buah hatinya belum dapat melakukan hal tersebut.

Namun, perlu diingat bahwa kecepatan tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda. Mewaspadai tanda-tanda keterlambatan memang penting, tapi jangan terlalu panik. Kalau orangtua mencemaskan tumbuh kembang anak, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak, agar pemeriksaan serta penanganannya lebih tepat.

Baca Juga: 5 Kesalahan Orangtua saat Menidurkan Bayi, Jangan Lakukan!

2. Cemas tentang masa depan anak yang masih sangat panjang

ilustrasi menyuapi anak (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kecemasan ini banyak dialami oleh pencari nafkah utama dalam keluarga. Besarnya tanggung jawab ekonomi membuatnya khawatir kalau-kalau ia tidak mampu menunaikannya sampai anak cukup dewasa. Misalnya, potensi dirinya sakit berat, mengalami kecelakaan, bahkan meninggal dunia saat anak masih butuh dibiayai.

Kecemasan ini dapat dikurangi dengan beberapa cara. Pertama, memperbanyak sumber penghasilan termasuk dengan meminta pasangan bekerja. Kedua, belajar mengelola keuangan dengan baik sehingga selalu ada uang untuk ditabung dan diinvestasikan.

Ketiga, menyiapkan asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga plus asuransi jiwa buat pencari nafkah. Keempat, mengikuti program tabungan khusus untuk pendidikan anak. Tentu untuk menyiapkan semua ini perlu proses dan mulailah sejak dini.

3. Cemas setelah mendengar komentar orang tentang anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Ini sebabnya sebagai orang yang ada di dekat orangtua baru, kamu mesti menjaga ucapan. Setiap perkataan kita tentang anaknya bisa membuat orangtua jadi memikirkan banyak hal. Tak jarang juga bercampur rasa kesal karena merasa dirinya dianggap kurang kompeten sebagai orangtua.

Misalnya, komentar orang tentang fisik anak yang kurus. Orangtuanya dapat merasa dituduh tidak memperhatikan asupan nutrisinya. Padahal, komentar demikian sering kali hanya karena membandingkan anak orang lain dengan anak sendiri.

Tak kalah mengesalkan ialah komentar, bahwa anak tidak mirip dengan ayah atau ibunya. Perkataan demikian seolah-olah meragukan status anak sebagai darah daging kedua orangtuanya. Orangtua mana yang tak akan baper bila begini?

4. Mencemaskan biaya pendidikan anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/Yan Krukau)

Semua orangtua pasti ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk putra dan putrinya. Hanya saja, pendidikan terbaik sering kali juga berarti biaya yang tinggi. Menyekolahkan satu anak saja kadang sudah terasa berat, apalagi kalau adiknya juga telah bersekolah.

Selain tabungan pendidikan yang perlu dimiliki untuk setiap anak seperti disinggung dalam poin kedua. Tak ada salahnya anak mendaftar ke berbagai program beasiswa. Selama syarat-syaratnya terpenuhi, tidak usah khawatir dicap miskin atau malas membiayai anak. Beasiswa berbasis prestasi juga banyak. 

5. Cemas ketika anak sakit

ilustrasi ibu dan bayinya (pexels.com/William Fortunato)

Jangankan anak benar-benar jatuh sakit, nafsu makannya sedikit berkurang saja sudah bikin orangtua panik. Terlebih ketika pasangannya sedang tidak di rumah. Suami atau istri yang sendirian menjaga anak tentu takut kondisi anak tiba-tiba memburuk.

Meski orangtua gak bisa sepenuhnya tenang selama anak kurang sehat, ketersediaan obat-obatan di rumah akan sangat membantu. Begitu pula pengalaman orangtua lain dalam menangani gejala yang dialami anak. Maka selain segera memeriksakan anak ke dokter, sharing dengan orangtua lain juga membantu mengurangi kecemasan.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Rasa Bersalah Orangtua pada Anak, Pernah Mengalami?

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya