TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kesedihan Anak yang Tidak Diakui oleh Orangtua, Awas Sesal Kemudian

#IDNTimesLife Karma baru dirasakan orangtua setelah renta

ilustrasi kesedihan (pexels.com/Alena Darmel)

Bagi beberapa orang, hubungan indah yang penuh kasih sayang antara orangtua dan anak hanya ada dalam cerita. Kenyataan yang harus mereka hadapi justru sebaliknya. Ada anak yang sejak dikandung atau dilahirkan tidak diakui oleh orangtuanya sendiri. 

Ada pula anak yang mengalaminya setelah besar seperti di masa remaja atau dewasa. Kapan pun penolakan secara penuh ini terjadi, bagi mereka adalah luka yang luar biasa dalam. Sekali kalimat pengingkaran orangtua ini diucapkan atau dituliskan, selamanya hati anak gak akan bisa sembuh.

Orangtua dapat saja mempunyai sejuta alasan mengapa tak pernah atau tidak mau lagi mengakui anaknya. Akan tetapi, tindakan yang melampaui takdir ini selalu menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Dengan orangtua gak mengakui darah dagingnya, inilah kesedihan anak yang akan dirasakannya.

1. Terasa lebih buruk daripada seandainya orangtua wafat

ilustrasi kesedihan (pexels.com/Anna Guerrero)

Bukan untuk membanding-bandingkan ujian hidup setiap orang. Tetapi pandangan demikian memang dapat dimiliki oleh anak yang tidak diakui oleh orangtuanya. Seandainya orangtua yang penuh kasih sayang meninggal dunia, bagi anak hanya jasad mereka yang pergi.

Sosoknya yang mencintai dan memperjuangkan hidupnya hingga napas terakhir masih selalu tinggal di hati anak. Namun, orangtua yang gak mengakuinya sebagai anak seakan-akan berlari lintang pukang meninggalkan ruang istimewa yang disediakan anak dalam hatinya. Orangtua tidak sudi memiliki anak seperti dirinya.

Apa pun kesalahan anak, mereka akan sangat terpukul. Tak diakui sebagai anak oleh orangtua kandung rasanya sama saja dengan ditolak oleh seisi dunia. Pergi secara emosional sering kali jauh lebih menyakitkan dari pergi sebatas fisik.

2. Malu pada semua orang

ilustrasi kesedihan (pexels.com/Pixabay)

Keputusan seburuk orangtua menolak mengakui darah dagingnya tentu menimbulkan kegemparan. Tidak mungkin hal ini terjadi secara diam-diam. Sering kali telah didahului oleh drama panjang antara pasangan, anak, serta keluarga besar masing-masing.

Maka orang-orang di sekitar mereka pun tahu, seperti tetangga. Apalagi jika orangtua yang enggan mengakui anak berkoar-koar di media sosial atau punya akses ke media massa. Begitu banyak orang menjadi tahu bahwa anak ini tidak diinginkan oleh orangtuanya.

Sebagian orang bersimpati pada anak, tetapi pasti ada juga yang meyakini anaklah yang bersalah. Apalagi kalau anak sudah tergolong dewasa. Predikat durhaka hampir selalu dilekatkan pada anak sekalipun sikapnya boleh jadi terlebih dahulu dipicu oleh perilaku orangtua yang tidak semestinya.

3. Sulit saat mengurus berbagai dokumen

ilustrasi perempuan memegang boneka (pexels.com/Jansel Ferma)

Khususnya untuk anak di bawah umur yang segala tentangnya masih memerlukan persetujuan orangtua atau seharusnya dirinya ada dalam kartu keluarga orangtua. Mending kalau ayah atau ibunya masih ada dan mencintainya sepenuh hati. Salah satu orangtua ini yang akan menjadi penanggung jawab penuh anak.

Namun bila salah satu telah berpulang atau tak diketahui rimbanya sedangkan orangtua yang tersisa juga gak mengakui anak, hidup anak bakal dirumitkan oleh urusan dokumen-dokumen. Tanpa adanya saudara dari keluarga besar atau kakek dan nenek yang turun tangan menguruskan, anak ini akan terlunta-lunta. Statusnya menjadi tidak jelas dan sukar buatnya memperoleh kesempatan yang sama dalam berbagai hal layaknya anak-anak lain.

Orangtua yang egois tidak memikirkan hal ini. Dokumen resmi penting untuk tetap dimiliki anak. Perlu ada nama orangtua yang jelas di sana. Ketiadaan nama orangtua akan terus dipertanyakan orang dan bisa menimbulkan perilaku diskriminatif.

Baca Juga: 6 Dampak saat Terlalu Sering Curhat Masalah Orang Dewasa ke Anak

4. Harus kuat mental dan mandiri secara finansial

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Pada usia berapa pun anak tidak diakui oleh orangtua, ini akan menjadi pengalaman yang traumatis baginya. Bahkan bila saat itu anak belum tahu apa-apa, di kemudian hari mereka bakal merasa hancur ketika mengetahui fakta penolakan oleh orangtuanya. Mereka mungkin terselamatkan oleh orangtua tiri yang baik atau perlindungan dari keluarga besarnya.

Tapi tetap tak membuat kenyataan ini mudah untuk diterima. Mereka akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang salah darinya sampai-sampai orangtua kandung enggan mengakuinya. Anak yang lebih besar ketika ditolak oleh orangtua bakal hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk bila tidak dibantu keluarganya yang lain.

Mereka bekerja keras sejak belia hanya demi menyambung hidup. Pendidikan rawan terputus dan kerasnya hidup serta minimnya dukungan dapat membuatnya gagal mengatasi berbagai rintangan lalu jatuh dalam kehidupan yang suram. Beberapa anak akhirnya bisa berhasil, tetapi mereka mungkin sangat keras pada diri sendiri.

5. Merasa tidak berharga

ilustrasi duduk sendirian (pexels.com/Min An)

Anak seharusnya menjadi harta yang paling berharga bagi orangtua. Tapi dengan orangtua tidak mengakuinya, anak jelas dianggap tak penting bahkan hanya mengganggu kehidupan mereka. Ketika orangtua yang lain memperjuangkan anaknya dengan segala cara, mereka malah ditendang oleh orangtua sendiri.

Anak yang gak diakui oleh orangtua rawan tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah. Kalaupun tampaknya mereka percaya diri, boleh jadi itu hanya untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya. Mereka selalu berada dalam bayang-bayang pikiran bahwa bila orangtua saja gak mengakuinya, siapa yang benar-benar peduli padanya?

Tidak ada. Di dunia ini mereka merasa sendirian, buruk, dan ada atau tak adanya gak memengaruhi siapa pun. Perasaan tidak berharga ini melemahkan motivasinya untuk mewujudkan masa depan yang baik bagi diri sendiri. Mereka dianggap gak penting, maka menurutnya segala tentang masa depannya juga sama.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya