TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa yang Harus Dilakukan ketika Pasangan atau Anak Pindah Agama?

Tidak bisa selesai dengan bersikap emosional

ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Intinya Sih...

  • Keinginan berpindah agama tidak tiba-tiba, harus dipahami prosesnya dan didengarkan alasan-alasannya.
  • Pendekatan bijak dalam memberikan nasihat terkait pindah agama, melibatkan sudut pandang sebagai pemeluk ajaran dan objektifitas.
  • Toleransi dan kesepakatan dalam rumah tangga perlu dijaga dengan baik untuk mempertahankan hubungan keluarga yang harmonis.

Agama menjadi salah satu topik yang amat sensitif untuk dibicarakan. Jangankan di antara penganut agama yang berbeda, di antara penganut agama yang sama pun pasti ada perbedaan pandangan. Sedikit saja tidak berhati-hati ketika membahasnya bisa menimbulkan perselisihan.

Namun, topik ini tidak bisa terus dihindari terlebih ketika ada anggota keluarga yang memiliki keinginan berpindah keyakinan. Jika hubungan kekeluargaan kalian tak begitu dekat, barangkali kamu akan bersikap membiarkannya saja dan tak mau ikut campur. Tapi bagaimana bila pasangan atau anakmu yang berpindah agama?

Tidak mungkin dirimu dapat diam saja seakan-akan gak terjadi apa-apa. Bahkan emosimu boleh jadi langsung tersulut ketika pasangan atau anak menyatakan keinginannya. Akan tetapi, persoalan ini tak dapat diselesaikan hanya dengan bersikap emosional. Enam hal berikut semoga bisa membantumu untuk lebih arif dalam menyikapinya.

1. Tanyakan alasannya

ilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Keinginan untuk berpindah agama tidak terjadi secara tiba-tiba. Biasanya ada proses yang cukup panjang untuk seseorang perlahan-lahan berpaling dari keyakinan lama ke keyakinan yang lain. Keinginan ini bahkan telah beberapa kali dicetuskannya dalam percakapan-percakapan kalian.

Selama ini barangkali dirimu kurang peka dalam membaca sinyal yang dikirimkannya. Pertanyaan dan pandangannya yang cenderung meragukan agama kalian masih kamu pandang sebagai hal yang wajar. Tapi sesungguhnya ia tengah dalam proses menjauhi keyakinan tersebut dan mendekati keyakinan yang menurutnya lebih cocok untuknya.

Saat untuk pertama kalinya dengan tegas ia menyatakan keinginannya berpindah agama atau bahkan sudah memutuskannya, tanyakan alasan-alasannya. Pindah agama tidak boleh disamakan dengan sekadar ganti pilihan pakaian yang akan dikenakan atau makanan yang hendak dipesan. Keinginan ini mesti memiliki latar belakang yang jelas supaya dia tak terjatuh dalam sikap mempermainkan agama apa pun.

Di lain pihak, kamu harus amat siap mendengarkan penjelasan pasangan atau anak. Jangan sampai emosimu terpancing sebab sedikit banyak alasannya pasti melukai perasaanmu sebagai penganut suatu agama. Bila kamu gak bisa mengendalikan diri serta berpikiran terbuka, usahanya untuk menjelaskan alasan malah memicu pertengkaran hebat di antara kalian.

2. Boleh menasihati dan memberitahukan konsekuensinya

ilustrasi percakapan (pexels.com/Alex Green)

Jangankan sebagai orang terdekatnya, semua manusia memang dianjurkan untuk saling mengingatkan. Maka kamu amat boleh berusaha menasihati pasangan atau anak terkait keinginannya pindah agama. Sudut pandangmu sebaiknya meliputi dua hal.

Pertama, perspektifmu sebagai pemeluk ajaran yang selama ini kalian anut. Kedua, sudut pandang yang seobjektif mungkin supaya kamu dapat menjabarkan padanya mengenai berbagai konsekuensi bila ia resmi berpindah keyakinan. Ini bukan sekadar mengganti keterangan agama di berbagai kartu identitasnya, melainkan juga berdampak luas.

Ia perlu sadar betul bahwa perubahan agama dapat mengubah hubungan kalian terutama sebagai keluarga. Perubahan keyakinan juga tak bisa dilepaskan dari penilaian masyarakat yang mengetahuinya. Apakah dia telah memikirkan semua itu dan benar-benar siap menghadapinya?

3. Tak bisa menghapus haknya untuk memilih keyakinan

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Usahamu untuk menasihati pasangan atau anak yang ingin pindah agama dapat sampai melibatkan pihak ketiga. Seperti pemuka agama, konsultan perkawinan, serta saudara yang tepercaya baik dari keluarga besarnya maupun keluargamu. Akan tetapi, ingat bahwa pada akhirnya kamu tidak bisa memaksakan kehendak pada siapa pun.

Bahkan sekalipun hubungan kalian adalah suami istri atau orangtua dengan anak. Terlepas dari kemarahan dan kekecewaan yang dirimu rasakan, setiap orang tanpa terkecuali berhak untuk menganut agama yang diyakininya. Jadikan ini landasan agar kamu dapat menerima apa pun keputusannya nanti. 

Tanpa kesadaran akan hak orang lain dan kesediaan untuk menghormatinya, keluargamu terancam hancur lebur. Perbedaan agama dalam keluarga inti memang tidak mudah diterima. Apalagi kalau sepanjang hidup kamu besar dalam keluarga yang semuanya taat pada satu ajaran agama. Tapi sekali lagi, kamu tak dapat memaksakan kehendakmu dan menumpas hak asasi orang lain.

Baca Juga: 5 Hal Perlu Dipertimbangkan saat Pacaran Beda Agama

4. Ada mantan pasangan, tapi tidak ada mantan anak

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Seperti disinggung dalam poin 2, setiap keputusan ada konsekuensinya. Termasuk keputusan suami atau istri buat pindah agama. Untukmu yang sejak awal berpacaran berpegang teguh pada prinsip suami istri harus seiman berarti konsekuensi dari keputusannya telah amat jelas.

Perpisahan kalian tidak terelakkan, kecuali kamu sendiri yang mengubah pandanganmu. Tapi gak bisa demikian dalam hubungan orangtua dan anak. Suami atau istri dapat menjadi mantan suami atau mantan istri. Namun, orangtua dan anak tidak bisa menjadi mantan sebesar apa pun perbedaan di antara kalian. 

Bahkan dengan mantan pasangan yang berpindah agama pun, kamu harus tetap mampu menjaga hubungan baik. Kalian sama-sama punya tanggung jawab besar terhadap anak-anak. Sedang keputusan anak untuk berpindah keyakinan tak akan pernah dapat menggugurkan hubungan darah di antara kalian.

Tetap rangkul anakmu dan sebagai orangtua, kamu jangan mengusirnya atau berhenti menganggapnya sebagai keturunanmu. Meski kamu punya pembenaran untuk melakukannya, tidak mengakuinya sebagai anak merupakan pengingkaranmu atas ketetapan Tuhan. Ingat, anak adalah anugerah dari-Nya sekaligus dapat menjadi ujian bagi orangtua maka bersabarlah dengan kesabaran yang tidak berbatas.

5. Cegah keluarga besar dan tetangga bertindak di luar batas

ilustrasi percakapan (pexels.com/Kindel Media)

Dengan susah payah, akhirnya kamu dapat menerima keputusan pasangan atau anak untuk berpindah agama. Segala perdebatan panas telah berakhir dan suasana di rumah kembali tenang. Namun, belum tentu dengan keluarga besar kalian khususnya keluargamu serta masyarakat di sekitar.

Sebagian dari mereka dapat sangat keras dalam menghakimi keputusan pasangan atau anakmu yang berpindah keyakinan. Dirimu juga disalahkan habis-habisan sebab tidak mampu menghalangi keinginan tersebut. Bukan tidak mungkin mereka bakal berlaku buruk pada pasangan atau anakmu. 

Kamu harus turun tangan untuk melindungi orang yang tetap dirimu sayangi sekalipun iman tak lagi sama. Selain pemuka agama dan tokoh setempat yang bijak, hanya kamu yang mampu meredam kemarahan mereka. Tentu dirimu juga tidak bisa melawan mereka dengan frontal atau ini makin menegaskan adanya dua kubu, yaitu keluarga kecilmu versus orang-orang yang sulit menoleransi perpindahan agama.

Tapi setidaknya kamu dapat secara perlahan-lahan menjelaskan apa yang terjadi, harapanmu akan masa depan keluarga kecilmu, serta permintaan tolong pada mereka agar tak membuat keadaanmu kian sulit. Sampaikan bahwa dirimu yakin bahwa di atas segala keputusan yang dibuat manusia, hanya Tuhan yang mampu membalik-balikkan hati hamba-Nya. Kamu gak mau menyudutkan pasangan atau anakmu. Demikian pula dirimu berharap mereka bisa melakukan hal yang sama meski isi hati berbeda.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya