Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Seiring dengan berakhirnya libur lebaran, sepulang mudik orangtua biasanya akan mengajak anak menghitung ulang 'salam tempel' yang diperolehnya. Kemudian mereka bersama-sama memikirkan penggunaan uang tersebut.
Di saat inilah orangtua harus mampu bersikap bijaksana. Bantu anak menggunakan uangnya dengan sebaik mungkin. Jangan malah melakukan hal-hal seperti di bawah ini, ya. Kasihan anak!
1. Memaksa anak untuk memberikan uangnya pada orangtua
ilustrasi meminta uang anak (pexels.com/Karolina Grabowska) Uang yang diperoleh anak selama lebaran adalah haknya. Apabila dengan sendirinya anak ingin memberikan uang itu pada orangtua, tentu lain urusannya. Barangkali anak merasa belum memerlukannya dan ingin membantu orangtua.
Akan tetapi, jika anak tidak berinisiatif demikian, jangan sekali-kali meminta uang anak. Apalagi dengan cara memaksa. Ini adalah waktunya orangtua menjadi teladan baginya dalam menghargai hak milik orang lain.
Kalau orangtua meminta uang anak dengan pemaksaan, selain sedih, ia pun dapat meniru perbuatan tersebut. Jangan salahkan anak jika dia menjadi suka memaksa teman-temannya untuk memberikan uang jajan mereka.
2. Menipu anak dengan berkata hendak menyimpankan uangnya, padahal dipakai buat hal lain
ilustrasi anak kesal (pexels.com/Ketut Subiyanto) Bila orangtua benar-benar mengalami kesulitan ekonomi dan ingin meminjam uang anak, utarakan niat tersebut secara baik-baik. Jelaskan sampai anak mengerti kondisi yang dihadapi orangtua.
Namun, siapkan diri dan tetaplah menghormati keputusan anak apabila dia menolak meminjamkan uangnya. Bagaimanapun, ia masih kecil dan mencari uang bukanlah tugasnya.
Hindari menerapkan strategi halus yang sebenarnya cuma menipu anak. Orangtua bilang akan menyimpankan uangnya supaya tidak hilang, tetapi ternyata dipakai buat hal-hal lain. Anak bakal marah bahkan kehilangan kepercayaan pada orangtua jika sampai mengetahuinya.
Baca Juga: 5 Tips Mengatur Uang Saku Anak, Ajari Mengelola Finansial sejak Dini
3. Meminta anak mengingat-ingat siapa memberi berapa
ilustrasi berbicara dengan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dengan permintaan seperti ini, secara langsung atau tidak orangtua ingin anak belajar menandai. Tentunya, hal tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya, supaya pada lebaran atau pertemuan keluarga berikutnya, anak mendekati saudara yang memberi salam tempel paling banyak.
Jangan dilakukan, ya! Sebab ini bakal membentuk anak menjadi pribadi yang materialistis. Dia menilai seseorang cuma dari berapa uang yang bisa diperolehnya. Padahal, dalam persaudaraan harus ada ketulusan.
Ajari anak untuk mensyukuri berapa pun salam tempel yang didapatkannya. Bahkan bila ada saudara yang tak memberinya salam tempel, jelaskan bahwa itu memang hanya tradisi dan bukan kewajiban. Masih banyak orang yang lebih berhak menerima bantuan.
4. Mendorong anak supaya lekas menghabiskan uangnya
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Gustavo Fring) Bila begini, jangan heran kelak anak tumbuh menjadi orang dewasa yang konsumtif. Berapa pun uang yang dimilikinya cepat sekali ludes untuk berbelanja. Sampai-sampai, uang seperti gak ada nilainya lagi buat dia.
Seharusnya, orangtua menjadikan kesempatan ini untuk mengedukasi anak perihal kontrol diri, pengelolaan uang, dan membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Bukan malah membiasakannya bersikap boros mumpung uangnya ada.
Baca Juga: Biasa Dibagikan saat Lebaran, Ternyata Begini Sejarah Salam Tempel