TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Ciri Saudara yang Kurang Suportif, Mesti Pintar Menyemangati Diri

Sangat berat jika dibesarkan dengan gaya interaksi begini

ilustrasi tak bersemangat (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagai lingkungan terdekat, saudara seharusnya mampu memberikan dukungan untuk seluruh anggota keluarga. Jika ini tercapai, rumah akan menjadi tempat yang paling nyaman untuk pulang. Kamu pun tidak perlu mencari-cari kedamaian dan dukungan dari lingkungan lain.

Sayangnya, gak semua saudara mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Terkadang hubungan yang terbentuk hanyalah pertalian darah, dan bukan pertautan batin. Ini menyebabkan minimnya budaya saling support antar anggota keluarga.

Akibatnya, kamu tak punya kedekatan yang istimewa dengan mereka. Saudara yang kurang suportif bahkan bikin kamu gak nyaman untuk berlama-lama berada di tengah keluarga sendiri. Enam ciri-ciri di bawah ini akan selalu mewarnai hubungan kalian.

1. Gak mau tahu permasalahan yang sedang dihadapi saudara

ilustrasi sedih (pexels.com/Brian Haider)

Sikap cuek dalam keluargamu sudah keterlaluan. Ketika saudara jelas sedang ada masalah pun tak membangkitkan kepedulian anggota keluarga yang lain. Ini bukan lagi tanda adanya rasa percaya yang kuat akan kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalannya.

Namun, hal ini justru bentuk dari rendahnya kepedulian terhadap saudara sendiri. Juga ada rasa takut bakal dimintai tolong kemudian ikut repot. Semua orang yang tahu tentang masalah itu justru seperti cepat-cepat memalingkan wajah dan berpura-pura gak mengerti.

2. Sikap sinis antara adik dan kakak

ilustrasi saudara (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam hubungan persaudaraan yang sehat, kakak serta adik mestinya saling menghormati dan menyayangi. Namun yang terjadi dalam keluargamu tidak begitu, masing-masing seakan-akan berlomba buat merendahkan saudaranya.

Ini bukan lagi sekadar candaan yang lazim dalam persaudaraan, melainkan selalu dimaksudkan untuk menyakiti saudara sendiri. Sikap sinis dari saudara kandung tentu jauh lebih menyesakkan daripada hal tersebut dilakukan oleh orang lain.

Baca Juga: 5 Cara Menunjukkan Kepedulian pada Saudara Kandung meski Tak Akrab

3. Lebih suka saudara menjadi pesimis daripada optimis

ilustrasi tak bersemangat (pexels.com/Brian Haider)

Ini yang membuat kamu paling enggan menceritakan mimpi atau rencana hidupmu pada saudara. Alih-alih memperoleh dukungan, seringnya dirimu malah kehilangan semangat setelah bercerita pada mereka. Gak satu pun saudara yang menyemangatimu.

Semua malah seperti meragukan kemampuanmu untuk mewujudkan mimpi dan rencana itu. Mereka tidak akan berhenti bicara sampai kamu memutuskan membatalkan sebuah mimpi atau rencana besar. Diam menjadi caramu menjaga mimpi agar tak kandas terlalu dini.

4. Keberhasilan saudara gak diapresiasi dengan layak

ilustrasi saudara (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ini yang bisa membuatmu merasa kalah padahal kamu baru saja memenangi sesuatu. Saat dirimu menjuarai kompetisi atau naik jabatan misalnya, orang-orang di luar sana begitu senang dan ikut bangga atas keberhasilanmu.

Namun, apa yang terjadi pada saudara-saudaramu sendiri? Mereka tidak cukup peduli bahkan dapat secara terang-terangan meremehkan prestasi yang kamu raih dengan susah payah. Dirimu mungkin mencoba merayakannya di rumah, tapi dinginnya reaksi saudara-saudaramu justru bikin kamu sedih.

5. Mampu, tapi tidak mau membantu

ilustrasi sedih (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kamu tahu bahwa ketergantungan antar saudara tetap harus dibatasi. Masing-masing anggota keluarga perlu belajar mandiri supaya tidak terus merepotkan saudaranya. Akan tetapi, yang terjadi dalam keluargamu melebihi definisi kemandirian.

Di antara kalian memang gak ada sikap saling tolong-menolong. Tak peduli ada saudara dekat yang tengah punya masalah, dan yang lain tidak juga mengulurkan tangan. Mending jika itu dikarenakan mereka tak mampu berbuat lebih. Namun mereka sebenarnya bisa membantu, cuma gak mau saja.

Baca Juga: 6 Etika saat Saudara Jauh Datang, Tunjukkan Rasa Senangmu

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya