TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Strategi Orangtua dalam Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah, Penting!

Desain ruang belajar pun ternyata bisa berpengaruh

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (dok. IKEA)

Jakarta, IDN Times - Masuknya seorang anak ke dalam lingkungan sekolah merupakan tonggak penting dalam kehidupan mereka. Bagi orangtua, mempersiapkan anak untuk memasuki dunia pendidikan adalah tugas yang gak kalah pentingnya. Terkadang, ada beberapa anak yang masih merasa takut dan enggan ketika hari pertama masuk sekolah. Karena kadang masuk sekolah adalah hal 'menyeramkan' bagi anak. Bukan hanya anak yang pertama kali duduk di bangku sekolah. Namun juga bagi anak yang mulai sekolah lagi setelah liburan.

Pada Selasa (6/06/2023) di IKEA Alam Sutera, Tangerang, IKEA mengadakan press event IKEA Back To School. Di acara ini, disampaikan beberapa strategi penting bagi orangtua untuk mempersiapkan anak saat masuk sekolah. Sehingga, anak bisa lebih siap dan orangtua pun gak terlalu kebingungan. Selain itu, ada juga beberapa produk IKEA yang bisa mendukung serta membantu orangtua dalam mempersiapkan anaknya untuk sekolah.

1. Perkenalkan anak-anak dengan lingkungan sekolah

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Biasanya, anak akan merasa takut sekolah karena itu merupakan lingkungan dan suasana baru bagi mereka. Khususnya bagi anak yang baru pertama kali sekolah. Tentunya, mereka belum pernah tahu dan mengenal lingkungan sekolah itu seperti apa. Itulah kenapa, orangtua memiliki peranan penting dalam permasalahan ini. Menurut Amanda Margia Wiranata, S.Psi., M.Psi, seorang Psikolog Anak, orangtua sebaiknya mengenalkan terlebih dahulu lingkungan sekolah itu seperti apa.

"Untuk anak-anak usia dini yang belum pernah sekolah. Sebaiknya diajak untuk kenalan sama lingkungan sekolah yang baru, kenalan dengan gurunya, dan masuk ke kelasnya. Supaya anak-anak bisa lebih familiar dengan lingkungan yang baru," jelas Amanda.

Dengan begitu, anak akan kenal dengan lingkungan barunya. Sehingga, ketika mereka mulai bersekolah, mereka gak akan terlalu takut. Karena sudah tahu dan berkenalan dengan lingkungan itu sebelumnya. Orangtua bisa mencoba untuk mengajak anak ke sekolahnya sebelum mereka mulai belajar. Orangtua juga bisa mengenalkan guru yang nantinya akan mengajar atau jadi wali kelas anak.

2. Beritahu anak apa saja yang akan dilakukan di sekolah

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Umumnya, faktor lain yang membuat anak takut sekolah adalah karena mereka terkejut dengan berbagai kegiatan di sekolah. Karena tentunya itu adalah hal yang baru untuk mereka. Oleh sebab itu, selain mengenalkan ke lingkungan sekolah, penting juga bagi orangtua untuk memberi tahu apa saja yang akan dilakukan di lingkungan sekolah.

"Anak-anak biasanya ada perasaan insecure. Mereka gak bisa memprediksi apa yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah. Sebaiknya, orangtua itu cerita, nanti mereka di kelas bisa melakukan apa, terus dikasih brief, dan kalau bisa ada roleplay," tutur Amanda.

Roleplay yang dilakukan bisa berupa guru dan anak murid. Orangtua bisa menciptakan kondisi dan suasana seolah sedang di lingkungan sekolah. Orangtua juga bisa mencoba memberi tahu anak tentang apa saja yang akan terjadi dan perlu dilakukan di sekolah. Sehingga, anak akan belajar dan mengetahui hal tersebut. Maka, mereka pun gak akan terlalu takut atau insecure saat sekolah.

Baca Juga: 5 Tips Mengawasi Anak di Sekolah, Harus Lebih Waspada!

3. Validasi perasaan anak

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Perlu diketahui, kasus pengabaian emosi terhadap anak memang umum terjadi di lingkungan kita. Ternyata, pengabaian emosi pada anak bisa berdampak besar dalam jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, orangtua juga wajib memvalidasi perasaan dan emosi anak. Khususnya ketika mereka akan mulai bersekolah. Karena pastinya akan banyak emosi dan perasaan tertentu dalam diri mereka.

"Penting juga untuk memperhatikan perasaan si anak. Kita perlu memvalidasi perasaan anak. Jangan bilang ke mereka, 'jangan takut'. Namun, beritahu mereka bahwa, 'gak apa-apa kok takut'. Kita perlu memvalidasi perasaan dan emosi mereka," pungkas Amanda.

Sebaiknya orangtua gak memarahi anak saat mereka sedang merasa takut dan cemas. Karena hanya akan menyebabkan anak merasa bahwa perasaannya itu salah. Sehingga, akan berdampak pada perkembangan emosi mereka di masa depan. Oleh sebab itu, seperti yang dikatakan Amanda, orangtua benar-benar perlu memberikan validasi terhadap perasaan anak.

Amanda juga menambahkan, orangtua perlu menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk anak. Ketika anak mulai bersekolah, sebaiknya jangan ditinggal. Orangtua bisa menunggu mereka di luar ruangan kelas. Sehingga, jika terjadi apa-apa, anak bisa langsung lari ke orangtuanya. Mereka pun akhirnya tetap merasa nyaman dan aman di lingkungan barunya. Jika mereka sudah terbiasa dan siap, maka orangtua bisa mulai mengajarkan mereka untuk sekolah sendiri.

4. Persiapkan ruang belajar yang bisa mendukung mereka

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Dukungan dari orangtua bukan hanya dalam bentuk emosi dan validasi saja. Namun, orangtua juga bisa mempersiapkan ruang belajar terbaik. Menurut Amanda, ruang belajar pun ternyata memiliki pengaruh besar terhadap kesiapan anak untuk bersekolah.

"Anak usia dini sebaiknya dipersiapkan ruang bebas gerak. Karena mereka lagi menumbuhkan motorik kasar dan halus. Jadi ruang geraknya gak terbatas dan cukup. Mereka bisa bergerak dengan leluasa. Sebaiknya mereka juga diberikan ruang kreatifnya, tempat mewarnai misalnya. Jadi bukan hanya mengembangkan akademis, tetapi juga sisi bermain dan kreatifnya. Tentunya, belajar pun harus menyenangkan," tutur Amanda.

Jika ruang gerak anak terbatas, maka dikhawatirkan kemampuan motoriknya gak bisa berkembang. Sudah seharusnya anak dibiarkan bergerak bebas, yakni didukung dengan ruang belajar atau bermainnya. Amanda juga menyebutkan, supaya anak bisa belajar dengan menyenangkan, orangtua perlu memahami hobinya. Misalnya anak hobi mewarnai, maka bisa memberikan sudut kreatif di ruang belajarnya. Maka, anak pun gak akan menganggap belajar sebagai sesuatu yang menyeramkan.

5. Biasakan anak untuk bersikap mandiri

Press event IKEA Back to School di di IKEA Alam Sutera, Tangerang pada Selasa (6/06/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Banyak orangtua yang kurang melibatkan anaknya dalam banyak kondisi. Menurut Amanda, sebenarnya hal ini sangat gak disarankan. Karena akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan gak bisa mandiri. Oleh sebab itu, orangtua pun bertanggung jawab untuk membuat anak bisa mandiri.

"Memang yang diharapkan untuk anak-anak kecil itu adalah kemandirian. Ketika anak lebih mandiri, dia akan lebih percaya diri. Itu diawali dengan bagaimana dia bisa mengambil barang-barangnya sendiri," kata Amanda.

Orangtua bisa menyesuaikan ruang belajar anak dengan usianya. Misalnya, jangan sampai membuat rak yang terlalu tinggi. Karena anak pun perlu dibiasakan mengambil barang sendiri. Selain itu, anak juga disarankan melakukan banyak hal sendiri. Sehingga, anak pun bisa lebih percaya diri dan mandiri ketika memasuki lingkungan sekolahnya.

Baca Juga: 5 Ide Aktivitas Kreatif untuk Mengisi Liburan Sekolah Anak 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya