TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Dampak Fatherless bagi Perkembangan Anak, Ayah Wajib Paham!

Ketika ayah tidak terlibat dalam proses pengasuhan anak

ilustrasi ayah dan anak (unsplash.com/Steven Van Loy)

Baru-baru ini, masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara fatherless. Artinya, banyak pria di luar sana yang tidak menjalankan perannya sebagai seorang ayah dalam proses perkembangan anak. Mereka mungkin menafkahi keluarganya secara finansial, namun luput memenuhi kebetuhan emosional sang anak. 

Istilah fatherless merujuk pada fenomena peran dan figur ayah tidak nampak dalam kehidupan sang anak. Hal ini dapat terjadi pada anak yang ayahnya telah meninggal dunia serta anak yang tidak dekat dengan ayahnya secara fisik dan psikis. Lalu, apakah fenomena ini membawa dampak buruk pada sang anak? Tentu saja! Berikut beberapa dampak negatif dari fenomena fatherless berdasarkan hasil penelitian.

1. Memiliki harga diri yang cenderung rendah

ilustrasi gadis yang menangis (pexels.com/Pixabay)

Dampak pertama yang akan timbul pada anak yang kehilangan figur ayah adalah harga diri yang cenderung rendah. Mereka akan memandang dirinya secara negatif, tidak percaya diri bahkan menjadi cenderung penakut. Hal ini karena ayah yang seharusnya berperan sebagai sosok teladan, yang bisa melindungi dan mengawasi anak tidak hadir dalam proses tumbuh kembangnya. 

Dengan begitu, anak akhirnya tidak mendapatkan kesempatan untuk merasakan hal tersebut semasa kecilnya. Ia pun rentan merasa tidak aman, takut, ataupun was-was dan tumbuh dengan harga diri yang rendah. Menurut studi yang dilakukan di Universitas Teknologi Sumbawa (2020), kehadiran ayah menyumbang sebesar 32,6 persen pada tingkat harga diri anak.

Untuk itulah, ayah memegang peranan yang penting dalam proses pertumbuhan anaknya. Bukan sekedar hadir secara fisik dengan waktu yang lama, tapi juga mampu terhubung secara emosional. Pandangan yang menganggap bahwa mengurus anak hanyalah tugas ibu juga harus segera dihentikan demi mengoptimalkan proses tumbuh kembang sang anak. 

2. Rentan merasa cemburu dan malu dengan teman sebaya

ilustrasi anak merasa malu dengan temannya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Di masa balita, anak mungkin belum merasakan dampak langsung dari hilangnya peran ayah selama proses perkembangannya. Namun, seiring anak bertumbuh, ia akan mulai memperhatikan dan membandingkan kehidupannya dengan kehidupan teman sebaya. Mereka akhirnya akan merasa cemburu, malu atau bahkan marah ketika mendapati teman sebaya yang dekat dengan figur ayahnya. 

Perasaan tersebut tumbuh secara perlahan seiring anak mulai memahami bahwa ia tidak merasakan pengalaman harmonis dekat dengan ayah. Mereka memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami neurotics bila seringkali didominasi oleh perasaan negatif, terlebih bagi anak perempuan. Neurotics merupakan gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan anak tidak mampu mengoptimalkan kemampuannya.

Baca Juga: 5 Alasan Pentingnya Peran Ayah dalam Mengurus Anak di Rumah, Catat!

3. Memiliki kontrol diri yang rendah

ilustrasi anak pemberontak (pexels.com/RODNAE Production)

Dalam proses pengasuhan, anak idelanya belajar tentang kelembutan dan kasih sayang dari figur ibu serta belajar tentang ketegasan dan kedisiplinan dari figur ayah. Pada ayahlah anak akan belajar tentang batasan secara tegas, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta tentang tingkah laku yang baik. Ayah menjadi figur tegas yang memegang kontrol diri bagi sang anak.

Ketika peran ayah hilang, anak akan cenderung memiliki kontrol diri yang rendah. Perilakunya akan sulit diarahkan, ia akan mudah membangkang atau bahkan kehilangan arah. Meskipun ibu berusaha memenuhi kedua peran itu, figur ayah tetap tidak dapat tergantikan.

Studi yang mempelajari tentang perilaku anak usia SD menemukan bahwa anak laki-laki yang tumbuh hanya dengan figur ibu cenderung memiliki perilaku yang agresif. Hal ini membuktikan bahwa peran ayah memang sangat dibutuhkan dalam proses pengasuhan. Ayah bukan hanya sekadar pencari nafkah, tapi juga sebagai figur penting yang membentuk karakter anak.

4. Mudah terjerumus pada kenakalan remaja

ilustrasi anak sedang merokok (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak penelitian yang juga telah membuktikan bahwa fenomena fatherless akan membuat anak cenderung terjerumus pada kenakalan remaja. Mereka yang mengalami hal ini memiliki kecenderungan untuk bergabung pada teman sebaya yang menyimpang, sehingga memiliki risiko tinggi terjerumus pada perilaku yang tidak benar. Penelitian tersebut menjadi bukti penting betapa peran ayah sangat diperlukan dalam tahap perkembangan anak. 

Kehilangan sosok ayah yang idelanya menjadi pemegang kedisiplinan dalam sistem keluarga membuat anak merasa bebas dan tidak terarah. Karena hal tersebut, akhirnya mereka dapat dengan mudah bergabung pada kelompok yang menjerumuskan pada kenakalan remaja. 

Baca Juga: Fatherless: Pengertian, Peran Ayah, dan Dampaknya

Verified Writer

Nur Tazkiyah Sejati

rarely found someone who wants to listen carefully, so i write to release what is inside my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya