Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Dalam ilmu psikologi, terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya ialah teori Erik Erikson. Menurut teori ini, setiap tahap perkembangan anak adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Sebab, hal tersebut akan membentuk diri anak di masa yang akan datang.
Setiap tahap akan memiliki tantangannya masing-masing. Bila seseorang mampu melalui tantangan itu dengan baik, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang sejahtera secara psikologis.
Nah, apa saja sih tahap perkembangan anak dan tantangannya menurut teori ini? Yuk, baca sampai habis, ya!
1. Usia 0-1 tahun (Trust vs mistrust)
ilustrasi anak usia 0-1 tahun (pexels.com/PolinaTankilevitc) Usia ini merupakan usia ketika anak sangat tergantung kepada pengasuhnya, baik itu orang tua maupun babysitter. Ketika anak mendapatkan kehangatan, respons yang tepat dan konsisten, serta hubungan yang stabil kepada para pengasuh, maka rasa percaya diri akan terbangun secara otomatis di dalam dirinya.
Hal sebaliknya akan terjadi ketika mereka sering diabaikan, tidak terpenuhi keinginannya atau mengalami kekerasan sejak dini, baik itu secara fisik maupun psikis. Ia akan merasa tidak percaya dan memandang dunia dengan lebih negatif.
2. Usia 1-3 tahun (Autonomy vs shame)
ilustrasi anak usia 1-3 tahun (pexel.com/cottonbro studio) Usia ini merupakan usia di mana anak mulai mengembangkan berbagai kemampuan fisik maupun psikisnya seperti berjalan, berkomunikasi dengan orang lain, memegang tangan, dan sebagainya. Di masa ini, anak mulai belajar memilih apa yang ingin dilakukan, seperti mengambil benda di atas meja ataupun mengejar kucing di sekitar.
Otonomi dan rasa percaya diri anak akan berkembang ketika orang tua memberikan kebebasan pada hal-hal yang tidak berbahaya di usia tersebut. Sebaliknya, rasa malu dan ragu akan selalu muncul ketika orang tua tidak memfasilitasi keinginan anak di masa ini.
3. Usia 3-6 tahun (Initiative vs guilt)
ilustrasi anak usia 3-6 tahun (pexels.com/RODNAEProductions) Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan dan berusaha melakukannya sendiri. Sikap inisiatif (berani berbuat dan berani bertanggungjawab) akan tumbuh dan berkembang ketika orang tua senantiasa mendukung anak pada tujuan yang ingin anak capai.
Namun, ketika orang tua memberikan banyak tuntutan atau aturan-aturan yang ketat tanpa memberikan kebebasan bagi anak untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, maka ia akan tumbuh dengan perasaan rendah diri dan rasa bersalah.
Baca Juga: Kenali Jenis-jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Perkembangan Anak
4. Usia 6-11 tahun (Industry vs inferiority)
ilustrasi anak usia 6-11 tahun (pexels.com/Vanessa Loring) Usia ini merupakan usia sekolah di mana anak akan mulai belajar bekerja dan berkolaborasi bersama teman sebaya. Ia akan belajar tentang sukses dan gagal di masa sekolah. Ia akan menumbuhkan rasa mampu mencapai kesuksesan ketika selalu diberikan pujian ataupun dorongan untuk berkembang ke arah yang positif.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Sementara, rasa inferior akan muncul ketika anak selalu merasakan pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan pertemanan. Misalnya, dikucilkan, dianggap tidak penting, dan lain sebagainya.
5. Usia remaja 11-18 tahun (Identity vs role confussion)
ilustrasi anak usia 18 tahun (pexels.com/cottonbro studio) Pada usia ini, anak mulai mencari jati diri dan identitas dirinya. Ia akan mencapai berbagai peran dan gaya hidup yang ia peroleh dari lingkungan sekitar. Ketika ia mampu menemukan jati diri yang sesungguhnya, ia tidak akan mengalami kebingungan identitas atau krisis identitias.
Pencapaian pada masa ini akan sangat berpengaruh dalam masa transisi ke periode dewasa awal berikutnya. Sehingga, anak sangat diharapkan mampu mengeksplorasi dirinya sendiri lebih dalam di masa ini.
6. Usia 18-35 tahun (Intimacy vs isolation)
ilustrasi orang usia 18-35 tahun (pexels.com/Jonathan Borba) Pada tahap ini, anak mulai mampu hidup mandiri dan membangun hubungan romantis dengan orang lain. Jika ia seringkali menemui kekecewan pada tahap sebelumnya, ia akan sulit membangun hubungan yang sehat dan hangat di usia ini. Akibatnya, ia cenderung merasakan kesepian serta terisolasi, begitupun sebaliknya.
Namun, apabila ia berhasil melalui tahap ini dengan baik, ia akan tumbuh menjadi individu yang bersahabat dan mampu mencintai orang lain dengan tulus.
7. Usia 35-55 tahun (Generativity vs stagnation)
ilustrasi orang berusia 35-55 tahun (pexels.com/Arina Krasnikova) Pada periode ini, seseorang umunya telah menjadi dewasa dan mengurus anak-anak atau generasi berikutnya. Oleh karena itu, ketika seseorang mampu menjalani krisis di masa ini, ia akan mampu memegang peranan sebagai orang tua yang mampu mendidik atau mengasuh anak-anak dengan tepat.
Sebaliknya, ketika ia gagal melewati krisis di masa ini, ia akan merasa banyak masalah dan tidak menemukan tujuan hidup.
Baca Juga: 8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson