Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Apakah kamu pernah menjumpai anak, adik, atau murid yang susah menangkap materi pelajaran? Bisa jadi anak tersebut tergolong slow learner. Anak slow learner atau anak lamban belajar adalah kondisi dimana anak mengalami kesulitan pada satu, beberapa atau semua mata pelajaran.
Orang awam sering salah kaprah dengan menjuluki anak slow learner sebagai anak yang bodoh. Padahal lamban belajar justru menjadi kondisi yang memerlukan penanganan khusus. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ciri-ciri anak slow learner, silakan simak ulasan di bawah ini, ya!
Baca Juga: 5 Fakta Anak Belajar Berenang Anak, Penting Nggak sih?
1. NIlai IQ 70-90 atau biasa disebut IQ borderline
ilustrasi anak slow learner merasa kesulitan mengerjakan soal (pexels.com/ RODNAE Productions) Anak slow learner memiliki kisaran nilai IQ 70-90 atau biasa disebut sebagai borderline (batas fungsi intelektual). Mengapa disebut sebagai borderline? Karena nilai IQ dibawah 70 termasuk anak dengan kondisi disabilitas intelektual (contohnya adalah down syndrome, retardasi mental, low functioning autism).
Nilai IQ 70-90 dapat diartikan bahwa anak memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata sehingga sulit untuk menghadapi pembelajaran di sekolah. Misalnya di kelas 2 SD, teman sebaya sudah bisa membaca kalimat dengan benar, namun anak slow learner masih mengeja suku kata hidup.
2. Daya ingat rendah dan kesulitan berkonsentrasi
ilustrasi siswa yang tidak fokus mengikuti pembelajaran (pexels.com/ Anastasia Shuraeva) Anak dengan kondisi lamban belajar sering kesulitan dalam menghafal. Entah itu materi, rumus atau hafalan lainnya. Contohnya adalah apabila hari ini mereka bisa menghafal perkalian angka 2, maka besoknya mereka akan kesulitan untuk mengingat dan harus diulangi lagi dari awal.
Saat guru menerangkan, anak akan mencari kesibukan sendiri seperti memainkan alat tulisnya, mencoret-coret buku, dan sibuk pada dunianya sendiri. Anak juga cenderung cepat bosan, sehingga apabila guru menerangkan terlalu lama maka fokusnya juga akan buyar dan materi tidak terserap dengan baik.
Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Anak yang Suka Menunda dalam Belajar
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Motivasi rendah, kurang inisiatif dan pasif dalam belajar
ilustrasi siswa yang tidak semangat untuk belajar (pexels.com/ Katerina Holmes) Motivasi belajar anak slow learner tergolong rendah. Mereka seperti tidak ada passion dalam mengikuti pembelajaran. Mereka hanya mengikuti alur dari guru, yaitu mendengarkan penjelasan lalu mengerjakan soal.
Saat tugas berkelompok pun, anak slow learner cenderung berkontribusi pasif. Mereka akan mengerjakan tugasnya ketika sudah diminta oleh guru atau temannya. Selain itu, anak ini juga jarang mengeluarkan pendapatnya dan hanya menjadi pengikut.
4. Mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan berhitung
ilustrasi siswa yang kesulitan dalam pelajaran berhitung (pexels.com/ Karolina Grabowska) Ciri yang sangat nampak dari anak slow learner adalah kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung. Anak cenderung tidak memedulikan tanda baca sehingga membacanya seperti tidak beraturan. Hal ini juga membuat anak susah menangkap isi dari bacaan. Anak slow learner juga terkendala dalam berhitung, seringkali mereka masih menggunakan sepuluh jari untuk menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan.
Dalam segi kepenulisan, anak slow learner terkadang masih salah dalam penulisan sisipan huruf konsonan. Dalam kasus yang lebih parah, bisa saja anak menulis tapi banyak huruf yang hilang. Contohnya ketika diminta guru untuk menulis ‘jantung’ maka tulisan anak akan menjadi ‘jatu’.
Ada juga anak yang tidak konsisten dalam penggunaan huruf kecil dan huruf kapital ketika menulis. Misalnya, anak diminta guru untuk menulis ‘jaring-jaring makanan’ maka tulisan anak menjadi ‘jaRiNg jaRiNg makaNaN’.
5. Membutuhkan pengulangan materi dan waktu lebih dalam mengerjakan
ilustrasi siswa yang membutuhkan penjelasan guru secara intensif dan berulang kali (pexels.com/ Andrea Piacquadio) Apabila anak reguler membutuhkan 1-3 kali pengulangan materi, maka anak slow learner membutuhkan minimal 4 kali pengulangan. Ia membutuhkan lebih banyak pengulangan karena sedikit kesusahan dalam memahami informasi.
Pada saat mengerjakan tugas, anak slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama dari anak reguler. Misal anak reguler membutuhkan waktu 20 menit untuk mengerjakan 10 soal, maka anak slow learner bisa membutuhkan 40 menit untuk menyelesaikan 10 soal.
Baca Juga: 9 Referensi Ruang Belajar untuk Anak dan Remaja