Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pendidikan sebagai salah satu indikator kemajuan suatu negara, menjadi sorotan penting bagi kita. Melihat peringkat yang Indonesia dapatkan dalam bidang pendidikan sangat rendah, setiap orangtua memiliki tanggung jawab penuh atas pendidikan buah hatinya. Mulai dari pendidikan pembentukan karakter, pendidikan spiritual, hingga pendidikan formalnya.
Dalam praktiknya terdapat kebiasaan yang keliru para orangtua dalam mempersiapkan pendidikan anaknya di usia dini. Seharusnya semua hal di bawah ini bisa dihindari demi kehidupan pendidikan yang lebih baik.
1. Menyekolahkan Anak sedini mungkin agar cerdas
Merujuk ke Finlandia sebagai negara urutan pertama pendidikan terbaik di dunia, ternyata tidak memperkenankan anak masuk sekolah dasar jika usianya belum genap 7 tahun. Anak akan jenuh dan cenderung tak optimal mengenyam pendidikan jika masuk dibawah 7 tahun. Sedangkan di Indonesia orang tua berpacu menyekolahkan anaknya bahkan ada pra sekolah yakni usia 1,5-2 tahun.
Pintar atau cerdas ada waktunya. Usia dini yang berkembang adalah pusat perasaan sehingga anak harus bahagia, bukan cerdas. Dan usia dini adalah fase stimulasi motorik. Sayangnya, sistem yang keliru seperti ini malah banyak dilakukan, bukannya dihindari.
Baca Juga: 6 Keistimewaan yang Dimiliki Perempuan Berpendidikan Tinggi
2. Menyekolahkan anak agar belajar sosialisasi
False belief atau keyakinan yang salah lainnya yang tertanam pada kebanyakan orangtua yakni menyekolahkan anak agar bisa bersosialisasi di usia dini.
Menurut ibu Elly Risman S.Psi, seorang Psikolog lulusan Universitas Indonesia mengatakan bahwa anak usia dini belum saatnya bersosialisasi. Mereka bisa bermain bersama tapi dengan mainan masing-masing, tidak berbagi. Ketika memasuki usia 5-6 tahun, usia tepat bermain bersama teman seusianya, mengenal lingkungan dan bersosialisasi. Saat anak bersosialisasi, orangtua sudah membekali anak dengan pembentukan karakter dasar.
3. Menyekolahkan dini karena banyak permainan
Orangtua kebanyakan tidak menyadari permainan anak yang paling menarik atau kreatif di usia dininya adalah bermain bersama orangtuanya. Justru tak perlu banyak menggunakan alat bermain.
Tubuh orangtua adalah alat terbaik bermain anak. Misalnya bermain kuda-kudaan; orangtua jadi kudanya, atau bermain suara-suara hewan. Saat ini adalah waktu yang tepat membangun kedekatan fisik dan emosional bersama anak.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Maka jadilah orangtua terbaik dan jangan batasi kreativitas anak dengan mainan yang siap pakai.
4. Mengenalkan anak dengan gadget
Pada acara seminar parenting banyak orang tua mengeluhkan anaknya yang main games di handphone lebih dari 2 jam bahkan ada yang seharian bermain gadget. Bukankah para orangtualah yang memberikan fasilitas permainan gadget pertama kali, maka ketika anak kecanduan, tentu kontribusi terbesar kesalahan ini mutlak orangtua.
Kasus ini merupakan pelajaran bagi orangtua untuk cerdas memilihkan anak permainan yang tepat pada usianya, selain itu orangtua pun harus disiplin dan konsisten memberikan anak waktu bermain gadget. Jangan juga menggunakannya ketika sedang berinteraksi dengan anak.
5. Peranan orangtua yang absen dalam pendidikan
Pixabay.com/sathyatripodi Alasan mayoritas orangtua menyekolahkan anaknya yang masih usia 3-5 tahun adalah pekerjaan. Sehingga menyerahkan sepenuhnya pendidikan pada sekolah. Ini merupakan sebuah kekeliruan. Tugas para orangtua itu multifungsi, bukan hanya memberi nafkah kepada anak tapi juga pendidikan terbaik dari rumah.
Anak usia 0-6 thn adalah the golden age (usia keemasan), artinya orangtua diharapkan kehadirannya untuk berperan dalam pendidikan anak dan pembentukan karakter dasar. Anak adalah plagiator terbaik. Jika ada kebiasaan perilaku yang cenderung negatif pada anak maka dia mendapatkannya dari rumah.
Baca Juga: 7 Hal yang Mengubah Hidup Anak Muda, Wajib Diterapkan Saat Ini Juga!