TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Melatih Kepedulian Anak pada Orang Lain

Jadi lebih mudah berbagi dengan orang lain

ilustrasi anak saling bekerjasama (pixabay.com/StartupS)

Sama seperti sikap baik lainnya, peduli adalah nilai dasar yang harus dipelajari anak dari waktu ke waktu melalui contoh perbuatan. Jadi, jangan ajarkan anak hanya lewat ucapan, tapi bentuk nyata yang dicontohkan oleh orangtua dan orang terdekat lainnya untuk membentuk kepribadian baiknya. 

Studi dalam laman Washington Post mengungkapkan, anak tidak dilahirkan sebagai orang baik atau buruk, tapi bagaimana orangtua tidak menyerah mendidik hal positif padanya. Si kecil memerlukan orang dewasa yang mendukungnya jadi sosok yang hormat, perhatian, bertanggung jawab, peduli dengan sesama di setiap tahap masa kanak-kanaknya. 

Lantas, bagaimana caranya orangtua dapat mendukung anak menjadi seseorang yang peduli pada orang lain? Menurut studi Harvard University, inilah beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua dalam meningkatkan rasa peduli anak pada orang lain. Yuk, baca sampai akhir artikel, ya! 

1. Jalin hubungan yang penuh perhatian dan kasih sayang padanya

ilustrasi bermain bersama anak (unsplash.com/Bruno Nascimen)

Anak menjadi lebih peduli dan hormat ketika dia diperlakukan hal yang sama. Saat anak merasa dicintai, dia menjadi lebih dekat pada orangtuanya. Kedekatan inilah yang membuatnya lebih mudah menerima nilai dan ajaran yang kamu berikan. 

Kedekatan bisa terbangun selama kamu menunjukkan kasih sayang yang tulus padanya, menyediakan lingkungan keluarga yang stabil dan aman, menghormati kepribadian individu, dan berbicara dari hati ke hati. Oya, berkomitmen untuk menghabiskan waktu bersama dengannya juga memperlihatkan kamu peduli padanya, lho. 

2. Ajak anak peduli melalui kegiatan sehari-hari dan selalu ingatkan tentang rasa bersyukur

ilustrasi anak mencuci tangan (unsplash.com/CDC)

Penting untuk melatih anak mau merawat dirinya dan orang lain sambil tetap bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Studi memperlihatkan jika orang yang terbiasa mengungkapkan rasa bersyukur dan terimakasih dari hal-hal kecil akan cenderung mudah membantu, lebih peduli, dan cenderung lebih bahagia. 

Kamu bisa memulainya memberikan tugas harian rumah tangga. Contohnya, dia mendapatkan tugas menyapu lantai seminggu tiga kali. Tak lupa, ucapkan terimakasih padanya karena sudah mau melakukan tugasnya, perlihatkan bahwa setiap anggota keluarga di rumah merasa senang karena dia dapat melakukan tugasnya dengan baik. 

Sebaliknya, ajarkan dia untuk berterimakasih pada setiap anggota keluarga yang juga melakukan tugas mereka dengan baik. Dengan ini, dia jadi terbiasa untuk bersyukur dan peduli pada orang lain. 

Baca Juga: Psikolog: Anak-anak Rentan Jadi Pelampiasan Kekerasan di Masa Pandemik

3. Ajak sang anak luaskan kepeduliannya pada orang lain

ilustrasi anak saling bekerjasama (pixabay.com/StartupS)

Bisa dibilang, hampir semua anak memiliki kepedulian dan empati dengan lingkaran kecilnya seperti keluarga dan teman. Padahal, jiwa kepedulian sesungguhnya adalah bagaimana dia mau membantu orang lain meski dia tidak mengenalnya.  

Memperbesar lingkaran kepedulian anak bisa kamu ajari dari hal yang sederhana. Misalnya, tunjukkan kepedulian pada teman sekolah yang membutuhkan bantuan meski dia tidak terlalu mengenalnya. Kamu juga bisa membawa si kecil mengunjungi panti asuhan dan berbagi dengan teman-teman yatim piatu. 

4. Mendukung anak mengembangkan kontrol diri dan perasaan

ilustrasi anak ngobrol dengan orangtua (pexels.com/Any L)

Tak jarang, rasa peduli pada orang lain terkikis karena adanya kemarahan, iri hati, malu, atau perasaan negatif lainnya. Awalnya niat membantu, tapi begitu melihat orang yang akan dibantu tidak disukai, keinginan untuk peduli pun hilang. 

Sebenarnya, mengajari semua perasaan baik positif atau negatif pada anak adalah hal yang baik. Namun, setelah mengetahui semuanya, ini menjadi tugas orangtua untuk mendukungnya mengatur perasaan tersebut. 

Kamu perlu mengajarkannya untuk mengidentifikasi perasaan yang dimilikinya. Ajaklah dia bicara perasaan apa yang membuat hati dan pikirannya tidak suka, apakah itu frustasi, marah, kecewa, sedih. Dorong lah dia untuk berani mengungkapkan perasaannya dan cari sebabnya mengapa perasaan negatif itu muncul. Kemudian, bantu anak melatih perasaannya. Ajak dia untuk fokus pada pengendalian diri dengan diam, tarik napas dalam-dalam lewat hidung dan buang melalui mulut, lalu hitung sampai lima. Ulangi hingga dia tenang.

Setelah itu, dorong dia selesaikan konfliknya ketika kepala dan hati sudah dingin. Ajarkan dia untuk mau ungkapkan apa yang dirasakannya pada orang lain. Sebaliknya, ajarkan juga dia untuk mau mendengarkan apa yang dirasakan orang lain. Dengan cara ini, mereka akan berusaha saling mengerti. Meski begitu, tetap berikan batasan yang jelas. Ajarkan pada dia hal apa yang bisa ditolerir dan hal apa yang tidak sehingga sang anak tetap memiliki pandangan yang tinggi tentang kebenaran dan keadilan menurut dirinya. 

Baca Juga: 10 Potret Kocak 'Namanya Juga Anak-Anak' yang Bikin Terbahak-bahak

Verified Writer

IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya