TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Mengajarkan Edukasi Seks pada Anak, Sesuaikan Usia

Pentingnya pengetahuan seks sejak dini

Ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Antoni Shkraba)

Hingga kini, topik mengenai seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan secara terang-terangan di Indonesia. Jika dipikirkan dengan baik, pengetahuan seks sangat baik jika diajarkan sedini mungkin, dari segi laki-laki maupun perempuan secara biologis. Jika sedari kecil sudah diajarkan, maka saat dewasa pola pikirnya akan berbeda dari anak kebanyakan, lebih bertanggung jawab dan berhati-hati terhadap pergaulan lawan jenis.

Sebagai orangtua harus menyadari bahwa kini anak perlu dididik dengan metode baru. Sebab zaman dulu beda dengan saat ini. Kita tahu bahwa pendidikan di Indonesia jarang membahas topik edukasi seks pada anak. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk mengajarkannya pad anak agar mereka tidak jatuh ke dalam hal buruk. Penjelasan tips mengajarkan edukasi seks pada anak berikut ini bisa dijadikan referensi bagi orangtua, ya. Mari simak selengkapnya.

1. Kenalkan hal dasar

Ilustrasi ibu mengajarkan anak (unsplash.com/Alexander Dummer)

Langkah pertama untuk mengajarkan anak mengenai seks adalah dengan memberitahu bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dipegang sembarangan oleh orang lain, yakni kemaluan dan bagian payudara bagi perempuan. Tak lupa untuk memberi penjelasan agar anak paham betul, bahwa kita tidak boleh berbuat tidak senonoh pada orang lain. Atau jika ingin menyentuh, sebaiknya izin terlebih dahulu.

Selain itu, kita juga harus memberitahu mereka cara menghadapi saat genting dan berpotensi terjadi hal buruk seperti pelecehan, dengan melaporkan kepada orangtua atau orang dewasa sekitarnya yang dapat membantu. Selain itu, sebaiknya kita tidak melepas anak begitu saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, sebaiknya anak tetap didampingi.

Baca Juga: Apa Itu Petik Mangga dalam Hubungan Seks? Ini Penjelasannya

2. Cara bersikap kepada lawan jenis

Ilustrasi anak perempuan dan laki-laki (unsplash.com/saeed karimi)

Saat di ruang publik kita membutuhkan kenyamanan. Namun, tidak jarang kita mendapatkan pelecehan verbal bahkan saat ramai seperti catcalling. Hal ini sering dialami perempuan. Bukan tidak mungkin jika anak melihatnya, kemudian menirunya. Sebab anak melakukan apa yang mereka lihat. Seharusnya sebagai orang dewasa kita mencontohkan yang baik, agar anak juga lebih menghargai lawan jenisnya. 

Banyak cara untuk bersikap baik kepada lawan jenis, dengan menjaga batasan, bercanda tidak berlebihan dan tidak mengandung unsur sensual, menjaga pandangan, dan tidak memegang tanpa seizinnya. Terkadang kita juga tidak harus mengajarkannya secara gamblang, anak paham dengan sendirinya. Asal, nilai-nilai yang sebelumnya kita tanamkan pada diri mereka juga baik.

3. Cara menjaga kebersihan diri, baik laki-laki dan perempuan

Ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Selain menjaga hubungan baik antar lawan jenis, kita juga harus menjaga diri dalam hal kebersihan. Karena anak belum mengerti, sebagai orangtua wajib membantunya. Seperti pada celah-celah tubuh yang warnanya sedikit lebih gelap, agar tidak gatal-gatal atau iritasi tertentu. Kesadaran kebersihan harus ditumbuhkan sedari kecil agar terbiasa saat dewasa. 

Area tubuh tertentu seperti organ intim, harus diberi perawatan khusus agar tidak iritasi, karena sangat sensitif. Selain itu, jangan lupa untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan biasakan olahraga. Sebab bagi lelaki dan perempuan dewasa, kesehatan fisik berpengaruh pada reproduksi. Membiasakan anak berolahraga akan membangkitkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan fisik. 

4. Beritahu dampak buruk dari salah pergaulan

Ilustrasi ayah berbicara dengan anaknya (pexels.com/Julia M Cameron)

Pergaulan masa kini banyak yang telah mengikuti gaya barat, termasuk gaya berpacaran yang cukup bikin geleng-geleng kepala. Sebagai orangtua harus memberitahu bahwa, saat usia mereka akil baligh (kematangan seksual) 9-17 tahun, mereka sudah bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Mereka harus bisa menentukan mana yang baik dan buruk, salah dan benar.  

Supaya anak tidak berada dalam jalur yang salah, orangtua harus lebih dulu aktif menanamkan nilai-nilai positif agar anak memiliki mindset dan pendirian yang kuat. Nilai-nilai tersebut bisa nilai moral, agama, kedisiplinan,dan lain-lain. Jika terasa sulit, bisa mendaftarkan anak ke tempat yang lebih profesional, atau mengarahkannya ke dalam kegiatan lain, seperti les musik, masak, atau menari.

Writer

Salma Syifa Azizah

Flower lover

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya