Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Perceraian orangtua memang selalu membuat anak menjadi sosok yang paling dikorbankan dalam berbagai halnya. Tidak heran jika anak-anak broken home mengalami banyak sekali tantangan dalam menjalani hidup, apalagi dengan kondisi orangtuanya yang sudah tidak lagi bersama-sama.
Bertahan dalam situasi yang sulit tentunya bukan hal mudah bagi anak-anak broken home. Sebab, sedikit banyak situasi tersebut akan mempengaruhi kondisi mentalnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan ada beberapa kesulitan berikut ini yang juga sering dialami oleh anak-anak broken home, sehingga perlu usaha ekstra untuk menghadapinya.
Baca Juga: 25 Kata-kata Anak Broken Home, Selalu Kuat dan Tangguh!
1. Mengalami trust issue
ilustrasi anak trauma (pexels.com/RDNE Stock project) Trust issue merupakan salah satu hal yang sangat erat dengan anak-anak broken home karena memang rasa kecewa yang sudah pasti dimilikinya. Tidak ada anak yang ingin orang tuanya bercerai, sebab hal tersebut jelas akan menimbulkan luka dan kekecewaan di lubuk hati yang paling dalam.
Anak-anak yang menjadi korban perceraian biasanya akan mengalami trust issu terhadap orang lain. Bahkan, trust issue tersebut bisa terus terbawa hingga ia dewasa, sehingga tidak berani untuk menjalin komitmen dengan orang lain.
2. Permasalahan emosional
ilustrasi anak trauma (pexels.com/cottonbro studio) Permasalahan emosional memang menjadi masalah selanjutnya yang harus dihadapi oleh anak-anak broken home. Bukan hal yang mudah untuk menghadapi permasalahan emosional ini karena sering kali anak-anak broken home biasanya sudah banyak menyaksikan pertengkaran-pertengkaran yang mungkin dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Sering kali anak-anak broken home juga sangat rentan dengan risiko stres yang bisa berujung pada depresi. Hal ini jelas akan menyebabkan bahaya tersendiri apabila terus dibiarkan karena membuat anak jadi berisiko mengalami permasalahan mental.
3. Takut untuk berinteraksi secara luas
ilustrasi anak lelah (pexels.com/Antoni Shkraba) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Manusia sebagai makhluk sosial memang sudah semestinya saling berinteraksi satu sama lain. Bukan hanya orang dewasa saja yang harus berinteraksi secara aktif, namun anak-anak juga biasanya akan turut dituntut untuk bisa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya atau pun orang-orang lain yang ada di sekitarnya.
Sayangnya bukan hal mudah untuk anak-anak broken home dalam melakukan interaksi secara luas dan bebas karena trauma yang mungkin dimiliki di dalam dirinya. Anak-anak broken home memerlukan cara tersendiri untuk bisa bangkit dari keterpurukan agar nantinya tidak terus-menerus menarik diri dari sosial.
Baca Juga: 7 Tips Jadi Support System buat Teman Broken Home, Arahkan Masa Depan
4. Tidak percaya diri
ilustrasi anak marah (unsplash.com/@0xhjohnson) Memang bukan hal mudah dalam menghadapi perceraian yang dialami oleh kedua orangtua. Apalagi jika perceraian tersebut seolah memberikan luka yang cukup mendalam di hati anak, sehingga menimbulkan kekecewaan dan kebingungan dalam mengungkapkan apa yang dirasakannya selama ini.
Anak-anak yang sering menyimpan kesulitan dan emosi sendiri biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Anak-anak seperti itu akan mudah minder dengan sekelilingnya, sehingga tidak bisa berekspresi dengan lebih luwes.