Meski kesadaran akan kesehatan mental telah semakin meningkat, membicarakan kondisi mental kepada orang lain merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan masih adanya stigma atau label negatif terhadap mereka yang memiliki gangguan kondisi mental atau kejiiwaan. Kurangnya edukasi dan pemahaman mengenai kesehatan mental mengakibatkan masyarakat sering kali memandang gangguan mental sebagai sesuatu yang negatif atau tidak normal. Penderita gangguan mental yang seharusnya membutuhkan bantuan dan dukungan, justru kerap dijauhi atau diabaikan.
Adanya stigma dan label negatif terhadap penderita gangguan mental ini menyebabkan seseorang takut untuk terbuka akan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka kemudian memilih untuk menyembunyikan pikiran dan perasaannya dari orang lain, termasuk dari seorang anak yang hidup di keluarga. Padahal, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk dan menjaga kesehatan mental satu sama lain. Lantas, mengapa seorang anak enggan berbicara kesehatan mental pada orangtua atau keluarganya? Berikut penjelasan selengkapnya!