Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak sedih
ilustrasi anak sedih (unsplash.com/Lucas Metz)

Intinya sih...

  • Anak menjadi lebih mudah marah atau sensitif

  • Anak menarik diri dari aktivitas yang biasanya disukai

  • Anak mengalami sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kelelahan emosional tidak hanya dialami oleh orang dewasa, sebab ternyata juga bisa terjadi pada anak. Situasi seperti tugas sekolah yang menumpuk, perubahan lingkungan, hingga konflik sosial justru bisa membuat anak merasa kewalahan secara mental. Tentu hal ini akan berdampak buruk bagi kesehariannya di sekolah, di rumah, hingga pertemanannya.

Sebagai orangtua, tentu harus memahami tanda-tanda kelelahan emosional agar bisa memberikan dukungan yang tepat sebelum kondisi mereka semakin memburuk. Ketahuilah beberapa tanda anak sedang mengalami kelelahan emosional berikut ini. Setelah mengetahuinya, kamu sebagai orangtua bisa mewaspadai dan mencari solusi.

1. Anak menjadi lebih mudah marah atau sensitif

ilustrasi anak marah (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu tanda jelas yang menunjukkan bahwa anak kelelahan secara emosional adalah perubahan emosinya yang drastis jika dibandingkan biasanya, bahkan terhadap hal-hal kecil. Kondisi ini kerap muncul akibat cadangan energi mental yang sudah habis, sehingga mereka tidak bisa mengatur perasaannya dengan stabil.

Anak mungkin menunjukkan reaksi yang berlebih, seperti menangis mendadak atau kesal tanpa alasan yang jelas, sebab merupakan bentuk pelepasan tekanan yang tidak bisa diungkapkan secara verbal. Pada saat hal ini terus terjadi, maka orangtua harus bisa memahami bahwa perilaku tersebut bukan hanya karena marah, melainkan sinyal bahwa mereka memerlukan waktu untuk menenangkan diri.

2. Anak menarik diri dari aktivitas yang biasanya disukai

ilustrasi anak sedih (pexels.com/Monstera Production)

Kelelahan secara emosional bisa membuat anak hilang minat terhadap kegiatan yang sebelumnya disukai. Mereka mungkin lebih memilih untuk menyendiri, walau biasanya justru terlihat aktif dan bersemangat dalam melakukan rutinitas harian.

Penarikan diri kerap menunjukkan bahwa anak kehilangan motivasi karena merasa terlalu lelah secara mental untuk berinteraksi atau menikmati aktivitas yang mungkin memerlukan energi emosional. Jika kondisi ini terus berlangsung selama beberapa waktu, maka orangtua harus peka karena menandakan adanya tekanan yang sedang mereka alami.

3. Anak mengalami sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak

ilustrasi anak sedang tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Gangguan tidur merupakan salah satu gejala umum dari kelelahan emosional akibat pikiran anak yang tidak benar-benar beristirahat, meski tubuhnya sudah mengalami kelelahan. Mereka mungkin sering terbangun di malam hari, sulit memulai tidur, atau bahkan mengalami mimpi buruk yang mengganggu kualitas istirahatnya.

Tidur yang kurang berkualitas akan membuat anak semakin sensitif dan mudah lelah pada hari berikutnya. Pada saat gangguan tidur mulai terjadi, maka orangtua harus mengevaluasi penyebab stres dan tekanan yang mungkin memengaruhi kenyamanan mental anak.

4. Anak sulit berkonsentrasi pada tugas sehari-hari

ilustrasi anak belajar (unsplash.com/Annie Spratt)

Kelelahan secara emosional ternyata bisa membuat anak mengalami penurunan fokus akibat pikiran yang dipenuhi kekhawatiran atau rasa tidak nyaman yang sulit diabaikan. Mereka mungkin tampak lebih lambat dalam respon, sering melamun, atau tidak bisa menyelesaikan tugas yang biasanya mudah untuk mereka.

Kesulitan berkonsentrasi akan berdampak pada performa akademik dan juga kegiatan lain, sehingga membuat anak semakin merasa frustrasi dan tidak mampu lakukan aktivitas dengan baik. Pada situasi seperti ini, tentu orangtua harus memberikan ruang dan waktu dalam pemulihan emosional agar bisa mengembalikan kembali semangat tanpa memberikan tekanan berlebih.

Memahami tanda-tanda anak sedang mengalami kelelahan emosional merupakan langkah penting dalam memastikan kesejahteraan mental mereka tetap terjaga. Justru dengan mengenali perubahan yang ada, maka orangtua bisa memberikan dukungan yang tepat agar bisa mengembalikan kembali minatnya. Cara ini akan membantu anak untuk menjalani hari-harinya dengan lebih seimbang dan bahagia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team