ilustrasi anak trauma (pexels.com/Monstera Production)
Lalu, untuk dampak negatifnya, banyak penelitian menunjukan bahwa gaya ini bisa menyebabkan depresi dan kecemasan pada anak. Selain itu, Kendra Cherry, spesialis rehabilitasi psikososial, melansir verywell mind, mengungkapkan, karena orangtua otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak anaknya, ini menyebabkan anak sangat baik mematuhi aturan. Namun, mereka kurang bisa mendisiplinkan dirinya.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh ini gak didorong untuk bereksplorasi dan bertindak mandiri, dan hanya diarahkan untuk mematuhi aturan yang ditetapkan oleh orangtuanya. Sehingga, hal ini membuatnya gak bisa benar-benar belajar bagaimana menetapkan batasan dan standar untuk diri sendiri. Kurangnya disiplin ini akhirnya bisa menimbulkan masalah ketika orangtua atau figur otoritas gak ada untuk memantau perilakunya.
"Meskipun para ahli perkembangan sepakat bahwa aturan dan batasan penting bagi anak-anak, sebagian besar percaya bahwa pola asuh otoriter terlalu menghukum dan kurang memberikan kehangatan, kasih sayang tanpa syarat, dan pengasuhan yang juga dibutuhkan anak-anak," kata Cherry.
Meskipun pola asuh ini akan terlihat efektif untuk jangka pendek, tetapi ini gak akan bertahan dalam jangka panjang. Dan jika pola asuh ini dilakukan secara berlebih, maka akan banyak dampak negatif yang mungkin dialami oleh anak. Sehingga, para ahli kurang merekomendasikan pola asuh ini.