Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
anak di pengungsian
ilustrasi anak di pengungsian (pexels.com/Ahmed akacha)

Intinya sih...

  • Memastikan kesejahteraan fisik anak dulu, termasuk luka dan makanan serta minuman

  • Menenangkan anak dari rasa trauma dengan memahami gejala-gejalanya

  • Membantunya beradaptasi di tempat pengungsian dengan memberikan dukungan dan keamanan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika situasi baik-baik saja, mengasuh anak di rumah tetap bukan hal mudah. Orangtua mesti selalu awas terhadap segala hal terkait anak. Kamu lengah sedikit, anak bisa mengalami sesuatu yang buruk.

Namun, ketika terjadi bencana atau keadaan darurat, tugas pengasuhan menjadi jauh lebih berat. Baik anak maupun orangtua sama-sama dalam keadaan yang tidak aman secara fisik maupun mental. Situasinya menjadi penuh tekanan.

Meski demikian, orangtua tetap mesti berusaha mengasuh anak dengan sebaik mungkin. Tentu akan ada banyak perbedaan dengan ketika semuanya baik-baik saja. Ada hal-hal yang perlu dilonggarkan biar anak gak tambah stres. Di saat yang sama pengawasan harus tetap maksimal. Selengkapnya dalam uraian berikut.

1. Memastikan kesejahteraan fisik anak dulu

ilustrasi anak di pengungsian (pexels.com/Canan YAŞAR)

Kesejahteraan fisik anak maksudnya keadaan anak secara jasmani harus dipastikan baik dulu. Anak sangat mudah terganggu oleh rasa sakit. Kalau ada luka di tubuhnya berarti mesti segera dicarikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya.

Demikian juga bila anak gak enak badan. Segera datangi posko kesehatan supaya kondisinya tidak memburuk. Kemudian terkait makanan dan minuman. Anak tentu tidak memiliki daya tahan sebesar orang dewasa.

Sebisa mungkin ada makanan dan minuman untuk anak meski sedikit demi sedikit. Dalam kondisi normal, makan serta minumnya sudah terjamin. Namun, di situasi bencana keduanya tak mudah diperoleh.

Selalu katakan pada relawan atau siapa pun yang mungkin membantu bahwa ada anak yang memerlukan makanan serta minuman. Termasuk pakaian hangat buat mencegahnya jatuh sakit atau bertambah sakit. Jika secara fisik anak sudah aman, otomatis ia lebih tenang serta mampu bertahan menghadapi kondisi sulit ini.

2. Menenangkan anak dari rasa trauma

ilustrasi anak di pengungsian (pexels.com/Ahmed akacha)

Setelah secara fisik anak cukup aman, prioritas berikutnya adalah membantu anak mengatasi trauma. Bencana tentu membuat siapa pun ngeri. Bahkan orang dewasa saja dapat mengalami PTSD atau post traumatic stress disorder.

Rasa trauma pada anak mungkin sukar diungkapkan. Anak tidak mengatakan dirinya takut. Akan tetapi, tahu-tahu ia tak bisa tidur atau berkali-kali terjaga sepanjang malam. Anak juga bermimpi buruk dan mengigau.

Bahkan anak yang tadinya sudah tidak mengompol dapat kembali kencing di celana. Termasuk ketika ia dalam posisi gak tidur dan mudah menangis. Selalu katakan pada anak supaya tak lagi khawatir. Bencana yang terburuk sudah berlalu. Situasi akan membaik perlahan-lahan. Kalian sekarang aman.

3. Membantunya beradaptasi di tempat pengungsian

ilustrasi anak di pengungsian (pexels.com/Ahmed akacha)

Tinggal di pengungsian memang gak senyaman di rumah sendiri dalam keadaan normal. Akan tetapi, pengungsian adalah tempat terbaik ketika rumah tidak lagi aman untuk ditempati. Di pengungsian kalian semua menghadapi kondisi yang begitu berbeda.

Tidak ada kamar dan yang ada hanya satu ruangan besar untuk bersama-sama. Malah kalian barangkali mesti tidur di tenda. Ini tidak seperti kemah yang sering dibayangkan atau pernah dilakukan anak.

Beberapa anak bisa dengan cepat menyesuaikan diri. Ada juga anak yang menjadi selalu gelisah bahkan rewel. Kalau anak terlihat belum nyaman dengan situasi pengungsian, pastikan kalian selalu sedekat mungkin. Adanya dirimu di sisinya membuat anak merasa lebih aman.

4. Namun, tetap tegas tentang apa yang boleh atau tidak boleh

ilustrasi anak-anak pengungsi (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Dengan keadaan psikis anak yang masih terguncang tentu orangtua gak boleh bersikap terlalu keras. Itu akan menambah tekanan mentalnya. Namun, jangan pula lantas mengendurkan semua aturan yang biasa berlaku di rumah.

Misalnya, terkait jam tidur. Usahakan setelah kalian berada di tempat aman, anak tidur sesuai waktu istirahatnya yang biasa. Ini akan membantu menjaga kesehatannya. Aturan lain bahkan perlu ditambahkan sesuai dengan keadaan saat ini.

Contohnya, dalam situasi normal, ketika hujan turun dirimu membolehkan anak bermain hujan-hujanan sebentar di halaman. Setelah bencana banjir atau longsor menimpa daerah kalian, larang anak bermain di luar begitu hujan atau mendung.

Takutnya banjir kembali datang saat anak bermain di luar. Atau, terjadi longsor susulan. Anak juga tidak boleh ribut bila kalian di tempat pengungsian karena akan mengganggu pengungsi lain.

5. Memastikan anak dalam jarak pandang orangtua

ilustrasi anak digendong relawan (pexels.com/Ahmed akacha)

Situasi darurat atau bencana sangat kacau. Baik kalian bertahan di rumah atau mengungsi, semuanya berada dalam ketidakteraturan. Sangat mungkin anak yang kurang pengawasan menjumpai bahaya.

Misalnya, ia pergi bermain bersama teman sebaya terlalu jauh. Mereka malah mendekati daerah yang lebih berbahaya. Seperti kawasan yang banjirnya lebih tinggi atau ada selokan di kanan dan kirinya. Meski ketinggian air tidak seberapa, selokan menjadi tak terlihat.

Anak bisa celaka. Meski bermain bersama kawan membantu mengatasi trauma anak, pastikan orangtua masih dapat melihatnya. Lebih dekat lebih baik. Ini juga mencegah anak menghilang karena tersesat atau bingung di tengah banyaknya pengungsi serta tenda yang serupa.

Hampir tidak mungkin untuk menerapkan parenting di hari normal dalam situasi bencana. Untuk hal-hal yang gak menentukan hidup atau mati dan sehat atau sakitnya anak masih bisa ditunda dulu. Seperti aturan belajar setiap hari.

Peraturan ini baru dapat diterapkan kembali setelah suasana makin baik, anak lebih tenang, serta ada fasilitas yang memadai. Seperti tempat pengungsian kian layak dan terdapat penerangan. Sekarang terpenting anak merasa aman serta sehat. Memperbanyak pelukan juga bikin anak lebih nyaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team