Rasa tak nyaman selalu muncul ketika menggulirkan layar ponsel beberapa hari terakhir ini. Bombardir berita buruk yang meliputi negara kitalah yang jadi salah satu penyebabnya. Mungkin bukan hanya aku saja yang mengalaminya, beberapa dari pembaca pasti ada yang merasakannya.
Indonesia sedang menghadapi masa yang penuh dinamika. Aksi demonstrasi marak di berbagai kota, suara rakyat terdengar lantang menuntut perubahan. Berita tentang demonstrasi dan unjuk rasa hampir tak pernah absen dari layar televisi maupun media sosial. Jalanan penuh sesak, suara orasi menggema, dan suasana kota terasa berbeda dari biasanya. Sebagai orang dewasa, kita mungkin bisa memahami bahwa inilah bagian dari dinamika demokrasi. Namun, bagaimana dengan anak-anak? Mereka melihat potongan-potongan berita itu dan mulai bertanya-tanya.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat orangtua harus berhati-hati dalam memberi jawaban. Di sinilah peran orangtua menjadi sangat berarti. Bagaimana menjelaskan kondisi negara yang kompleks kepada anak, tanpa membuat mereka bingung atau cemas? Bukan hanya soal menjawab, tetapi juga tentang menanamkan pemahaman: bahwa perbedaan pendapat itu wajar, bahwa suara rakyat penting, dan bahwa empati harus selalu jadi bagian dari cara kita memandang dunia.
Komunitas Tentang Anak serta Berdikari Book membagikan beberapa insight lewat Instagram terkait bagaimana menjelaskan hal tersebut pada anak-anak, mulai dari demonstrasi hingga kondisi negara ini. IDN Times juga menghubungi Putri Aisya, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog klinis pada Kamis (4/9/2025) untuk meminta pendapatnya. Yuk, simak rangkuman dan penjelasannya!