5 Tanda Anak Tertekan Akibat Tiger Parenting Meski Tampak Biasa Aja

- Anak jadi terlalu perfeksionis.
- Menarik diri dari lingkungan sosial.
- Mudah cemas dan sulit tidur.
Pola asuh tiger parenting lebih dikenal dengan pendekatannya gaya keras, penuh tuntutan, dan selalu berorientasi pada pencapaian tinggi. Orangtua dengan gaya ini selalu menetapkan standar yang sangat tinggi untuk anaknya dan hanya memberi sedikit ruang untuk kegagalan atau kesalahan. Meskipun niatnya untuk mendorong anak meraih prestasi terbaiknya, tekanan yang terus menerus justru berdampak negatif pada kondisi mental anak. Tanpa disadari, anak mengalami stres berkepanjangan yang tak langsung terlihat.
Bahkan orangtua menganggap ini hal yang normal, padahal menjadi awal masalah emosional yang lebih serius. Anak yang tumbuh dalam pola asuh seperti ini sering merasa kalau cinta orangtua selalu punya syarat, tergantung pada prestasi. Mereka gak merasa cukup baik kalau hanya menjadi diri sendiri. Inilah mengapa orangtua harus mengenali tanda-tanda stres pada anak. Yuk, simak!
1. Anak jadi terlalu perfeksionis

Salah satu tanda paling umum dari stres akibat tiger parenting adalah muncul sifat perfeksionis yang berlebihan. Anak merasa kalau nilai 90 masih belum cukup baik kalau belum mencapai 100, dan kegagalan sekecil apa pun membuatnya merasa hancur. Hal ini gak hanya keinginan untuk berprestasi, tapi rasa takut gagal. Mereka lebih memilih menghindari tantangan baru karena takut gak bisa memenuhi ekspektasi.
Kalau nilai mereka turun, mereka bisa merasa sangat bersalah atau cemas berlebihan. Perfeksionis seperti ini sudah gak sehat, karena menempatkan harga diri anak hanya pada pencapaian eksternal. Mereka gak belajar menerima kalau kesalahan adalah bagian dari proses tumbuh. Akibatnya, anak menjadi sangat tegang dalam kesehariannya, bahkan meski gak ada tuntutan nyata.
2. Menarik diri dari lingkungan sosial

Anak yang mengalami banyak tekanan dari orangtua biasanya mulai menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka merasa waktu luang yang digunakan untuk bermain atau bersosialisasi bentuk pemborosan yang gak bisa diterima. Menurut mereka, waktu seharusnya digunakan untuk belajar, latihan, atau berbagai hal produktif lain demi target yang sudah ditetapkan orang tua. Akibatnya, anak bakal kehilangan kesempatan untuk membangun keterampilan sosial dan emosional.
Mereka juga sulit terhubung dengan teman sebaya karena beban hidup nya yang beda. Kalau teman mereka bicara soal hal-hal ringan, mereka justru memikirkan ujian atau tugas berikutnya. Kesepian mulai tumbuh perlahan karena gak ada ruang bagi mereka untuk menjadi anak-anak seperti pada umumnya. Ini bisa memicu stres yang cukup mendalam dan berkepanjangan.
3. Mudah cemas dan sulit tidur

Tanda stres lain yang sering terjadi adalah muncul gangguan kecemasan dan kesulitan tidur. Anak menjadi mudah panik kalau menghadapi situasi yang gak sesuai rencana atau standar. Mereka sering mengalami sulit tidur karena terus memikirkan tugas sekolah, target nilai, atau perkataan orangtua. Bahkan saat di tempat tidur, pikiran mereka tetap aktif dan dipenuhi rasa takut gagal.
Akhirnya, ini berujung pada kelelahan fisik dan emosional yang makin memperburuk kondisi nya. Dalam jangka panjang, kurang tidur bisa mempengaruhi konsentrasi, daya ingat, dan kesehatan secara keseluruhan. Biasanya anak terlihat lesu, murung, atau gampang marah. Sayangnya, masih banyak orangtua yang gak menyadari kalau gangguan tidur ini adalah tanda awal dari tekanan yang berlebihan.
4. Sering mengkritik diri sendiri

Anak yang dibesarkan dengan gaya tiger parenting biasanya tumbuh dengan suara batin yang sangat keras terhadap dirinya sendiri. Mereka sering merasa gak pernah cukup baik, gak peduli seberapa keras usaha yang mereka lakukan. Kritik dari orangtua yang terus menerus akhirnya menjadi suara batin yang membuat nya terus meragukan diri. Bahkan saat berhasil pun, mereka merasa itu belum layak dibanggakan kalau belum sempurna.
Mereka belajar kalau cinta dan pengakuan hanya datang saat mencapai sesuatu yang besar. Ini membuat mereka gak mau coba hal baru karena takut membuat orangtua atau dirinya sendiri kecewa. Semangat belajar yang sehat tergantikan oleh rasa takut gagal. Akibatnya, stres emosional terus menumpuk tanpa adanya ekspresi yang sehat.
5. Tanda fisik seperti sakit perut atau sakit kepala

Stres pada anak gak selalu muncul dalam bentuk emosi atau perilaku saja, tapi bisa terlihat lewat gejala fisik. Anak lebih sering mengeluh sakit perut, pusing, atau mual tanpa sebab medis yang jelas. Keluhan ini sering muncul menjelang ujian, presentasi, atau saat mereka harus menghadapi ekspektasi besar dari orangtua. Ini salah satu respons tubuh terhadap tekanan psikologis yang berat.
Sayangnya, keluhan seperti ini dianggap hanya sebuah alasan oleh orangtua yang gak memahami akar masalahnya. Padahal, tubuh anak sedang memberi sinyal kalau ada sesuatu yang salah secara emosional. Kalau terus dibiarkan, gejala ini semakin kronis dan mengganggu aktivitas anak sehari-hari. Mengenali tanda fisik ini menjadi langkah awal supaya bisa memahami betapa seriusnya stres yang mereka alami.
Pola asuh tiger parenting lahir dari keinginan orangtua yang mau melihat anaknya sukses, tapi keberhasilan yang sejati gak seharusnya datang dari tekanan berlebihan. Anak juga butuh ruang untuk tumbuh secara emosional, gak hanya dari segi akademis. Saat mereka hidup dalam ketakutan dan tekanan dampak nya bisa sangat berbahaya, baik jangka pendek maupun panjang. Orangtua harus sadar kalau cinta dan penerimaan tanpa syarat jauh lebih berharga dari pencapaian semata.
Menjadi tegas gak berarti harus menjadi keras dan memberi tantangan gak berarti harus menghilangkan empati. Tanda-tanda stres pada anak seharusnya menjadi sinyal yang menjadi bahan evaluasi pendekatan yang digunakan. Gak ada salahnya untuk mengubah pola asuh demi kebaikan bersama. Anak yang bahagia bisa tumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dan mandiri.