Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memarahi anak (pexels.com/gabbyk)
ilustrasi memarahi anak (pexels.com/gabbyk)

Pengabaian emosional di masa kecil sering kali meninggalkan luka yang tidak terlihat, namun dampaknya bisa terasa hingga dewasa. Anak yang tumbuh tanpa dukungan emosional cenderung kesulitan mengenali perasaan sendiri, sulit percaya pada orang lain, hingga merasa tidak layak dicintai. Meski begitu, luka ini bisa disembuhkan dengan langkah-langkah sederhana namun penuh makna.

Proses penyembuhan memang tidak instan, tapi setiap usaha untuk merawat diri adalah langkah menuju kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. Berikut cara yang bisa membantu kamu menyembuhkan diri dari pengalaman pengabaian emosional di masa kecil.

1. Latih belas kasih pada diri sendiri

ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/olly)

Salah satu langkah awal untuk sembuh adalah menumbuhkan self compassion atau belas kasih pada diri sendiri. Banyak orang yang mengalami pengabaian emosional tumbuh dengan kebiasaan menyalahkan diri. Belajar menerima diri dengan penuh kelembutan akan membantu membuka ruang penyembuhan yang lebih dalam.

“Luangkan waktu untuk memikirkan apa kebutuhanmu saat ini, dan sadari bahwa kamu berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan tersebut, meskipun orang tuamu dulu tidak mampu atau tidak mau memenuhinya,” kata Montina Myers Galloway, seorang konselor kesehatan mental klinis berlisensi, dilansir Psych Central.

Mengingat bahwa kamu telah berusaha sebaik mungkin dengan apa yang ada juga akan menumbuhkan empati untuk diri sendiri. Dengan cara ini, perlahan kamu bisa berhenti menghukum diri atas luka masa lalu.

2. Menyambungkan diri dengan cinta tanpa syarat

ilustrasi pemilik dan hewan peliharaan (unsplash.com/chewy)

Jika di masa kecil kamu tidak pernah merasakan cinta tanpa syarat, sekarang saatnya belajar menumbuhkannya. Salah satu cara yang bisa dicoba adalah melalui interaksi dengan hewan peliharaan atau dengan menghabiskan waktu di alam. Kedua hal ini bisa memberi rasa aman tanpa tuntutan, sekaligus membantu memulihkan kepercayaan diri.

“Hewan peliharaan dan waktu di alam bisa memberi cinta tanpa syarat yang tidak kamu dapatkan saat kecil, sekaligus terasa lebih aman dibanding hubungan dengan manusia,” jelas  Beth Tyson, seorang psikoterapis, dilansir Psych Central.

Hewan peliharaan bisa menjadi jembatan awal untuk kembali mempercayai orang lain. Namun, pastikan kamu siap dengan tanggung jawab besar sebelum memutuskan untuk merawat hewan seumur hidupnya.

3. Bangun kecerdasan emosional

ilustrasi wanita melakukan meditasi (pexels.com/karolinagrabowska)

Pengabaian emosional membuat anak tidak mendapat kesempatan belajar mengelola emosi. Padahal, kecerdasan emosional penting agar kita mampu mengenali perasaan sendiri sekaligus memahami orang lain. Tanpa itu, hubungan dan komunikasi di masa dewasa akan terasa lebih sulit.

Kamu bisa melatihnya dengan menulis jurnal, bermeditasi, atau belajar mendengarkan aktif dalam percakapan. Cobalah juga untuk menetapkan batasan yang sehat dengan orang lain agar emosimu lebih terlindungi. Semakin sering kamu melatih keterampilan ini, semakin kuat pula kemampuanmu dalam memahami dan menenangkan diri.

4. Menulis surat untuk diri kecilmu

ilustrasi pria menulis surat (pexels.com/pixabay)

Menulis surat untuk versi dirimu yang masih kecil bisa menjadi langkah penyembuhan yang penuh makna. Dalam surat itu, kamu bisa memberikan kasih sayang, validasi, dan dukungan yang mungkin dulu tidak pernah kamu dapatkan. Mengakui rasa sakit masa lalu akan membantumu lebih berdamai dengan diri.

Tyson menyarankan untuk menulis surat kepada orang yang pernah mengabaikanmu, ungkapkan perasaanmu, lalu bakar sebagai simbol pelepasan. Kamu juga bisa menulis surat untuk versi kecil dirimu sebagai bentuk pengakuan dan penerimaan. Alternatif lain, coba rutin menulis jurnal agar emosi yang sulit diungkapkan bisa tersalurkan dengan sehat.

5. Belajar mengatur emosi

ilustrasi wanita memijat kepala (pexels.com/mikaelblomkvist)

Anak yang mengalami pengabaian emosional biasanya tidak diajarkan cara menenangkan diri saat emosi datang. Akibatnya, ketika dewasa, banyak yang merasa kewalahan menghadapi perasaan intens. Maka dari itu, penting untuk melatih keterampilan regulasi emosi.

Kamu bisa memulainya dengan teknik sederhana seperti pernapasan dalam, grounding, atau relaksasi otot. Teknik ini membantu tubuh tetap tenang meski pikiran sedang dilanda emosi. Seiring waktu, kamu akan lebih mampu merespons situasi dengan tenang tanpa membiarkan emosi menguasai segalanya.

6. Cari dukungan dari lingkungan yang aman

ilustrasi wanita berpegangan tangan(pexels.com/shvetsproduction)

Penyembuhan dari luka emosional bukan perjalanan yang harus dijalani sendirian. Kehadiran orang-orang yang bisa dipercaya akan memberi rasa aman dan validasi yang sangat berharga. Dukungan sosial juga membuatmu merasa tidak sendirian dalam menghadapi beban ini.

Kamu bisa bercerita pada sahabat, bergabung dalam kelompok dukungan, atau menemui terapis. Di sana, kamu bisa saling berbagi pengalaman dan belajar dari orang lain yang pernah melalui hal serupa. Dukungan semacam ini dapat menjadi pondasi yang kuat untuk proses penyembuhanmu.

7. Menjadi advokat bagi diri sendiri dan orang lain

ilustrasi berkunjung ke psikolog (pexels.com/alexgreen)

Langkah terakhir adalah belajar membela diri dari perlakuan tidak sehat yang mungkin kamu temui. Berani menyuarakan kebutuhan emosionalmu adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri. Lebih dari itu, kamu juga bisa menjadi advokat untuk orang lain yang mengalami pengabaian.

Menurut Tyson, mengambil tindakan nyata untuk mencegah pengabaian bisa memberi rasa lega dan tujuan baru. Dengan cara ini, pengalaman pahitmu bisa menjadi sumber kekuatan yang memberi manfaat lebih luas. Kamu bukan hanya menyembuhkan diri sendiri, tapi juga ikut menciptakan dunia yang lebih penuh kasih dan peduli.

Pada akhirnya, luka akibat pengabaian emosional di masa kecil memang berat, tapi tetap bisa disembuhkan. Dengan langkah kecil yang konsisten, kamu bisa membangun kembali rasa aman, percaya, dan layak dicintai. Proses ini bukan menghapus masa lalu, melainkan berdamai dan tumbuh lebih kuat darinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team