Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu mengajarkan afirmasi positif kepada putranya (freepik.com)
ilustrasi ibu mengajarkan afirmasi positif kepada putranya (freepik.com)

Di tengah proses tumbuh kembang, anak-anak tidak hanya membutuhkan asupan gizi dan pendidikan yang baik, tapi juga penguatan dari dalam diri yakni rasa percaya diri dan keyakinan bahwa mereka berharga. Di sinilah afirmasi positif memainkan peran penting.  Afirmasi positif adalah kalimat-kalimat yang menguatkan, seperti "Aku berani," "Aku cukup," atau "Aku bisa belajar dari kesalahan." Meski sederhana, kata-kata ini punya kekuatan luar biasa dalam membentuk cara anak melihat dirinya sendiri.

Teori afirmasi diri dari Claude Steele (1988) menjelaskan bahwa saat seseorang menyampaikan kata-kata positif kepada dirinya sendiri, ia sedang membangun benteng harga diri dan menjaga integritasnya. Penelitian neurosains bahkan menunjukkan bahwa praktik afirmasi dapat mengaktifkan bagian otak tertentu yang mengatur emosi dan pemikiran logis.

Anak-anak yang sejak dini diajarkan untuk berbicara positif kepada diri sendiri, cenderung lebih tangguh saat menghadapi tekanan, seperti perundungan, kegagalan, atau kritik. Sebaliknya, mereka yang terbiasa dengan kritik diri bisa tumbuh dengan rasa tidak percaya diri dan citra diri yang rapuh. Maka, mengajarkan afirmasi bukan hanya tentang membentuk mental anak hari ini, tapi juga tentang menyiapkan bekal penting untuk masa depannya. Lalu bagaimana caranya? Berikut cara menyenangkan dan kreatif yang bisa dilakukan bersama anak-anak.

1. Mulai dari diri sendiri sebagai contoh positif

ilustrasi ibu mengajarkan afirmasi positif kepada putrinya (freepik.com)

Sebelum mengajarkan anak untuk berbicara positif pada dirinya sendiri, mulailah dengan kita sebagai orangtua. Anak-anak belajar dari contoh yang mereka lihat, bukan sekadar nasihat. Jika setiap hari mereka mendengar kata-kata seperti, “Kamu dicintai.”, “Kamu berharga.”, atau “Kamu cukup, apa adanya,” maka perlahan-lahan mereka pun akan mulai mempercayainya.

Neuropsikologi Rick Hanson menjelaskan bahwa otak kita secara alami menyimpan pengalaman negatif lebih kuat dari yang positif. Karena itu, penting untuk memberi anak banyak pengalaman yang menyenangkan dan bermakna, termasuk dari kata-kata yang kita ucapkan kepada mereka. Ucapkan afirmasi sambil menatap mata mereka dan beri pelukan hangat. Sentuhan fisik seperti ini bahkan terbukti bisa menenangkan hati karena melepaskan hormon oksitosin.

2. Buat permainan yang bermakna

ilustrasi ibu mengajari anak membuat kartu afirmasi positif (pexels.com/Monstera Production)

Anak-anak sangat suka bermain dan berkreasi. Kita bisa memanfaatkan hal ini untuk membuat permainan, seperti koin atau kartu afirmasi yang bisa mereka buat sendiri. Caranya pun mudah cukup gunakan karton tebal untuk membuat koin atau kartu. Di satu sisi, anak menuliskan kalimat positif tentang dirinya, seperti “Aku anak yang peduli,” atau “Aku pemberani.”

Di sisi lain, ajak mereka menuliskan atau menggambar contoh nyata saat mereka melakukan hal tersebut, misalnya “Aku membantu adik merapikan mainan.” Ini akan membantu mereka percaya bahwa kata-kata itu bukan hanya sekadar harapan, tapi sesuatu yang sudah mereka lakukan dan bisa terus mereka kembangkan.

Permainan ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga membangun kepercayaan diri anak dari dalam. Koin atau kartu afirmasi ini bisa disimpan dalam kotak khusus, dipajang di meja belajar, atau ditempel di dinding kamar sebagai pengingat yang menguatkan setiap hari.

3. Gunakan media visual

ilustrasi ayah mendampingi putrinya membuat media visual afirmasi positif (pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak menyukai hal-hal yang bisa dilihat dan disentuh secara langsung. Oleh karena itu, membuat papan afirmasi bisa menjadi cara yang menyenangkan sekaligus efektif untuk membantu mereka menyerap pesan-pesan positif. Papan afirmasi adalah media visual tempat anak bisa menempelkan kalimat-kalimat yang menguatkan, gambar yang mereka sukai, atau foto yang menggambarkan mimpi mereka.

Kamu bisa menyiapkan papan dari karton, gabus, atau bahkan whiteboard kecil yang bisa diletakkan di kamar anak. Ajak mereka menghiasnya dengan warna favorit, stiker lucu, atau hasil gambar mereka sendiri. Setelah itu, bantu anak menuliskan beberapa kalimat afirmatif yang sederhana namun bermakna, seperti “Aku bisa belajar dari kesalahan” atau “Aku punya hati yang baik.” Anak bisa memilih sendiri kalimat yang mereka sukai, atau kamu bisa memberi beberapa contoh terlebih dulu untuk menginspirasi.

Papan ini tidak hanya menjadi pajangan, tapi juga pengingat yang memperkuat pandangan positif tentang diri mereka. Letakkan papan tersebut di tempat yang mudah dilihat, seperti di samping tempat tidur atau meja belajar agar setiap hari mereka bisa membaca dan mengulang kalimat-kalimat itu. Seiring waktu, papan afirmasi ini bisa berkembang, diperbarui dengan pencapaian baru, dan menjadi catatan perjalanan pertumbuhan mereka.

4. Nyanyikan afirmasi positif

ilustrasi anak menyanyikan lagu afirmasi positif (pexels.com/Mikhail Nilov)

Musik adalah cara menyenangkan untuk memperkuat pesan-pesan positif. Kita semua pernah merasakan semangat yang muncul setelah menyanyikan lagu favorit, bukan? Nah, anak-anak pun bisa lebih mudah mengingat dan merasa terhubung dengan afirmasi jika mereka menyanyikannya.

Ajak anak memilih afirmasi favorit mereka, lalu ciptakan melodi sederhana atau gunakan lagu anak-anak yang sudah mereka kenal. Misalnya, kalimat seperti “Aku berani mencoba, aku belajar setiap hari” bisa dinyanyikan sambil mandi, bersiap-siap di pagi hari, atau saat perjalanan ke sekolah. Ketika afirmasi menjadi bagian dari kebiasaan menyenangkan, maknanya akan lebih mudah tertanam di dalam hati anak.

5. Tanyakan “bagaimana jika?” untuk latihan refleksi

ilustrasi ibu membacakan cerita untuk mengajarkan afirmasi positif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu cara membangun kesadaran diri anak adalah dengan mengajukan pertanyaan reflektif. Psikiater anak Daniel Siegel menyarankan orangtua untuk mengajak anak berdiskusi tentang kemungkinan, terutama saat membacakan cerita.

Misalnya, saat membaca kisah seorang anak yang gagal, ajukan pertanyaan seperti, “Kalau kamu jadi tokoh itu, apa yang akan kamu katakan pada dirimu sendiri?” atau “Bagaimana kalau dia percaya diri dan terus mencoba?” Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa pikiran dan kata-kata bisa mengubah cara seseorang bertindak.

6. Belajar dari tokoh inspiratif

ilustrasi ayah dan anak menonton TV bersama untuk mengajarkan afirmasi positif (pexels.com/cottonbro studio)

Setiap anak butuh sosok panutan untuk dijadikan contoh. Kamu bisa mulai dengan menceritakan kisah nyata dari tokoh inspiratif yang pernah gagal, tapi tidak menyerah. Misalnya, cerita tentang atlet yang dulu kalah berkali-kali sebelum akhirnya juara, penemu yang idenya ditolak sebelum akhirnya berhasil, atau tokoh sejarah yang tetap berjuang meskipun banyak tantangan.

Setelah bercerita, ajak anak berdiskusi dengan pertanyaan sederhana seperti, “Menurut kamu, apa yang membuat mereka tetap semangat?” atau “Kata-kata apa ya yang mereka ucapkan ke diri sendiri supaya nggak menyerah?” Pertanyaan seperti ini bisa membuat anak ikut berpikir dan memahami bahwa orang-orang hebat pun pernah merasa gagal atau ragu, tapi mereka tetap melangkah karena punya keyakinan dan kata-kata positif yang menguatkan diri.

Melalui diskusi ini, anak bisa belajar bahwa kegigihan adalah hal yang penting, dan empati juga ikut tumbuh karena mereka jadi bisa memahami perjuangan orang lain. Anak pun akan lebih percaya bahwa afirmasi positif, yaitu kata-kata baik yang diucapkan ke diri sendiri bisa membantu mereka memilih jalan yang lebih baik, terutama saat sedang merasa ragu atau ingin menyerah.

7. Biarkan anak memilih afirmasinya sendiri

ilustrasi anak menulis afirmasi positif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penting bagi orangtua untuk memberi contoh dan mendampingi, tapi lebih penting lagi untuk memberikan anak kebebasan memilih afirmasinya sendiri. Ketika anak diberi ruang untuk menentukan kata-kata positif yang mereka rasa paling dibutuhkan, mereka akan merasa lebih termotivasi untuk melakukannya secara rutin.

Tugas kita adalah membimbing, bukan mengarahkan sepenuhnya. Mungkin anak akan memilih afirmasi seperti “Aku lucu” atau “Aku bisa menggambar dengan baik”, dan itu tak masalah. Biarkan mereka mengembangkan versinya sendiri. Afirmasi yang berasal dari hati akan lebih mudah tumbuh menjadi keyakinan yang kuat.

Mengajarkan afirmasi positif pada anak bukan hanya membentuk pola pikir yang sehat, tapi juga memperkuat rasa percaya diri mereka sejak dini. Dengan cara-cara yang menyenangkan, anak akan lebih mudah menyerap dan memaknai setiap kalimat positif yang mereka ucapkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team