5 Dampak Sering Berteriak pada Anak, Percaya Dirinya Menurun

Kita pasti sering kali merasa jengkel atau kesal jika anak mulai bertingkah, sehingga tanpa sengaja melampiaskan emosi di depan sang buah hati. Bahkan, terkadang kita tak segan membentak atau berteriak atas periku mereka.
Perlu dipahami bahwa perilaku orangtua yang seperti itu memiliki akibat, lho. Dampak sering berteriak dan membentak tentunya gak baik bagi sang anak. Langsung intip rangkuman dampak sering berteriak dan membentak anak, jangan lakukan, ya!
1. Anak menjadi pribadi lebih tertutup

Orangtua yang sering kali membentak atau marah-marah, tentu begitu menakutkan bagi anak. Perasaan takut yang tumbuh dalam dirinya inilah yang nanti dapat mendorong mereka menutup diri dari lingkungan sosial dan sulit membuka diri kepada orang lain.
Akibatnya, mereka pun enggan berbagi cerita kepada orangtua sehingga akan sulit membangun komunikasi yang baik di antara keduanya. Kondisi ini tentu dapat membuat dirinya semakin tertekan, sebab mereka harus menanggung dan memendam masalahnya sendiri.
2. Menurunkan rasa percaya diri

Rasa percaya diri seorang anak terbentuk dari bagaimana pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang sang buah hati. Saat kita merasa marah, mungkin tanpa sengaja melontarkan kata-kata dan ancaman yang akan membekas kuat dalam memori anak sehingga membuat mereka sulit untuk berkembang.
Selain itu, saat orangtua terlalu sering memarahi anak tanpa memberikan toleransi atas kesalahannya, tentu anak pun akan merasa takut melakukan sesuatu. Sebab, mereka telah beranggapan bahwa segala hal yang mereka lakukan pasti akan salah di mata orangtuanya.
Hal inilah yang dapat memicu kurangnya rasa percaya diri mereka sehingga dapat mengganggu ia dalam menjalani aktivitas. Secara perlahan anak akan berpikir bawah mereka tidak berguna dan merasa tidak dihargai. Memori buruk yang tertanam dalam pikiran mereka ini bisa bertahan hingga jangka panjang, bahkan saat mereka tumbuh dewasa.
3. Mengganggu perkembangan otak pada anak

Masa-masa golden age pada anak merupakan masa dimana milliaran sel otak berkembang sangat pesat, yaitu di sekitar umur 0-6 tahun. Pada masa inilah peran penting orangtua dalam mendukung tumbuh kembang mereka sangat dibutuhkan. Tapi sayangnya, tak sedikit orangtua yang menyia-nyiakan masa emas ini dengan menerapkan pola asuh yang salah.
Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Lise Elliot, ahli syaraf di Chicago Medical School menyatakan bahwa satu kali bentakan pada anak dapat merusak milyaral sel-sel dalam otak mereka. Sebaliknya, saat anak diberikan stimulus positif berupa pujian dan kasih sayang, maka miliaran sel dalam otaknya pun akan tumbuh dengan baik.
Hal ini tidak boleh dianggap sepele, sebab perkembangan sel-sel di dalam otak sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Untuk itu, orangtua perlu mengesampingkan emosinya terlebih dahulu saat belajar mendisiplinkan sang buah hati. Agar nantinya tidak menimbulkan efek psikologis berkepanjangan bagi proses pertumbuhan si kecil.
4. Anak menjadi sosok pemberontak

Mendisiplinkan anak dengan cara membentak mereka bukanlah solusi yang tepat. Hal ini hanya akan menimbulkan amarah dan dendam dalam diri sang buah hati, bahkan dapat menimbulkan konflik jangka panjang. Akibatnya, ia akan merasa tertekan dan berusaha berontak untuk mempertahankan dirinya.
Seiring ia tumbuh dewasa, anak akan menjadi sulit di atur dan lebih mudah marah kepada orangtua. Bahkan, tak dapat dipungkiri mereka akan mencari kenyamanan di luar rumah karena merasa bosan jika harus mendengarkan omelan orangtua saat di rumah.
5. Muncul rasa trauma jangka panjang

Tak dapat dipungkiri bahwa dampak negatif membentak anak dapat menimbulkan rasa traumatis dalam dirinya. Bahkan, masalah serius ini akan selalu mengantui pikiran mereka hingga dewasa nanti.
Untuk itu, perlu diingat bahwa membentak anak saat mereka bertingkah bukanlah solusi yang tepat. Kamu bisa mengajak mereka untuk berdiskusi tentang emosi agar mereka paham dan manjalin hubungan yang sehat.
Selain itu, berilah konsekuensi atas perilaku mereka secara adil dengan tetap menjaga komunikasi yang baik. Jelaskan secara tegas bahwa beberapa perilaku memang tidak bisa ditoleransi agar mereka dapat membuat pilihan yang lebih baik.
Dari banyaknya dampak sering berteriak dan membentak pada anak, tentu kita sebagai orangtua harus tetap benar-benar memahami bagaimana pola asuh yang tepat untuk diterapkan pada sang buah hati. Sehingga, peran orangtua tidak malah menghambat, melainkan dapat memaksimalkan proses tumbuh kembang anak pada masa emasnya.