Jakarta, IDN Times - Enam tahun lalu, aku menjelajahi rimba Borneo. Menembus pekat malam, aku menaiki mobil dengan tim WWF (World Wide Fund for Nature) dan rekan media. Medan berlumpur kami tantang, sungai lebar kami seberangi dengan kapal berpelampung drum. Tak cukup sekali, harus beberapa tumbang (Bahasa Dayak Ngaju yang artinya muara sungai) dilalui. Tak jarang, ban mobil kami bermandikan kentalnya lumpur dan terjerembab hingga perjalanan terhenti.
Keesokan harinya, setelah kembali menggunakan kapal, kami tiba di Demplot Budidaya Rotan Desa Karuing, Kalimantan Tengah. Momen tersebut bertepatan dengan program pendampingan kelompok petani rotan Katingan sejak 2011 yang jadi bagian strategi konservasi WWF dalam pengelolaan rotan berkelanjutan. Pengelolaan rotan tersebut turut difasilitasi oleh perusahaan furnitur dari Swedia, yaitu IKEA dan mendapat sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC).
Momen tersebut tiba-tiba saja menyeruak ketika aku menghadiri talkshow “Bangga Produk Buatan Indonesia di IKEA” pada Kamis (7/8/2025) di IKEA Alam Sutera. Di antara segudang barang yang menarik, produk berbahan dasar rotan dari Kalimantan, jadi unggulan retail internasional tersebut. Banyak di antaranya disulap jadi arm chair yang tampak kokoh dan layak digunakan di area indoor serta outdoor.
Mungkin aku patut berbangga bisa melihat proses sebuah furnitur yang tadinya masih mentah di alamnya, kini sudah menjadi karya indah yang masuk ke gerai mebel kenamaan. Lewat pemberdayaan masyarakat dan strategi konservasi yang berkelanjutan serta jelas asal-usulnya, rotan dibawa dan diolah UMKM di Cirebon. Kini, lewat bantuan IKEA, karya Indonesia bisa mendunia!