Ilustrasi membacakan dongeng (Pexels/William Fortunato)
Mengutip dari buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Batu Menangis (2017) oleh Dian K, legenda ini menceritakan seorang janda miskin yang hidup apa adanya di tengah hutan yang terpencil di Kalimantan Barat. Ia memiliki anak gadis cantik tapi punya sifat buruk.
Mereka hanya hidup berdua dan anak gadis tersebut sangat malas. Dia tidak pernah membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu, ia juga sangat manja dan apa pun kemauannya harus dituruti, sementara hidup mereka sangat miskin.
Bahkan ketika sang ibu sedang sakit, sang anak dengan tega meminta ibunya untuk mencucikan bajunya. Sang anak pun marah karena sang ibu tidak kuat dengan kondisi tubuhnya yang lemah.
Dia pun mengancam akan meninggalkan ibunya sendirian apabila permintaannya tidak dituruti. Lantaran ancaman itu, sang ibu pun terpaksa menuruti kemauan anaknya untuk mencucikan baju.
Lalu pada suatu ketika, sang ibu dan putrinya ini berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar yang lokasinya cukup jauh. Mereka berjalan kaki bersama. Sang anak memakai pakaian yang bagus, sedangkan si ibu sebaliknya.
Sang ibu berjalan sambil membawa keranjang belanjaan. Sesampainya di pasar, banyak yang tertarik dengan paras cantik anaknya dan mencoba berkenalan. Setiap pria yang mendekat pun selalu menanyakan siapa perempuan yang bersamanya.
Namun, sang putri menjawab bahwa orang tersebut adalah pembantunya. Mendengar jawaban putrinya, sang ibu pun merasa terhina dan tak tahan lagi dengan kelakuan anaknya.
Sang ibu lalu berdoa agar dicabut dari cobaan yang ia terima. Doa itu pun dikabulkan oleh Tuhan, dengan mengubah anak gadisnya menjadi kaku seperti batu. Mulanya tubuh sang gadis hanya kaku setengah badan.
Dia masih bisa berbicara dan sambil menangis, ia memohon kepada ibunya agar mengampuni semua kesalahannya. Tetapi, hal itu sudah terlambat. Pelan-pelan tubuhnya mulai berubah hingga seperti patung orang yang menangis. Itulah mengapa, dia disebut sebagai Batu Menangis.