4 Cara Mengajarkan Anak untuk Atasi Iri Hati pada Temannya

- Membantu anak mengenali emosinya, seperti rasa iri, untuk dapat mengelola perasaannya dengan lebih baik.
- Menanamkan nilai syukur agar anak belajar untuk fokus pada hal-hal yang dimilikinya dan tidak tergoda untuk merasa kurang jika dibandingkan teman sebayanya.
- Mengajarkan perspektif empati agar anak dapat melihat situasi dari sudut pandang orang lain dan memahami bahwa setiap orang memiliki pencapaian yang berbeda-beda.
Mengajarkan anak untuk mengelola rasa iri merupakan proses penting dalam pembentukan karakter dan juga kesehatan emosionalnya. Anak sering kali belum memahami perbedaan antara keinginan pribadi dan perasaan tidak nyaman pada saat melihat temannya memeroleh sesuatu lebih dulu. Jika anak mengalami hal ini, dirinya tentu butuh bimbingan dari orangtua.
Kemampuan mengendalikan rasa iri hati akan berguna bagi anak di berbagai situasi sosial di masa depan. Oleh sebab itu, berikut ini ada beberapa cara mengajarkan anak untuk atasi iri hati pada temannya. Orangtua bisa menerapkannya secara perlahan tanpa paksaan agar proses berjalan lebih lancar.
1. Membantu anak mengenali emosinya

Anak sering kali merasa iri tanpa benar-benar memahami bahwa perasaan tersebut merupakan bagian normal dari emosi manusia orang. Orangtua harus mengajarkan anak untuk menamai emosi yang muncul, seperti dengan mengatakan bahwa perasaannya tidak nyaman pada saat melihat temannya memeroleh hadiah agar bisa mengenali rasa iri yang dirasakan.
Pada saat anak mampu mengenali emosinya, maka ia akan lebih mudah mengelola hal tersebut karena sudah memahami apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Proses ini juga akan membantu anak untuk merasa dihargai secara emosional dan memberikan ruang aman untuk mengekspresikan perasaannya dengan jujur.
2. Menanamkan nilai syukur

Mengajarkan anak untuk fokus pada hal-hal yang dimilikinya bisa membantu mereka untuk menanamkan rasa iri yang mungkin muncul. Orangtua bisa memberikan contoh sederhana, seperti mengingatkan betapa beruntungnya anak memiliki keluarga, mainan, atau kemampuan yang unik.
Melalui cara yang ada, maka anak akan belajar bahwa kebahagiaan tidak harus bergantung pada apa yang dimiliki orang lain, namun pada cara dirinya dalam menghargai apa yang dipunya. Kebiasaan bersyukur juga akan membuat anak untuk lebih optimis dan tidak mudah tergoda untuk merasa kurang jika dibandingkan teman sebayanya.
3. Mengajarkan perspektif empati

Empati dapat membantu anak untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain, sehingga ia pun akan memahami bahwa setiap orang pasti memiliki pencapaian yang berbeda-beda. Orangtua bisa mengajak anak berdiskusi tentang bagaimana perasaan temannya pada saat memeroleh sesuatu yang membahagiakan atau mengapa hal tersebut harus dirayakan, bukan justru mencemburuinya.
Pada saat anak belajar memposisikan diri pada pengalaman temannya, maka ia pun akan mulai mengurangi dorongan untuk membandingkan dirinya secara negatif. Empati juga akan memperkuat hubungan sosial anak karena ia akan merasa lebih mudah dalam menghargai keberhasilan orang lain tanpa merasa terancam.
4. Memberikan contoh perilaku yang positif

Anak melihat dan meniru reaksi orangtuanya terhadap berbagai situasi, termasuk ketika orangtua menghadapi rasa iri secara dewasa dan terkendali. Bila orangtua menunjukkan sikap tenang pada saat orang lain memiliki sesuatu yang lebih, maka anak akan menangkap pola tersebut sebagai perilaku yang pantas untuk ditiru.
Orangtua harus memberikan contoh konkret dengan menunjukkan dukungan terhadap keberhasilan orang lain, sehingga anak pun belajar bahwa perasaan bangga untuk orang lain dapat menjadi sumber kebahagiaan tersendiri. Teladan yang konsisten akan mempermudah anak untuk memahami bahwa iri bukanlah solusi dan bisa memastikan sikap positif selalu memberikan hasil yang lebih baik.
Mengajarkan anak untuk atasi iri hati pada temannya bukanlah proses yang instan, namun memerlukan bimbingan tepat agar mereka tumbuh menjadi individu yang stabil secara emosional. Orangtua berperan penting dalam memberikan arahan, contoh, dan ruang bagi anak untuk memahami perasaan yang muncul dalam dirinya. Dengan latihan konsisten, maka anak akan mampu mengapresiasikan pencapaian orang lain dengan rasa percaya diri yang baik!


















