Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ivan Samkov)

Ketika kamu punya masalah dengan saudara, dirimu boleh menceritakannya pada orang tepercaya. Misalnya, biar perasaanmu lega dan kamu memperoleh masukan terbaik. Hanya saja, dirimu harus ekstra berhati-hati.

Cegah niat sekadar curhat berubah menjadi keasyikan menjelek-jelekkan saudara sendiri. Apalagi kalau sampai ada niat menghasut orang lain supaya mereka membenci saudaramu. Ini perbuatan yang amat buruk, tetapi bisa dicegah dengan cara berikut ini.

1. Ingat bahwa jika perkataanmu tidak benar, itu fitnah bagi saudaramu

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Artem Podrez)

Sedikit saja ada perkataanmu tentang saudara yang melenceng dari fakta, ini sudah termasuk fitnah. Masalahnya, kamu berbicara dalam keadaan dikuasai emosi dan amat subjektif. Sangat mungkin sebagian ucapanmu mengenai saudara sudah ditambah-tambahi agar kamu memperoleh dukungan dari orang lain.

Bagaimana kelak kamu bakal meluruskan fitnah yang telanjur tersebar ke mana-mana? Dirimu telah mencoreng kehormatan saudara. Noda yang mungkin tak akan pernah dapat dibersihkan dari namanya.

2. Ingat risiko terbesarnya bila saudaramu sampai tahu

ilustrasi bisik-bisik (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap ucapan itu seperti angin. Ketika air masih dapat dibendung, angin tidak bisa ditahan sepenuhnya. Artinya, ada risiko perkataanmu tentang saudara tersebar ke lebih banyak orang, termasuk ke telinganya.

Pikirkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Tentu saudaramu akan sangat sakit hati. Gara-gara kamu menjelek-jelekkannya di depan orang lain, kalian boleh jadi bakal selamanya bermusuhan.

3. Orangtua pasti sedih melihat perbuatanmu

ilustrasi orangtua bersedih (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Semua orangtua ingin anak-anaknya akur sampai kapan pun. Salah satunya ditandai dengan kalian tak pernah saling menjelek-jelekkan. Bukannya mencela satu sama lain, sebagai saudara seharusnya kalian saling membanggakan.

Kesukaanmu menjelek-jelekkan adik atau kakak sendiri sama dengan mempermalukan orangtua. Mereka bisa dicap oleh orang lain telah gagal mendidik anak. Berangkat dari sifat burukmu, orangtua juga yang menanggung malu.

4. Apa pun tujuanmu, pendengar tak akan respek

ilustrasi percakapan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kamu boleh saja punya alasan mengapa menjelek-jelekkan saudara sendiri. Akan tetapi, orang lain kurang memedulikannya. Mereka cukup menyaksikan perbuatanmu yang ganjil terhadap orang terdekatmu.

Makin sering kamu menjelek-jelekkan kakak atau adik, makin mereka mempertanyakan naluri sekaligus nuranimu sebagai keluarga. Kamu seperti tidak memiliki belas kasih pada saudara sendiri. Dari sikapmu yang menjelek-jelekkan saudara, dirimu terkesan ingin terlihat lebih baik darinya.

5. Kenang masa kecil kalian yang bersih dari kebencian

ilustrasi kakak beradik (pexels.com/Vlada Karpovich)

Seiring dengan bertambahnya usia, kamu dan saudara barangkali pernah beberapa kali terlibat perselisihan. Dari situlah benih-benih kebencian muncul dan menjadi makin kuat. Namun, dahulu tentu gak begini, kan?

Tarik ingatanmu sampai ke masa kecil kalian. Saat itu kalian bisa akur. Kalaupun kalian bertengkar tidak lama dan tak sampai saling menjelek-jelekkan. Bawa kembali hubungan itu ke masa sekarang.

6. Jika sesuatu yang buruk menimpamu, saudara juga yang menolong

ilustrasi terpuruk (pexels.com/Polina Zimmerman)

Teman tidak selamanya, bahkan meski kamu menyebut seseorang sebagai sahabat. Di setiap masalah yang begitu besar, saudara pasti tetap terdepan dalam menolongmu. Jadi, jangan merasa kamu tidak akan membutuhkan bantuannya.

Itu cuma mempermudah kamu menyoroti sisi negatif saudara. Bahkan menambah-nambahinya dengan perkataan yang tidak benar biar citranya makin buruk. Bicarakan yang baik-baik saja mengenai saudaramu agar kelak kamu tak kehilangan muka ketika membutuhkan bantuannya.

Sebagai saudara, kamu tentu tahu kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukan adik atau kakakmu. Jangan jadikan itu sebagai senjata buat menjelek-jelekkan seolah-olah dia tak pernah berbuat baik padamu. Rawat persaudaraan kalian dengan menjaga ucapanmu mengenai dirinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team