6 Plus Minus Gak Kasih Uang Saku ke Anak Pas Ramadan

Intinya sih...
- Orangtua perlu diskusi dengan anak sebelum menghentikan uang saku selama Ramadan
- Penghentian uang saku dapat menghemat anggaran belanja dan mendorong anak menabung
- Memberi uang khusus untuk infak dapat meningkatkan semangat anak berbagi pada sesama
Apakah kamu sedang bimbang tentang perlu atau tidaknya memberikan uang saku pada anak selama Ramadan? Pertimbanganmu, anak yang sudah berpuasa setengah hari atau seharian tak perlu jajan di sekolah. Jam sekolah juga lebih pendek daripada biasanya.
Namun setelah 11 bulan anak terbiasa mendapatkan uang saku terutama ketika bersekolah, apakah menghentikannya dulu selama Ramadan tidak akan menjadi masalah? Orangtua gak boleh memutuskannya dengan gegabah. Anak dapat bereaksi positif atau justru negatif jika kamu memutuskannya secara sepihak.
Persoalan uang saku ini perlu dibicarakan dengan anak. Akan tetapi sebelum itu, baca dulu sisi plus dan minus dari menstop uang saku selama Ramadan padahal anak masih masuk sekolah. Bahaya lho, kalau anak tidak sependapat dan orangtua memaksakan keputusan.
1. Orangtua dapat berhemat
Dari pihak orangtua, tak memberikan uang saku pada anak selama Ramadan tentu menguntungkan. Jika uang saku anak per hari 5 sampai 10 ribu rupiah, berarti orangtua dapat berhemat lebih dari 100 ribu rupiah sampai Lebaran tiba. Belum lagi apabila orangtua juga memberikan uang saku ekstra untuk anak jajan di sekitar rumah sepulang sekolah.
Peniadaan uang saku baik untuk anak pergi ke sekolah maupun main di sekitar rumah bikin kamu dapat mengalokasikan jumlah tersebut untuk hal-hal lain. Uang senilai ratusan ribu amat membantu menambah anggaran belanja ketika nanti harga berbagai kebutuhan pokok terus merangkak naik menjelang Lebaran. Uang itu pun buat diputar buat salam tempel, termasuk untuk anak sendiri.
Dirimu mungkin juga sudah berencana memasak menu berbuka yang lebih spesial bila anak mau uang sakunya dihentikan sebulan. Toh, nantinya masakan itu dinikmati oleh anak sehingga tak kamu simpan sendiri. Bila ada dua anak yang bersekolah, penghematan dari menghentikan uang saku selama bulan puasa menjadi tambah besar.
2. Anak gak tergoda membatalkan puasanya
Jika anak baru belajar berpuasa dan kamu khawatir ia mencuri-curi kesempatan untuk jajan selama di luar rumah, tidak memberikan uang saku dapat efektif. Anak menjadi gak bisa beli jajan. Meski ia baru puasa setengah hari, dia disiplin buat berbuka di rumah.
Tanpa membekali anak dengan uang, kamu bisa lebih tenang dan mudah mengawasinya. Pasalnya, anak yang banyak akal dapat saja berkata bahwa uang sakunya hilang ketika di sekolah. Padahal, uang itu memang dipakainya buat beli jajan saking ia tak mampu menahan godaan.
Bila tujuanmu untuk menjaga puasa anak, baik uang saku buatnya ke sekolah atau main dengan teman sekitar tempat tinggal di sore hari juga gak usah diberikan. Tambah sore tambah berat godaan dalam menjalankan puasa. Pedagang jajanan pun kian banyak. Jangan sampai puasa anak batal justru mendekati waktu berbuka hanya karena ia membawa uang.
3. Tapi anak bisa sedih dan memandang puasa secara negatif
Masalahnya, anak usia sekolah telah amat terbiasa dengan uang saku. Apabila orangtua mendadak menghentikannya selama Ramadan, ia dapat sangat kecewa. Alih-alih melihat maksud orangtua serta tujuannya yang baik, anak justru menganggapnya sebagai hukuman.
Penghentian uang saku terasa amat tidak mengenakkan bagi anak. Ia merasa uang saku sudah menjadi haknya sekaligus kewajiban orangtua. Tidak diberi uang saku terasa seperti hukuman atas perilakunya yang buruk. Padahal, anak tak melakukan perbuatan yang negatif.
Maka baginya, bukan cuma sikap orangtua yang menyebalkan. Puasa Ramadan pun dapat dipandangnya secara negatif karena seolah-olah merebut uang saku yang biasa diperolehnya. Bahaya nih, kalau anak justru menjadi ogah-ogahan berpuasa.
4. Tidak dapat mengisi celengan
Menyisihkan uang saku menjadi cara yang paling umum buat anak bisa menabung. Maka jika uang saku anak ditiadakan selama Ramadan, celengannya juga berhenti bertambah. Padahal, uang hasil menabung sedikit demi sedikit itu nantinya akan dipakai buat berbagai kebutuhan dan keinginan anak.
Ia dapat kesal padamu atau ke depan gak mau lagi menabung karena sudah sebulan penuh berhenti dari kebiasaannya mengisi celengan. Sulit untuk mengembalikan kedisiplinannya dalam menabung setelah Idulfitri. Bahkan uang yang diperoleh dari salam tempel nanti langsung habis dibelikannya ini itu.
Kalaupun kamu memberikan uang khusus bakal anak menabung, kepuasannya berbeda dari dia menyisihkan uang saku. Usaha lebih untuknya disiplin tidak menghabiskan uang saku memberinya rasa puas serta optimis bakal mampu memenuhi celengan tersebut. Jika ia sekadar menerima uang khusus darimu lalu memasukkannya ke celengan, ini dapat dilakukan sendiri olehmu. Anak tak perlu repot-repot menahan keinginan jajan atau beli mainan di sekitar sekolah.
5. Gak merasakan berinfak dengan uang sakunya
Sama seperti uang pengisi celengan, orangtua juga bisa saja memberi anak uang khusus buat berinfak di sekolah maupun di masjid terdekat. Tetapi rasanya tidak sama dengan bila anak memakai uang sakunya. Ketika anak dapat berinfak dengan uang jajannya, ia merasa telah berhasil mengutamakan orang lain yang lebih membutuhkan uang tersebut ketimbang dirinya.
Ini meningkatkan semangat anak buat terus menyisihkan uang saku untuk mengisi kotak infak. Jika ia hanya meneruskan uang dari orangtua, dia tidak berperan pun bukan masalah. Kamu masih bisa memasukkan uang infak sendiri. Anak gak merasa berkontribusi dalam kegiatan amal.
Bila uang saku tetap diberikan, ia merasa bertanggung jawab hendak memakainya buat apa saja. Keputusannya untuk menginfakkan sebagian atau seluruh uang sakunya menjadi tanda dia mampu mengalahkan rasa ingin memiliki uang tersebut buat diri sendiri. Anak merasa sukses berbagi pada sesama dan bukan sekadar mematuhi perintah orangtua buat berinfak dengan uang yang diberikan secara khusus.
6. Juga tak dapat jajan sepulang salat Tarawih
Jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih suka jajan. Kalau anak gak bisa jajan sepanjang siang di bulan Ramadan, ia mungkin menginginkannya selepas berbuka. Menu buka puasa memang telah disediakan di rumah dan anak sudah menikmatinya.
Akan tetapi, beberapa jam kemudian setelah salat Tarawih di masjid biasanya ia lapar lagi dan ingin mengudap makanan pilihannya sendiri. Teman-teman sebayanya juga jajan sehingga anak gak bisa menahan godaan. Tanpa uang saku sama sekali, dia tentu sedih cuma menonton kawan-kawannya jajan.
Anak dibujuk untuk menyantap kudapan yang ada di rumah pun belum tentu mau. Nanti ia malah mengambek dan gak bersemangat buat kembali berpuasa besok. Sepanjang Ramadan anak bukannya senang justru tertekan dan semuanya berawal dari penghentian uang saku sementara.
Menangani anak di bulan Ramadan memang tidak sama dengan mendisiplinkan diri sendiri. Sedikit saja kamu salah dalam bersikap, anak malah menjadi gak tertarik dengan puasa. Sebaiknya dirimu tidak sepenuhnya menghapus uang saku anak.
Ajak dia berunding bagaimana jika uang sakunya dipotong sedikit karena toh, ia tak perlu jajan sepanjang siang? Apabila anak setuju, jalankan rencana tersebut. Kalaupun anak menolak, barangkali di tahun-tahun mendatang ia akan sadar bahwa uang saku penuh gak dibutuhkannya sepanjang bulan puasa.