Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengatur Uang Saku Anak yang Baru Sekolah, Perlu Gak?

ilustrasi murid sekolah (pexels.com/Thirdman)

Tiba waktunya anak bersekolah, ternyata orangtua gak cuma harus menyiapkan pendaftaran dan perlengkapan sekolah. Masalah uang saku juga perlu dipikirkan dengan matang. Bukan soal orangtua mampu memberi berapa banyak uang saku, melainkan memikirkan kebaikan untuk anak.

Sebagian orangtua merasa tidak perlu memberi uang saku pada anak. Sebagian lagi berpendapat itu terlalu kejam karena anak mungkin ingin jajan bersama teman-temannya. Yuk, sikapi permasalahan uang saku ini dengan bijaksana.

1. Bekal makanan dan minuman lebih baik daripada uang

ilustrasi menyantap bekal (pexels.com/Katerina Holmes)

Pertimbangannya ialah anak yang baru masuk sekolah biasanya belum terlalu memahami nilai uang. Kalau ia membawa uang saku, mungkin dia akan keliru dalam menerima uang kembalian. Selain itu, anak juga umumnya masih malu-malu di lingkungan barunya.

Meski anak lapar dan haus, ia belum tentu mau pergi ke kantin. Belum lagi murid yang antre jajan banyak sekali. Sementara itu, waktu istirahatnya terbatas.

2. Kalaupun akan memberi uang saku, sifatnya cuma buat jaga-jaga

ilustrasi murid sekolah (pexels.com/Yan Krukau)

Uang saku tetap boleh diberikan, kok. Bahkan sekalipun anak sudah membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Hanya saja, sifat uang saku menjadi cuma buat berjaga-jaga.

Siapa tahu minuman anak tumpah banyak sampai hampir habis. Atau, tiba-tiba ada iuran kelas untuk menengok teman yang sakit. Tekankan pada anak buat menyantap bekalnya daripada jajan.

3. Berikan uang saku dalam pecahan kecil

ilustrasi murid sekolah (pexels.com/Thirdman)

Uang dalam pecahan besar menyulitkan anak mengitung kembalian saat jajan. Selembar uang itu juga lebih mudah hilang. Lain halnya dengan uang pecahan kecil.

Anak bisa menyimpan setiap lembarnya di masing-masing saku. Dengan demikian, kalaupun ada uang yang terjatuh tidak semuanya hilang. Mau jajan pun gak perlu uang kembalian.

4. Batasi uang saku, jangan menuruti permintaan anak

ilustrasi murid sekolah (pexels.com/Ron Lach)

Begitu anak mulai bersekolah biasanya ia akan membandingkan segala sesuatu dengan temannya. Tak terkecuali terkait uang saku. Anak dapat saja iri pada kawan yang membawa uang saku lebih banyak.

Ketika anak minta tambahan uang saku, jangan langsung diberi, ya. Jika tidak ada kebutuhan penting dan ia cuma ingin seperti teman, gak usah memenuhi permintaannya. Anak pasti akan kecewa, tetapi ini menjadi fondasi pendidikan keuangan agar ia tahu cara bersyukur dan mengelola uang yang dimiliki.

5. Selalu menasihati anak agar menabung

ilustrasi menabung (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Biasakan untuk menyampaikan pada anak bahwa uang saku tidak untuk dihabiskan. Berapa pun uang yang diberikan oleh orangtua wajib disisihkan buat ditabung. Jelaskan manfaat menabung biar anak lebih bersemangat.

Kalau perlu, beri reward jika selama sebulan anak selalu bisa menabung sebagian uang sakunya. Misalnya, orangtua memberinya uang khusus buat menambah isi celengan. Jangan fokus di banyaknya uang yang ditabung anak, tetapi membentuk kebiasaan baik dulu.

Sering kali yang menyulitkan anak dalam belajar menggunakan uang sakunya dengan bijaksana adalah sikap orangtua. Tidak tepat bila kita hendak meningkatkan semangat belajar anak dengan uang saku yang banyak. Itu justru bisa merusak konsentrasinya karena sibuk memikirkan jajanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us