Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak pertama (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi anak pertama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Alfred Alder merupakan peneliti pertama yang menghubungkan urutan kelahiran dengan kepribadian seseorang. Namun teorinya diperdebatkan karena terlalu banyak faktor yang akhirnya mempengaruhi sifat manusia.

Oldest child syndrome atau sindrom anak sulung sebenarnya bukan merupakan diagnosa medis. Namun anak sulung memang cenderung memiliki karakter khusus yang membedakannya dengan anak lain.

Karakteristik anak sulung ini meliputi rasa tanggung jawab yang lebih besar, perfeksionis, memiliki dorongan untuk terus berprestasi dan ambisius. Banyak ciri yang menunjukkan sikap positif. Namun karakteristik di atas juga berhubungan dengan tingkat stres yang lebih tinggi.

Jika orangtua merasa anak mereka mengalami sindrom anak sulung, maka beberapa tips di bawah ini bisa membantu. Simak ulasan berikut, ya.

1. Quality time dan lebih banyak mendengarkan

ilustrasi anak pertama (pexels.com/Vika Glitter)

Menyadari anak memiliki ciri oldest child syndrome, menjadikan orangtua satu langkah lebih dekat dalam usaha mencegah dampak negatif dari karakteristik ini.

Menurut penenelitian, lahir sebagai anak sulung memungkinkan seseorang mendapatkan perhatian yang lebih di masa awal pertumbuhannya. Namun ketika saudara mereka hadir, anak sulung ini akan mulai merasa terabaikan karena kesibukan orangtua akan teralihkan. Sayangnya, sebagian orangtua lupa memulihkan kedekatan ini dan berakhir dengan si sulung yang merasa tidak pernah didengar.

"Jika terlalu banyak tanggung jawab yang dibebankan pada saudara tertua, maka anak tersebut mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup masa kecil karena apa yang diminta untuk mereka lakukan sebagai saudara tertua," ungkap Brandy Smith, PhD, psikolog berlisensi di Thriveworks di Birmingham seperti dilansir Very Well Mind

Menyadari hal ini, cara pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah dengan mengajak si sulung untuk quality time. Kali ini biarkan si sulung banyak bercerita dan orangtua menempatkan diri sebagai pendengar. Percakapan ini akan membuat anak sulung tidak lagi merasa diabaikan serta memungkinkan ikatan emosional yang lebih dalam.

2. Beri ekspektasi sesuai usia

ilustrasi anak pertama (pexels.com/Monstera Production)

Terkadang secara tidak sengaja, orangtua menyampaikan pesan bahwa anak sulung harus melakukan semua hal dengan sempurna. Kemungkinan ini cukup sulit dihindari karena harapan orangtua sedang tertuju pada satu anak saja. 

Usaha untuk mengurangi sisi perfeksionis si anak sulung yang kadang berujung pada tingkat stres yang tinggi adalah dengan memperbaiki ekspektasi orangtua. Berilah si sulung tanggung jawab yang sesuai dengan usianya. Selain itu mendelegasikan tugas keluarga berdasarkan usia juga bisa dijadikan upaya untuk mengurangi tekanan bagi si sulung.

3. Beri hadiah sesuai tanggung jawab

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Chevanon Photography)

Secara tidak sengaja anak sulung mungkin mendapat beban tanggung jawab yang lebih tinggi. Mengetahui hal ini, orangtua boleh memberikan hadiah sebagai timbal baliknya. Hadiah ini bisa berupa waktu screen time yang lebih lama atau waktu tidur lebih larut dari saudaranya. 

Orangtua juga harus menekankan bahwa adil bukan berarti sama bagi semua anak. Ketika anak sulung melakukan tugas-tugas yang lebih banyak dari adiknya, maka suatu hal yang wajah jika ia juga mendapatkan lebih banyak hadiah.

4. Mendukung hubungan persaudaraan yang baik

ilustrasi bermain bersama anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

"Saya akan mendefinisikan sindrom anak sulung sebagai tekanan yang dirasakan anak tertua untuk memenuhi harapan tinggi yang diberikan kepada mereka serta stres karena merasa harus menjadi panutan yang sempurna bagi saudara-saudara yang lain," kata Nicholette Leanza, LPCC-S, konselor klinis profesional berlisensi dan terapis di LifeStance Health seperti dilansir Very Well Mind

Perbedaan harapan ini kadang menimbulkan kesenjangan hingga hubungan yang kurang harmonis antara anak sulung dengan adik adiknya. Anak sulung cenderung memiliki sifat kaku dan suka memberikan perintah, sedangkan adiknya lebih fleksibel.

Peran orangtua dalam hal ini adalah sebagai penengah. Orangtua harus berusaha maksimal untuk membuat masing-masing anak merasa diperhatikan dengan setara. Di sisi lain, orangtua juga harus mendorong anak-anak untuk akur.

Melihat anak-anak tumbuh dengan mentalitas yang sehat merupakan harapan setiap orangtua. Meminimalisir efek buruk oldest child syndrome merupakan salah satu usaha orangtua untuk mencapainya. Meskipun sulit, semangat menjadi orangtua yang baik jangan sampai padam, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team