5 Tips Menghindari Reward Mentality Pada Anak, Ajarkan Tanggung Jawab

- Orangtua harus tunjukkan tindakan baik tanpa imbalan untuk contoh yang baik.
- Apresiasi usaha anak, bukan hanya hasil akhirnya, untuk hindari reward mentality.
- Konsistensi dalam menjadikan kebiasaan baik sebagai rutinitas agar anak paham bahwa tindakan baik adalah tanggung jawab.
Sebagai orangtua, tentu ingin agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan mampu memotivasi dirinya sendiri. Namun, ada kalanya orangtua, tanpa sadar, membentuk pola pikir anak yang dikenal sebagai reward mentality di mana anak hanya termotivasi untuk melakukan sesuatu jika ada imbalan yang diberikan.
Misalnya, anak mau membereskan mainan hanya jika dijanjikan hadiah atau uang jajan tambahan. Pola ini mungkin terlihat efektif di awal, tetapi dalam jangka panjang bisa menghambat perkembangan karakter anak.
Lalu, bagaimana cara menghindari reward mentality? Berikut adalah lima tips yang bisa diterapkan untuk membangun motivasi intrinsik pada anak, sehingga mereka melakukan hal-hal baik dengan kesadaran sendiri, bukan karena imbalan semata.
1. Ajarkan pentingnya tanggung jawab dengan contoh

Anak-anak adalah peniru ulung, mereka belajar lebih banyak dari apa yang dicontohkan daripada apa yang orangtua katakan. Jika ingin anak memahami bahwa tanggung jawab adalah bagian dari kehidupan, tunjukkan melalui tindakan yang baik.
Misalnya, libatkan anak dalam tugas-tugas rumah tangga sederhana seperti membereskan piring setelah makan atau menyiram tanaman. Jelaskan bahwa tugas-tugas ini adalah bagian dari tanggung jawab keluarga, bukan sesuatu yang membutuhkan imbalan.
Coba untuk mengatakannya dengan kata-kata yang bijak seperti, "Di keluarga kita, semua saling membantu supaya rumah tetap nyaman." Ketika anak melihat bahwa orangtua juga melakukan tugas-tugas tanpa mengharapkan balasan, mereka akan memahami bahwa bertanggung jawab adalah hal yang wajar.
2. Fokus pada proses, bukan hasil akhir

Salah satu cara menghindari reward mentality adalah dengan mengapresiasi usaha anak, bukan hanya hasil akhirnya. Ketika anak mencoba hal baru, seperti belajar menggambar atau membantu memasak, pujilah dedikasi dan kerja kerasnya, bukan hanya keberhasilannya.
Contohnya, jika anak menggambar, katakan, "Kamu sudah meluangkan waktu untuk menggambar ini. Ibu suka sekali bagaimana kamu memilih warna-warnanya." Kalimat seperti ini akan membantu anak merasa dihargai atas usaha mereka, bukan karena mereka mengharapkan imbalan tertentu.
Anak yang terbiasa dihargai usahanya akan cenderung memiliki rasa percaya diri dan motivasi yang tumbuh dari dalam.
3. Gantikan hadiah material dengan apresiasi emosional

Hadiah tidak selalu harus berupa barang atau uang. Hadiah material bisa diganti dengan apresiasi emosional yang lebih mendalam, seperti pelukan hangat, waktu bermain bersama, atau sekadar pujian tulus.
Misalnya, setelah anak membantu membereskan mainan, katakan, "Terima kasih ya, Nak, kamu sangat membantu Ibu, mainanmu sekarang terlihat rapi." Kata-kata positif seperti ini membuat anak merasa dihargai tanpa bergantung pada hadiah fisik.
Anak-anak yang merasa dihargai secara emosional cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orangtua dan tidak terlalu terfokus pada imbalan saja.
4. Jadikan kebiasaan baik sebagai rutinitas

Kunci dari perilaku baik adalah konsistensi. Anak perlu memahami bahwa beberapa hal adalah bagian dari rutinitas yang harus dilakukan, bukan sesuatu yang pantas mendapatkan hadiah setiap kali dilakukan.
Contohnya, biasakan anak untuk membereskan mainannya sendiri setelah bermain. Ingatkan secara konsisten, seperti, "Mainannya selalu dibereskan setelah selesai bermain, ya, supaya nanti bisa bermain lagi dengan nyaman."
Dengan menjadikan kebiasaan baik sebagai rutinitas, anak akan belajar bahwa tindakan tersebut adalah tanggung jawab, bukan sesuatu yang membutuhkan hadiah.
5. Bangun motivasi dalam dalam melalui refleksi

Ajak anak untuk merenungkan perasaan mereka setelah melakukan tindakan baik. Misalnya, jika mereka membantu temannya di sekolah atau berbagi, tanyakan, "Bagaimana perasaanmu setelah berbagi tadi?"
Diskusi seperti ini membantu anak menyadari bahwa tindakan baik memberikan kepuasan emosional yang mendalam. Mereka belajar bahwa kebaikan memiliki nilai yang lebih besar daripada sekedar hadiah material.
Motivasi dari dalam diri yang dibangun melalui refleksi akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli, empati, dan bertanggung jawab.
Menghindari reward mentality pada anak bukan berarti tidak boleh memberi hadiah sama sekali. Namun, penting untuk mengajarkan anak bahwa nilai dari tindakan baik terletak pada proses dan dampaknya, bukan pada imbalan yang didapatkan. Dengan mendidik anak tidak bergantung pada hadiah, akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang berintegritas dan memiliki motivasi kuat dari dalam diri sendiri.