Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Mengkritik Tanpa Harus Menyakiti Perasaan Orang Lain

Pexels.com/Photo by Yan Krukau

Kritik yang bijaksana difokuskan pada apa yang telah dilakukan dan dapat dilakukan oleh seseorang, bukannya menyudutkan ciri karakternya untuk pekerjaan yang tidak dilakukan dengan baik.

Sebagaimana telah diamati J.R. Larson, seorang ahli psikologi University of Illinois di Urbana, mengatakan "Serangan terhadap karakter, menyebut seorang tolol atau tidak kompeten tidak akan kena sasaran. Kamu akan membuat hal itu bersikap defensif, sehingga dia tidak lagi mau menerima apa-apa yang mestinya kamu sampaikan kepadanya mengenai cara melakukan tugas yang lebih baik."

Seorang psikoanalisis di Amerika, Harry Levinson, memberi nasihat berikut tentang seni menyampaikan kritik, yang secara rumit dapat terjalin dengan seni memuji.

1. Langsung pada sasaran

Pexels.com/jonathanborba

Sodorkan insiden yang nyata, suatu kejadian yang menggambarkan masalah utama yang membutuhkan perubahan atau pola baru untuk seni kekurangan, misalnya ketidakmampuan melakukan bagian-bagian tertentu dari suatu tugas dengan baik.

Orang akan patah semangat bila sekedar diberitahu bahwa mereka melakukan sesuatu yang keliru tanpa mengetahui apa permasalahan sesungguhnya yang dapat mereka perbaiki.

Kritik harus difokuskan langsung pada sasaran, memaparkan apa yang sudah dilakukan dengan baik, apa yang masih kurang, dan bagaimana memperbaikinya. Jangan berbelit-belit atau berputar-putar atau berusaha menghindar; tindakan tersebut hanya akan mengaburkan pesan sebenarnya.

2. Tawarkan suatu solusi

pexels.com/Photo by cottonbro studio

Kritik, seperti halnya umpan balik yang bermanfaat, seharusnya mengajukan cara untuk memperbaiki masalah itu. Kalau tidak, kritik akan membuat yang terkena kecewa, patah semangat, atau kehilangan motivasi.

Kritik dapat membukakan pintu ke arah kemungkinan-kemungkinan dan alternatif-alternatif yang tidak disadari oleh orang tersebut atau sekedar menggugah kekurangan-kekurangan yang perlu diperhatikan, tetapi kritik harus meliputi saran-saran tentang bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan.

3. Lakukan secara tatap muka

pexels.com/Photo by: Christina Morillo

Kritik, seperti halnya pujian, akan efektif apabila dilakukan secara tatap muka dan dalam suasana pribadi. Orang-orang yang merasa tidak enak untuk mengkritik atau memuji cenderung mengurangi ketidakenakannya dengan melakukan kritik secara tidak langsung, misalnya dengan memo. Tetapi, ini membuat komunikasi menjadi tidak pribadi, dan menghapus peluang orang yang menerimanya memberi respons atau penjelasan.

4. Peka

pexels.com/Photo by Los Muertos Crew

Peka merupakan unsur berempati, untuk memahami pengaruh yang kamu katakan dan bagaimana kamu mengatakannya pada orang yang menerima. Seseorang yang memiliki empati rendah, kata Levinson, sering kali menyampaikan umpan balik dengan cara yang meruntuhkan semangat.

Efek kritik semacam itu bersifat destruktif: bukannya membuka jalan untuk perbaikan, kritik semacam itu menciptakan reaksi yang keliru dalam bentuk rasa benci, sakit hati, sikap defensif, dan menjauh.

Levinson juga memberikan sejumlah nasihat emosional bagi orang-orang yang menerima kritik. Salah satunya adalah menganggap kritik sebagai informasi berharga tentang bagaimana bekerja dengan lebih baik, bukan sebagai serangan pribadi.

Selain itu, untuk awas terhadap dorongan menuju sikap defensif, bukannya memikul tanggung jawab. Yang terakhir, ia menasihatkan agar kritik dilihat sebagai kesempatan untuk bekerja bersama si pengkritik guna menyelesaikan masalahnya, bukan untuk bermusuhan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us