Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Lebaran merupakan cara masyarakat di Indonesia dalam menyebutkan Hari Raya Idulfitri. Biasanya, Lebaran dibarengi dengan kegiatan mudik atau pulang dari perantauan ke kampung halaman.

Sebagai sebuah perayaan hari raya suatu agama, Lebaran seharusnya tidak hanya sebatas perayaan keagamaan semata, tetapi juga sebagai momen refleksi yang dipenuhi oleh hal yang mengedepankan spiritualitas seperti bermaaf-maafan, gotong royong membantu saudara yang sedang kesulitan, dan lain sebagainya.

Namun, seiring berjalannya waktu, makna sejati Lebaran sering kali terdistorsi oleh budaya konsumtif dan pemikiran yang keliru sehingga menjadikannya sebagai ajang untuk mengadu hal-hal yang bersifat duniawi. Berikut empat kesalahan berpikir yang kerap terjadi selama Lebaran dan bagaimana Lebaran yang seharusnya.

1. Lebaran saatnya baju baru

ilustrasi wanita muslimah (pexels.com/PNW Production)

Tradisi memiliki baju baru pada Hari Raya sering kali dianggap sebagai suatu keharusan. Namun, penting untuk diingat bahwa esensi sejati dari baju baru ketika Lebaran itu hanyalah sebuah simbolisasi umat muslim tentang kesucian hati dan pemurnian jiwa setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan.

Tapi karena kesalahan berpikir yang terjadi di khalayak ramai, peristiwa membeli dan memakai baju baru saat lebaran malah menjadi sebuah tradisi yang harus dilakukan. Padahal, memakai baju lama atau sederhana saat Hari Raya juga bukan tanda dari kurangnya kemakmuran, melainkan simbol kesederhanaan dan kesejatian dalam menyambut hari yang suci ini.

2.Mudik hanya jika sudah memiliki suatu pencapaian

Editorial Team

Tonton lebih seru di