Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan tidur
ilustrasi perempuan tidur (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Beban mental dari pekerjaan masih terbawa saat liburan, sulit memisahkan waktu kerja dan pribadi.

  • Ekspektasi liburan yang tinggi memicu stres terselubung dan membuat liburan menjadi melelahkan.

  • Pola tidur yang tidak teratur, kurangnya konsistensi, dan terlalu banyak stimulasi media sosial memperparah kelelahan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Libur panjang sering dianggap sebagai momen terbaik untuk memulihkan energi dan menikmati hidup dengan lebih santai. Namun kenyataannya, banyak orang justru merasa lebih lelah meski sudah berhenti bekerja sementara. Tubuh mungkin sedang beristirahat, tapi pikiran masih terus berjalan tanpa henti. Kondisi ini sering berkaitan dengan burnout akhir tahun yang kerap tidak disadari.

Fenomena kelelahan saat liburan bukan sekadar rasa malas atau kurang tidur semata. Ada proses mental dan emosional yang tetap aktif meski rutinitas harian berhenti. Akibatnya, istirahat cukup terasa tidak benar-benar menyegarkan. Yuk simak lima alasan mengapa penyebab lelah saat liburan bisa terjadi meski kamu sedang libur panjang.

1. Beban mental dari pekerjaan belum benar-benar dilepaskan

ilustrasi perempuan overthinking (freepik.com/freepik)

Saat liburan, banyak orang masih membawa sisa tekanan pekerjaan ke dalam waktu istirahatnya. Pikiran terus memikirkan target, pesan kerja, atau rencana setelah liburan berakhir. Hal ini membuat otak tetap berada dalam mode siaga dan sulit rileks sepenuhnya. Akibatnya, mental fatigue tetap terasa meski tubuh tidak banyak bergerak.

Burnout akhir tahun sering ditandai dengan sulitnya memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi. Bahkan tanpa membuka laptop, pikiran sudah sibuk dengan berbagai skenario pekerjaan. Kondisi ini membuat liburan tidak berfungsi sebagai pemulihan energi yang optimal. Tanpa sadar, kamu tetap kelelahan karena tidak benar-benar istirahat secara mental.

2. Ekspektasi liburan yang terlalu tinggi

ilustrasi perempuan lelah (freepik.com/freepik)

Libur panjang sering dibebani ekspektasi harus menyenangkan, produktif, dan penuh momen berkesan. Tekanan untuk memaksimalkan waktu libur justru memicu stress terselubung. Alih-alih santai, kamu merasa harus melakukan banyak hal agar liburan terasa “worth it”. Akhirnya, liburan berubah menjadi agenda padat yang melelahkan.

Ekspektasi ini membuat pikiran sulit menikmati momen sederhana. Kamu cenderung mengevaluasi apakah liburan sudah cukup menyenangkan atau belum. Pola pikir ini menguras energi emosional secara perlahan. Tanpa disadari, penyebab lelah saat liburan berasal dari tuntutan pada diri sendiri.

3. Pola tidur yang berantakan selama liburan

ilustrasi orang tidak bisa tidur (freepik.com/freepik)

Liburan sering membuat jam tidur menjadi tidak teratur. Begadang, bangun siang, atau tidur tidak konsisten mengganggu ritme alami tubuh. Meski durasi tidur terasa lebih lama, kualitas istirahat justru menurun. Tubuh akhirnya tetap merasa lelah meski merasa sudah tidur cukup.

Kurangnya rutinitas membuat tubuh kesulitan menyesuaikan diri. Siklus tidur yang kacau berdampak langsung pada energi dan suasana hati. Istirahat cukup bukan hanya soal waktu, tapi juga konsistensi. Tanpa pola tidur yang sehat, liburan tidak memberi efek pemulihan maksimal.

4. Terlalu banyak stimulasi dari media sosial

ilustrasi mengakses media sosial (freepik.com/freepik)

Waktu libur sering dihabiskan dengan scrolling media sosial tanpa batas. Paparan informasi berlebihan membuat otak terus menerima rangsangan tanpa jeda. Hal ini memperparah overthinking dan membuat pikiran sulit tenang. Akibatnya, rasa lelah muncul meski aktivitas fisik minim.

Melihat pencapaian orang lain saat liburan juga bisa memicu perbandingan diri. Kamu merasa liburanmu kurang menarik atau kurang produktif. Beban emosional ini memperkuat burnout akhir tahun yang belum selesai. Tanpa disadari, energi mental terkuras lewat layar ponsel.

5. Burnout yang sudah menumpuk sepanjang tahun

ilustrasi perempuan burnout (freepik.com/freepik)

Burnout akhir tahun biasanya merupakan akumulasi kelelahan jangka panjang. Liburan singkat tidak selalu cukup untuk memulihkan kondisi yang sudah lama tertekan. Tubuh dan pikiran membutuhkan waktu lebih lama untuk benar-benar pulih. Inilah alasan mengapa kelelahan tetap terasa meski sedang libur panjang.

Burnout membuat seseorang sulit merasakan rileks meski situasi mendukung. Ada rasa hampa, lelah emosional, dan kurang motivasi yang menetap. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai kurang bersyukur. Padahal, yang dibutuhkan adalah pemulihan menyeluruh dan lebih sadar diri.

Merasa lelah saat liburan bukan berarti kamu gagal menikmati waktu istirahat. Bisa jadi itu sinyal tubuh dan pikiran yang meminta perhatian lebih serius. Dengan memahami penyebab lelah saat liburan, kamu bisa mulai memperbaiki cara beristirahat. Yuk, gunakan sisa waktu libur untuk benar-benar memulihkan diri dan keluar perlahan dari burnout akhir tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team