5 Alasan Orang Pilih Jujur meski Berisiko, Ogah Tertekan!

Kita pasti pernah mendengar bahwa nasib orang jujur malah sering gak mujur. Orang yang berkata jujur kerap diragukan ucapannya dan menerima hukuman. Sementara itu, orang yang pandai berbohong dapat lolos dari sanksi atas perbuatannya.
Akan tetapi, ternyata hal itu tak menyurutkan tekad beberapa orang untuk tetap menjunjung tinggi kejujuran. Meski risiko atas kejujurannya juga tidak kecil. Bahkan keselamatannya beserta keluarga bisa menjadi taruhan. Apa yang membuat mereka seberani ini? Berikut uraiannya dan kejujurannya perlu kita contoh.
1. Tidak terbiasa berbohong
Orang yang dididik dengan nilai-nilai kejujuran yang kuat sangat tidak terbiasa dengan kebohongan. Ia benci dibohongi sekaligus tak mampu berbohong sekalipun buat melindungi diri sendiri. Kalaupun dia hendak mencoba berdusta, hatinya akan terasa sangat terbebani.
Maka dari itu, kejujuran tetap menang di atas keinginan sesaat buat berbohong. Sering kali dia malah tak sempat memikirkan risiko dari kejujuran tersebut. Perkataan yang apa adanya otomatis terlontar jika ia ditanya tentang sesuatu.
2. Menyesali perbuatannya
Orang yang amat menyesali perbuatannya hanya ingin memperbaiki kesalahannya. Itu tak akan dapat dilakukan apabila ia masih saja berbohong. Kejujuran merupakan awal dari perbaikan diri serta kekeliruan yang pernah diperbuat.
Bahkan sudah jujur pun terkadang belum menghapus seluruh rasa sesal atas hal-hal yang terjadi. Apalagi jika kebenaran terus disembunyikan. Bisa-bisa dia depresi seakan-akan terjebak dalam kesalahan yang tidak terampunkan.
3. Sadar kebohongannya akan merugikan banyak orang
Ketika seseorang tidak hanya memikirkan diri sendiri, ia akan sadar bahwa kebohongannya bisa memakan korban. Orang-orang yang tidak bersalah dapat tersangkut suatu masalah hanya karena dia berkeras ingin menyelamatkan diri sendiri.
Bahayanya adalah orang-orang yang dirugikan oleh kebohongannya bisa menjadi amat kompak melawannya serta membongkar perbuatannya. Ia mungkin mampu membohongi satu orang. Akan tetapi, makin banyak korbannya makin berbahaya pula posisinya.
4. Tahu kejujuran akan lebih diapresiasi
Suatu kesalahan besar yang dilakukan biasanya menghapus rasa respek orang pada pelakunya. Meski begitu, mereka masih dapat memberikan apresiasi seandainya pelaku mau berkata jujur. Sikap kooperatif seperti ini menjadi tanda adanya rasa bersalah dan kemauan pelaku buat membongkar kejahatan.
Orang yang masih mengharapkan kesempatan kedua untuk diterima di tengah teman-teman dan masyarakat pasti siap buat jujur. Rasa hormat orang padanya bisa sedikit demi sedikit dipulihkan bila mereka mengapresiasi kejujurannya.
5. Ingin membebaskan diri dari tekanan orang lain
Orang tidak selalu berbohong atas keinginannya sendiri. Terkadang seseorang dipaksa oleh pihak yang lebih punya power buat bekerja sama dalam keburukan. Biasanya, akan ada iming-iming kalau dia mau menurut.
Sebaliknya, penolakan atas ajakan buat berbohong bisa disertai ancaman. Situasi begini membuat orang tertekan. Ketika tekanan itu terasa begitu berat, di ambang keputusasaan orang dapat memperoleh keberanian untuk melawan sumber tekanan apa pun risikonya.
Kejujuran seseorang di tengah besarnya risiko yang harus dihadapinya memang perlu didukung dan dilindungi. Kalau tidak, orang lain menjadi tak berani melakukan hal serupa dan cari aman dengan berbohong. Orang yang jujur berarti berani mengungkapkan kebenaran sekalipun itu pahit bagi dirinya. Sebuah sikap yang terpuji.