Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan yang Bikin Kamu Merasa Tiap Tahun Lebaran Terasa Biasa Aja

ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap tahun, Lebaran selalu dinantikan dengan berbagai tradisi yang khas. Mulai dari kumpul keluarga, makan ketupat opor, hingga berburu baju baru. Tapi, ada momen di mana euforia Lebaran gak lagi terasa seperti dulu. Rasanya cuma sekadar formalitas, gak ada greget, dan kamu mulai bertanya-tanya, "Kenapa Lebaran tahun ini terasa biasa aja?"

Padahal dulu waktu kecil, Lebaran selalu bikin semangat dan penuh kejutan. Tapi makin ke sini, semuanya terasa datar, seolah cuma lewat begitu aja tanpa kesan yang mendalam. Kenapa bisa begitu? Mungkin ada beberapa alasan yang bikin Lebaran buat kamu jadi terasa biasa aja, dan ini bukan sekadar soal umur atau kebiasaan yang berubah.

1. Ekspektasi tinggi, realita biasa aja

ilustrasi Lebaran (pexels.com/Thirdman)

Waktu kecil, Lebaran itu identik dengan sesuatu yang luar biasa. Dapat THR, bisa beli baju baru, rumah penuh dengan saudara, dan makanan enak yang jarang ada di hari biasa.

Sekarang? THR mungkin malah habis buat bayar utang atau kebutuhan lain yang lebih mendesak. Ketika ekspektasi masih tinggi tapi realitanya gak sesuai, wajar kalau rasanya biasa aja.

Dulu ada rasa penasaran dan kejutan yang bikin Lebaran terasa spesial, tapi sekarang semuanya sudah bisa ditebak. Bahkan, beberapa tradisi yang dulu terasa penting kini jadi sekadar formalitas yang dijalani tanpa antusiasme.

Kamu juga mungkin berharap suasana Lebaran tetap sama seperti dulu, tapi keadaan sudah berubah. Orang-orang sibuk dengan kehidupannya masing-masing, ada yang gak bisa mudik, atau bahkan keluarga yang makin berkurang.

Hal-hal ini bikin suasana Lebaran yang dulu meriah jadi lebih sepi dan terkesan monoton. Tanpa kesan baru, wajar kalau Lebaran gak lagi terasa spesial seperti dulu.

2. Kebiasaan dan rutinitas yang itu-itu aja

ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau diperhatikan, pola Lebaran tiap tahun sebenarnya hampir sama. Sahur, puasa, berbuka, malam takbiran, lalu keesokan harinya shalat Ied, salam-salaman, makan besar, dan selesai. Semua terasa seperti siklus tahunan yang diulang terus-menerus tanpa ada variasi.

Saat masih kecil, hal ini terasa seru karena belum pernah mengalami sebelumnya. Tapi setelah bertahun-tahun menjalani hal yang sama, kejutan itu menghilang, digantikan oleh rasa bosan dan kebiasaan yang sudah terlalu familiar.

Beda cerita kalau kamu mencoba sesuatu yang baru, misalnya merayakan Lebaran di tempat yang berbeda atau dengan aktivitas yang gak biasa. Sayangnya, banyak orang memilih zona nyaman dan melakukan hal yang sama setiap tahun. Akhirnya, tanpa disadari, Lebaran gak lagi terasa istimewa karena sudah bisa diprediksi dan gak ada sesuatu yang bikin penasaran.

3. Makna lebaran yang berubah seiring bertambahnya usia

ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Dulu, Lebaran itu tentang kesenangan. Dapat angpao, main petasan, bisa jajan tanpa batas, dan gak perlu mikirin kerjaan atau tanggung jawab. Tapi semakin bertambah usia, makna Lebaran bergeser dari sekadar perayaan menjadi momen refleksi.

Kamu mulai sadar bahwa Lebaran bukan cuma soal baju baru atau THR, tapi tentang kebersamaan dan memaafkan. Sayangnya, perubahan perspektif ini sering kali bikin Lebaran terasa kurang seru dibandingkan dulu.

Di satu sisi, kamu juga menyadari bahwa gak semua orang bisa menikmati Lebaran dengan cara yang sama. Ada yang harus tetap kerja, ada yang gak bisa pulang kampung, bahkan ada yang kehilangan orang terdekatnya.

Semakin dewasa, kamu jadi lebih paham bahwa Lebaran bukan sekadar euforia sesaat, tapi juga waktu untuk bersyukur atas apa yang masih kamu miliki. Sayangnya, pergeseran makna ini kadang bikin Lebaran terasa lebih biasa dan gak seheboh dulu.

4. Media sosial bikin lebaran terlihat kurang spesial

ilustrasi media sosial (pexels.com/Magnus Mueller)

Media sosial mengubah cara kita melihat dunia, termasuk Lebaran. Dulu, momen Lebaran terasa lebih eksklusif karena hanya bisa dinikmati langsung bersama keluarga. Sekarang, hampir setiap detik Lebaran bisa dilihat di Instagram, TikTok, atau Twitter.

Semua orang berbagi momen yang sama, dari foto keluarga, outfit Lebaran, sampai menu makanan di rumah. Akibatnya, sesuatu yang dulu terasa spesial jadi terlihat biasa aja karena semua orang mengalaminya.

Lebih parahnya lagi, ada perasaan membandingkan diri dengan orang lain. Ketika melihat orang lain punya Lebaran yang lebih meriah, rumah yang lebih mewah, atau keluarga yang lebih lengkap, kamu jadi merasa ada yang kurang dalam perayaanmu sendiri.

Padahal, kebahagiaan Lebaran bukan diukur dari seberapa mewah perayaannya, tapi dari bagaimana kamu menikmati momen tersebut. Sayangnya, eksposur media sosial sering kali bikin perasaan itu jadi kabur dan mengurangi makna asli dari Lebaran.

5. Nostalgia masa kecil yang gak bisa diulang

ilustrasi nostalgia masa kecil (pexels.com/Timur Weber)

Salah satu alasan terbesar kenapa Lebaran terasa biasa aja adalah karena kita selalu membandingkannya dengan masa kecil. Ada nostalgia yang bikin kita terus menerus merasa bahwa dulu Lebaran lebih menyenangkan. Padahal, yang berubah bukan hanya Lebarannya, tapi juga kita sendiri.

Dulu, kita melihat dunia dengan cara yang lebih sederhana dan penuh keingintahuan. Sekarang, kita sudah tahu bahwa di balik kemeriahan Lebaran ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dipikirkan.

Kamu mungkin merindukan masa-masa di mana satu-satunya yang perlu dilakukan saat Lebaran adalah menerima angpao dan makan enak. Sekarang, kamu yang justru harus memberi THR, menyiapkan makanan, dan mengurus banyak hal lain yang dulunya gak pernah kamu pikirkan.

Semua ini bikin pengalaman Lebaran berubah dari sesuatu yang penuh kejutan jadi sesuatu yang lebih membebani. Tapi kalau kamu bisa melihatnya dari sisi lain, mungkin ada cara untuk menemukan keseruan baru dalam Lebaran meskipun situasinya sudah berbeda.

Jadi, kalau Lebaran tahun ini terasa biasa aja, bisa jadi karena sejumlah alasan di atas penyebabnya. Tapi bukan berarti Lebaran gak bisa terasa istimewa lagi. Mungkin yang perlu diubah bukan Lebarannya, tapi cara kita menikmatinya. Kalau kamu bisa menemukan makna baru dalam setiap momen, siapa tahu Lebaran selanjutnya bisa jadi lebih berkesan daripada yang sebelumnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us