Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang marah
ilustrasi orang marah (freepik.com/yanalya)

Intinya sih...

  • Tarik napas dalam untuk memberi jeda sebelum bereaksi.

  • Sadari pemicu marah dan kenali batas dirimu.

  • Gunakan kata-kata yang asertif, bukan menyerang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Marah adalah emosi yang wajar, tapi bisa jadi berbahaya kalau tidak dikelola dengan baik. Emosi yang meledak tanpa kendali sering bikin kita menyesali kata-kata atau tindakan yang sudah terlanjur keluar. Rasa sesal itu biasanya muncul setelah keadaan reda, saat menyadari bahwa kemarahan malah melukai diri sendiri maupun orang lain.

Setiap orang punya batas kesabaran, tapi bukan berarti kita gak bisa melatih diri untuk lebih bijak mengontrol emosi. Mengelola marah secara sehat adalah bagian penting dari self control dan mental health. Yuk simak lima cara mengatur emosi saat marah berlebihan supaya kamu lebih tenang dan gak menyesal di akhir.

1. Tarik napas dalam untuk memberi jeda sebelum bereaksi

ilustrasi perempuan mengatur napas (pexels.com/Mikhail Nilov)

Saat emosi memuncak, tubuh sering refleks bereaksi tanpa berpikir panjang. Tarik napas dalam beberapa kali bisa membantu memberi jeda agar pikiran gak langsung terbawa arus marah. Cara sederhana ini bikin tubuh sedikit lebih rileks dan pikiran lebih jernih sebelum bicara atau bertindak.

Dengan memberi jeda, kamu punya ruang untuk memikirkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Marah bukan berarti harus meledak seketika, tapi bisa diolah menjadi pesan yang jelas tanpa menyakiti. Ingat, jeda sejenak bisa menyelamatkanmu dari penyesalan panjang.

2. Sadari pemicu marah dan kenali batas dirimu

ilustrasi perempuan berpikir (freepik.com/KamranAydinov)

Emosi marah sering muncul karena ada hal yang memicu, entah ucapan orang lain, tekanan kerja, atau ekspektasi diri sendiri. Kalau kamu gak sadar pemicunya, marah bisa berulang tanpa pernah selesai. Mengenali sumber masalah adalah langkah awal untuk mengelola emosi dengan sehat.

Dengan menyadari batas dirimu, kamu jadi tahu kapan harus berhenti atau menarik diri dari situasi tertentu. Daripada terus memaksa bertahan dalam kondisi yang bikin emosi naik, lebih baik ambil jarak sebentar. Kesadaran ini penting supaya kamu gak terus terjebak dalam siklus marah yang sama.

3. Gunakan kata-kata yang asertif, bukan menyerang

ilustrasi berbicara dengan rekan kerja (freepik.com/pressfoto)

Marah sering membuat kita bicara dengan nada tinggi atau kata-kata kasar. Padahal, cara menyampaikan pesan lebih penting daripada seberapa keras suara kita. Komunikasi yang asertif bisa membantu menyalurkan marah tanpa harus melukai perasaan orang lain.

Gunakan kalimat “aku merasa…” untuk menjelaskan emosi, bukan langsung menyalahkan orang lain. Dengan begitu, pesanmu tetap sampai tapi tidak menambah konflik. Komunikasi yang sehat adalah bagian dari mindful living yang mendukung mental health lebih stabil.

4. Salurkan marah lewat aktivitas fisik yang positif

ilustrasi laki-laki berlari (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Emosi marah sering bikin energi menumpuk di tubuh. Kalau gak disalurkan, energi itu bisa meledak dalam bentuk perilaku destruktif. Mengalihkan emosi dengan olahraga, menulis, atau aktivitas kreatif bisa jadi cara sehat buat mengeluarkan rasa marah.

Aktivitas fisik membantu tubuh mengeluarkan hormon stres sekaligus menenangkan pikiran. Daripada meledak ke orang terdekat, lebih baik salurkan marah lewat hal-hal produktif. Dengan begitu, emosi tetap tersampaikan tanpa merusak hubungan.

5. Latih mindfulness untuk menjaga kendali diri

ilustrasi perempuan meditasi (pexels.com/@karolina-grabowska)

Mindfulness adalah teknik menyadari emosi saat ini tanpa menghakimi. Dengan latihan ini, kamu belajar menerima bahwa marah itu ada, tapi tidak harus menguasai dirimu. Kesadaran penuh ini membantu menjaga kendali agar emosi tidak langsung meledak.

Melatih mindfulness bisa dilakukan lewat meditasi singkat, refleksi diri, atau sekadar fokus pada napas. Praktik kecil ini melatih otak untuk lebih tenang menghadapi pemicu marah. Semakin sering dilatih, kemampuan self control akan semakin kuat.

Marah memang bagian alami dari hidup, tapi cara kita mengelolanya yang menentukan apakah emosi itu jadi sumber masalah atau justru kekuatan. Menguasai diri sendiri bukan berarti menekan perasaan, melainkan tahu kapan harus berhenti, berbicara, dan merespons dengan bijak. Yuk, belajar lebih peka pada emosi agar hidup terasa lebih ringan dan hubungan tetap terjaga harmonis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team