Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengobrol dengan teman kantor (freepik.com/drobotdean)
ilustrasi mengobrol dengan teman kantor (freepik.com/drobotdean)

Menjadi pribadi yang asertif sering kali dianggap sulit karena banyak orang khawatir terlihat kasar atau menyinggung perasaan orang lain. Padahal, asertif bukanlah soal bersikap galak atau memaksa kehendak, melainkan tentang bagaimana kamu bisa menyampaikan pendapat, kebutuhan, dan batasan diri dengan jelas sekaligus tetap menghargai orang lain. Sikap ini penting untuk menjaga kesehatan emosional sekaligus membangun hubungan yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau terlalu sering mengalah, kamu bisa merasa tertekan atau gak dihargai. Namun, kalau terlalu keras menyampaikan sesuatu, orang lain bisa merasa tersinggung atau menjauh. Nah, kuncinya ada pada keseimbangan, yaitu bagaimana caranya menyampaikan pikiran dengan tegas tapi tetap penuh empati. Untuk membantumu melatih keterampilan ini, berikut beberapa cara menjadi lebih asertif tanpa menyinggung orang lain.

1. Kenali kebutuhan dan batasan dirimu

ilustrasi tentukan batasan (freepik.com/yanalya)

Langkah pertama untuk menjadi asertif adalah dengan memahami kebutuhan dan batasanmu sendiri. Kamu perlu tahu kapan harus berkata “iya” dan kapan harus berkata “tidak” agar gak terjebak dalam situasi yang merugikan dirimu. Jika kamu sendiri gak jelas dengan apa yang kamu inginkan, akan sulit untuk menyampaikannya dengan percaya diri.

Kenali situasi yang sering membuatmu merasa gak nyaman, lalu tentukan batasan yang ingin kamu tegakkan. Misalnya, kamu mungkin merasa keberatan jika diminta lembur mendadak tanpa pemberitahuan. Dengan memahami hal ini, kamu bisa lebih mudah mengkomunikasikan kebutuhanmu dengan cara yang tepat.

Semakin kamu paham pada diri sendiri, semakin kuat pula posisimu saat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini juga membantu agar ucapanmu tidak terdengar plin-plan, melainkan tegas tapi tetap menghargai lawan bicara.

2. Gunakan bahasa tubuh yang mendukung

ilustrasi gunakan bahasa tubuh (freepik.com/freepik)

Asertivitas bukan hanya tentang kata-kata yang diucapkan, tapi juga bagaimana bahasa tubuhmu menyampaikannya. Sering kali, orang bisa salah menangkap maksudmu jika bahasa tubuhmu tidak konsisten dengan ucapan. Misalnya, kamu ingin menolak dengan sopan, tapi ekspresimu terlihat ragu-ragu, itu bisa membuat pesanmu jadi gak jelas.

Gunakan kontak mata yang cukup, bukan menantang atau menghindar, melainkan menunjukkan ketulusan. Posisi tubuh yang tegak dengan ekspresi wajah yang ramah juga membantu lawan bicara merasa dihargai meskipun kamu sedang menyampaikan sesuatu yang mungkin berbeda dari pendapat mereka.

Bahasa tubuh yang konsisten memberi kesan bahwa kamu yakin dengan ucapanmu, sekaligus menunjukkan bahwa kamu gak bermaksud menyinggung. Dengan begitu, pesan yang kamu sampaikan jadi lebih mudah diterima.

3. Latih cara berkata “tidak” dengan sopan

ilustrasi berani mengatakan tidak (freepik.com/freepik)

Salah satu keterampilan penting dalam bersikap asertif adalah kemampuan berkata “tidak” tanpa rasa bersalah. Banyak orang kesulitan melakukannya karena takut mengecewakan orang lain, padahal batasan perlu ditegakkan demi menjaga kesehatan mental dan waktu pribadi.

Kamu bisa melatih diri dengan kalimat penolakan sederhana tapi sopan. Misalnya, “Maaf, aku gak bisa ikut karena ada hal lain yang harus diselesaikan,” atau “Terima kasih sudah mengajak, tapi kali ini aku gak bisa.” Dengan cara ini, kamu bisa menolak tanpa membuat orang lain merasa diremehkan.

Semakin sering kamu berlatih, semakin terbiasa kamu menyampaikan penolakan dengan tenang dan penuh hormat. Pada akhirnya, orang akan menghargai ketegasanmu daripada memanfaatkan kelembutanmu.

4. Sampaikan pesan dengan kalimat “aku” bukan “kamu”

ilustrasi sampaikan pesan (freepik.com/katemangostar)

Salah satu cara terbaik untuk bersikap asertif tanpa menyinggung adalah menggunakan kalimat yang berfokus pada dirimu sendiri. Dengan kalimat “aku” (I-statements), kamu menyampaikan apa yang kamu rasakan dan butuhkan tanpa menyalahkan orang lain.

Contohnya, daripada berkata “Kamu selalu bikin aku repot,” lebih baik ucapkan, “Aku merasa kewalahan kalau harus mengurus semuanya sendiri, jadi aku butuh bantuanmu.” Perbedaan kalimat ini mungkin terlihat kecil, tapi dampaknya besar karena lawan bicara gak merasa diserang.

Dengan begitu, pesanmu tetap sampai, tapi hubungan dengan orang lain bisa tetap terjaga baik. Kamu bisa menyuarakan kebutuhanmu tanpa menimbulkan konflik yang gak perlu.

5. Dengarkan orang lain dengan empati

ilustrasi dengarkan orang lain (freepik.com/freepik)

Asertif bukan berarti hanya fokus pada dirimu sendiri. Justru, keterampilan ini juga menuntutmu untuk bisa mendengarkan orang lain dengan penuh empati. Saat kamu mau memahami perspektif orang lain, komunikasi jadi terasa lebih seimbang dan harmonis.

Ketika seseorang menyampaikan pendapat, jangan langsung memotong atau menolak mentah-mentah. Dengarkan dulu dengan seksama, lalu sampaikan tanggapanmu dengan tenang. Dengan begitu, lawan bicara merasa dihargai meskipun pendapatmu berbeda.

Kemampuan mendengarkan ini membuatmu lebih mudah membangun kepercayaan dan hubungan yang sehat. Asertif yang baik selalu berjalan beriringan dengan rasa hormat kepada orang lain.

Menjadi asertif bukanlah tentang siapa yang lebih dominan dalam percakapan, melainkan tentang bagaimana menyampaikan kebutuhan dan pendapat dengan jelas, jujur, dan tetap menghargai orang lain. Dengan mengenali diri, berlatih komunikasi yang sopan, serta menambahkan empati dalam setiap interaksi, kamu bisa menjadi pribadi yang lebih tegas tanpa kehilangan sisi hangatmu. Pada akhirnya, sikap asertif ini akan membantumu membangun hubungan yang sehat sekaligus menjaga keseimbangan dalam hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team