Kamu pasti pernah ngerasa hidup terlalu penuh, terlalu berisik, dan kayak semuanya menuntut perhatian di waktu yang sama. Benda-benda numpuk, jadwal yang terus padat, sampai pikiran yang gak berhenti muter bikin hari kamu terasa sesak. Di kondisi seperti ini, wajar kalau kamu butuh ruang buat bernapas, meski cuma sedikit. Prinsip “less is more” muncul sebagai jalan tengah yang lebih manusiawi, bukan ekstrem, karena kamu gak dituntut buat buang semua barang atau hidup super minimalis. Kamu cuma diajak buat ngurangin hal-hal yang gak lagi relevan dan mulai nyimpen energi buat urusan yang benar-benar penting.
Filosofi ini fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Ketika kamu milih hal-hal yang bikin hidup lebih tertata mulai dari barang di kamar, aktivitas harian, sampai orang-orang yang kamu biarkan ada di sekitar kamu pelan-pelan kamu bakal ngerasa lebih ringan. Beban pikiran berkurang, waktu lebih terarah, dan energi kamu gak bocor ke hal-hal yang gak perlu. Semakin kamu menerapkan “less is more” dalam langkah-langkah kecil, semakin terasa damainya hidup karena kamu bisa ngatur ruang, waktu, dan pikiran dengan lebih sadar dan tenang.
