5 Faktor yang Menyebabkan Kamu Terlalu Mengharapkan Keberhasilan

Siapa sih yang tidak ingin sukses? Mimpi dan tujuan hidup adalah pemicu semangat untuk terus melangkah maju. Tapi, tahukah kamu bahwa ekspektasi tinggi untuk mencapainya bisa menjadi bumerang?
Pernahkah kamu merasa terbebani oleh target yang kamu pasang sendiri atau ekspektasi orang lain? Atau, kamu merasa kecewa dan frustasi saat targetmu tidak tercapai? Nah, hati-hati. Bisa jadi kamu termasuk yang terlalu mengharapkan kesuksesan.
Berikut adalah lima faktor yang mungkin menjadi penyebabnya. Yuk, simak!
1. Kurangnya keyakinan dalam proses

Kamu mungkin memiliki impian besar, tetapi tanpa keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat berkembang, usaha dan ketekunan menjadi kurang. Penting untuk percaya bahwa sukses adalah hasil dari kerja keras dan kegagalan yang berulang. Cerita tentang perjuangan menuju sukses dapat mengingatkan bahwa mencapai tujuan yang sulit adalah pekerjaan keras yang sering melibatkan banyak kegagalan.
Mengatur ekspektasi untuk pasang surut dalam belajar sebenarnya dapat membantu mempertahankan keyakinan akan kemungkinan sukses. Kita perlu melihat periode stagnasi dan bahkan regresi sebagai fase alami dalam proses pertumbuhan jangka panjang, bukan sebagai bukti ketidakmampuan kita.
2. Tidak memiliki rencana yang jelas

Memiliki harapan tinggi itu penting, tetapi harus diimbangi dengan cara untuk mencapainya. Tanpa rencana yang jelas, kamu mungkin merasa kebingungan tentang langkah selanjutnya yang harus diambil untuk mencapai tujuan. Harapan tinggi harus dipadukan dengan sarana untuk mencapainya.
Dalam serangkaian studi, ekonom Harvard Roland Fryer menemukan bahwa menawarkan siswa berprestasi rendah imbalan finansial untuk mencapai tujuan belajar, atau output, tidak efektif karena siswa sering tidak mengetahui “fungsi produksi pendidikan”. Anak-anak tidak tahu bagaimana cara mencapainya, dan studi lain menunjukkan bahwa memberi imbalan pada “input” pembelajaran memang memiliki dampak positif.
3. Kurangnya mekanisme umpan balik

Tanpa umpan balik, sulit untuk tetap termotivasi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Umpan balik yang konstruktif dapat membantu kamu melihat kemajuan dan mengatasi periode stagnasi. Fitbit dan perangkat kesehatan dan kebugaran lainnya menggunakan pelacakan kemajuan dan umpan balik untuk membantu pengguna tetap termotivasi.
Kemenangan kecil membuat kita terus maju, tetapi pertumbuhan biasanya bukan perjalanan yang mulus dan stabil. Beberapa langkah maju lebih mudah daripada yang lain. Kita perlu melihat periode stagnasi dan bahkan regresi sebagai fase alami dalam proses pertumbuhan jangka panjang, bukan sebagai bukti ketidakmampuan kita.
4. Pengaruh ekspektasi orang lain

Ekspektasi yang dimiliki guru atau orang tua dapat mempengaruhi cara kamu menetapkan tujuan dan usaha untuk mencapainya. Kamu mungkin merasa perlu memenuhi harapan tersebut, meskipun itu tidak selalu realistis. Hasil siswa sangat terkait dengan pola pikir orang dewasa, dan guru serta pemimpin di sekolah yang berprestasi tinggi cenderung memiliki serangkaian ekspektasi tinggi yang sama untuk sukses.
Hal ini selalu benar, tetapi mungkin lebih penting dari sebelumnya mengingat tantangan yang diciptakan oleh pandemi. Banyak siswa berurusan dengan kerugian belajar yang besar dan trauma emosional, dan orang dewasa yang peduli mungkin cenderung, bahkan dengan cara yang halus, untuk menurunkan standar dan melindungi siswa dari pekerjaan yang menantang.
5. Faktor-faktor eksternal

Faktor-faktor seperti gender, usia, atau etnisitas dapat mempengaruhi ekspektasi yang dibentuk oleh orang lain dan diri sendiri. Penting untuk menyadari bahwa faktor-faktor ini tidak seharusnya menentukan kemampuan seseorang untuk sukses. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mengenali ketika guru memiliki ekspektasi tinggi untuk mereka dan berkinerja lebih baik secara akademis ketika pendidik melakukannya.
Sebaliknya, ketika guru memiliki ekspektasi yang lebih rendah untuk beberapa siswa, ini berkorelasi dengan pencapaian akademis yang lebih rendah. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong budaya sekolah yang menentang prasangka rendahnya ekspektasi, termasuk bias terkait ras dan kelas dan membantu siswa menetapkan dan mencapai tujuan yang ambisius.
Memahami faktor-faktor ini membantumu menentukan ekspektasi yang realistis dan strategi yang efektif untuk meraih kesuksesan. Ingatlah, kesuksesan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Jangan biarkan ekspektasi tinggi menjadi beban yang menghambat langkahmu!