Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan sedang berjalan (pexels.com/pille-kirsi-222198)

Gaya hidup eco-minimalism merupakan gabungan antara gaya hidup ramah lingkungan dan minimalis. Gaya hidup ini bertujuan untuk menerapkan hidup yang sederhana dengan mengurangi konsumsi yang berdampak buruk bagi lingkungan. Eco-minimalism bisa menjadi solusi bagi individu atau kelompok yang ingin mengurangi jejak karbon dan gas emisi yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia.

Menerapkan gaya hidup eco-minimalism bukanlah hal yang sulit. Kamu harus terbiasa dengan hal-hal yang berkuantitas kecil, tetapi punya nilai yang berkualitas. Bagi kamu yang berminat menerapkan gaya hidup ini, kamu bisa memulainya dengan beberapa langkah berikut.

1.Mulai dengan membersihkan lemari

ilustrasi merapikan baju (pexels.com/n-voitkevich)

Cara sederhana memulai gaya hidup eco-minimalism adalah dengan menata pakaianmu yang ada di lemari. Pakaian menjadi kebutuhan primer, yang kadang-kadang secara tidak sadar kamu terlalu memilikinya secara berlebihan. Untuk itu, singkirkan pakaian-pakaian yang sudah lama tidak kamu gunakan.

Isilah lemari pakaianmu dengan baju-baju serbaguna dan benar-benar diperlukan. Belilah baju baru saat kamu benar-benar membutuhkannya. Dan saat kamu membeli baju baru, keluarkan satu baju lama. Mempunyai wardrobe yang minimalis sangat membantumu dalam mengurangi limbah fashion.

Jangan lupa untuk selalu mempertimbangkan kualitas dari pakaian saat membeli pakaian baru. Supaya lebih ramah lingkungan, pilihlah baju-baju yang berasal dari serat alami seperti katun atau daur ulang.

2.Beralih ke barang reusable dan ramah lingkungan

ilustrasi peralatan mandi (pexels.com/karolina-grabowska)

Hentikan atau kurangi penggunaan barang-barang sekali pakai, seperti plastik, tisu, peralatan makan, hingga peralatan mandi. Barang-barang yang didesain untuk pemakaian sekali hanya akan berakhir menjadi sampah yang menumpuk. Menggunakan barang-barang sekali pakai juga menjadikan pengeluaran semakin boros, karena harus rutin membeli barang baru.

Cobalah dengan membawa botol tumblr dan tas belanja saat keluar rumah. Cobalah juga untuk beralih ke pembalut yang lebih ramah lingkungan seperti pembalut kain atau menstrual cup. Usahakan untuk mengganti benda-benda sekali pakai yang sering kamu pakai dengan benda-benda reusable yang bisa kamu beli sekali saja.

Gaya hidup minimalis menekankan pada pengurangan konsumsi yang berlebihan. Beralih ke produk-produk reusable adalah langkah untuk mewujudkan gaya hidup eco-minimalism yang kamu inginkan.

3.Terapkan zero waste kitchen

ilustrasi memasak di dapur (pexels.com/august-de-richelieu)

Sampah makanan jadi isu lingkungan yang kita hadapi sehari-hari. Cobalah lihat ke dapurmu, mungkin saja secara tidak sadar kamu sudah berkontribusi penumpukan gas emisi karbon dari limbah makan. Maka dari itu, kamu perlu mengubah kebiasaanmu di dapur dengan menerapkan konsep zero waste kitchen.

Konsep zero waste kitchen bertujuan untuk mengurangi limbah makanan dari dapur, baik sisa makanan atau sisa bahan makanan. Pertama, buat meal preparation atau buat daftar menu makanan yang akan kamu masak dalam seminggu. Ini membantumu secara cepat menentukan bahan-bahan makanan apa saja yang akan dibeli.

Kedua, sediakan komposter dan tempat sampah khusus sisa makanan. Tempat sampah makanan akan menampung sisa sampah organik dari dapur. Dan komposter akan menjadi tempat mengurai dan mengompos sisa makanan organik. Komposter dan tempat sampah makanan akan mengurangi sampah makanan yang terbuang langsung ke TPA.

Bila kamu memiliki waktu luang, kamu bisa memulai hobi berkebun. Berkebun sangat membantumu menumbuhkan makanan secara mandiri di pekarangan rumah. Kamu juga bisa menjadikan kompos dari sisa makanan sebagai campuran media tanam.

4.Kurangi pemakaian energi secara signifikan

ilustrasi menonton televisi (pexels.com/cottonbro)

Energi baik air atau listrik menjadi konsumsi primer setiap manusia. Namun, kedua energi tersebut bukan berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Jadi, kita harus menghemat dan mengurangi pemakaian energi secara siginifikan.

Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti mematikan keran air saat tidak digunakan, mematikan alat elekronik ketika tidak dipakai, mematikan lampu saat matahari terbit, atau mandi menggunakan shower. Gunakan juga lampu-lampu LED yang lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang untuk penerangan di rumah.

Bila kamu memiliki budget lebih, kamu bisa mempertimbangkan untuk memasang panel surya di rumah. Tidak harus mengganti total listrik konvensional ke panel surya. Kamu bisa mencoba dengan membeli beberapa buah panel surya untuk digunakan di rumah, misalnya untuk mengoperasikan alat elektronik kecil atau menyalakan lampu.

5.Belanja kebutuhan secara sadar

ilustrasi berbelanja (pexels.com/mart-production)

Terakhir, mulailah untuk berbelanja secara sadar. Berbelanjalah sesuai dengan kebutuhan dan bukan karena gelap mata atau diskon besar-besaran semata. Membeli barang secara sadar berarti mempertimbangkan banyak hal, mulai dari prioritas, kebutuhan, hingga kualitas barang.

Selain itu, cobalah untuk membeli produk-produk lokal untuk mengurangi jejak karbon dari porses distribusi. Membeli produk lokal juga berarti menghidupkan perekonomian lokal. Teliti dulu sebelum berbelanja, ketahui rantai pasokan dari proses produksi dari barang yang akan kamu beli. Hindari barang-barang yang berasal dari proses yang paling banyak berdampak buruk bagi lingkungan.

Secara tidak langsung, menerapkan gaya hidup eco-minimalism berarti berkontribusi pada pelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup. Dalam praktinya, memulai gaya hidup ini juga membutuhkan komitmen dan kesungguhan yang luar biasa. Jadi, cobalah menerapkannya langkah demi langkah untuk mempermudahmu mewujudkan gaya hidup sederhana sekaligus ramah lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team