Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Sulitnya Menurunkan Gaya Hidup, Pasangan Gak Kooperatif

ilustrasi memilih sepatu (pexels.com/Alexandra Maria)
ilustrasi memilih sepatu (pexels.com/Alexandra Maria)

Punya niat mengubah gaya hidup dari mewah atau tinggi menjadi lebih sederhana merupakan hal baik. Segeralah memulainya. Jangan sampai niat ini selamanya hanya menjadi wacana. 

Perihal kesulitan ketika berusaha mengubah gaya hidup, ini memang kerap terjadi. Prosesnya jelas gak segampang saat dulu kamu mulai bergaya hidup mewah. Ada cara untuk mengatasi berbagai penyebab dari sulitnya menurunkan gaya hidup. Baca sampai habis dan lekas mulai perubahanmu.

1. Berada di tengah orang-orang yang bergaya hidup tinggi

ilustrasi teman-teman (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi teman-teman (pexels.com/Gustavo Fring)

Faktor pergaulan atau lingkungan ikut berperan besar dalam memengaruhi gaya hidupmu. Akan lebih mudah buat kamu berganti gaya hidup apabila dirimu menjauh dulu dari teman-teman yang bergaya hidup tinggi.

Sekadar jaga jarak saja, bukan memutuskan pertemanan. Sebagai gantinya, merapatlah pada teman-teman yang lebih sederhana. Juga cari tokoh-tokoh publik yang tetap bersahaja meski kaya raya sebagai panutanmu.

2. Malu kalau disangka jatuh miskin

ilustrasi membeli buah (pexels.com/Kamaji Ogino)
ilustrasi membeli buah (pexels.com/Kamaji Ogino)

Pilih yang mana, baru mau mengubah gaya hidup setelah bangkrut atau mencegah diri dan keluarga jatuh miskin dengan sejak sekarang meninggalkan kemewahan? Kalau sampai kamu terjerat berbagai masalah keuangan, dirimu yang menanggung beratnya beban itu. Orang lain biasanya cuma menonton dan mengomentari tanpa ada solusi.

Sedang soal orang-orang yang menduga kamu jatuh miskin lantaran kini terlihat lebih sederhana, biarkan saja. Dugaan mereka sama sekali tidak merugikanmu. Pemasukan atau saldo tabunganmu tak berkurang hanya karena kamu dikira jatuh miskin. 

3. Takut kalau menurunkan gaya hidup bikin kamu tambah susah kaya

ilustrasi teman belanja (pexels.com/Tim Douglas)
ilustrasi teman belanja (pexels.com/Tim Douglas)

Masih mending apabila gaya hidup yang serba mewah dianut oleh orang-orang yang asli kaya. Ada keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran mereka. Namun jika kamu berpikir bahwa mengerek gaya hidup itu langsung bikin kaya, ini yang keliru.

Bukannya makin kaya, gaya hidup yang jomplang banget dari kondisi finansialmu yang sebenarnya bakal bikin masalah keuanganmu kian banyak dan rumit. Tidak ada kekayaan yang diperoleh dengan membuang-buang uang atau utang sana sini. 

4. Sudah terbiasa menganut gaya hidup mewah

ilustrasi pria di mobil (pexels.com/Hassan OUAJBIR)
ilustrasi pria di mobil (pexels.com/Hassan OUAJBIR)

Ketika gaya hidup mewah telah mendarah daging dalam dirimu, menjadi lebih sederhana dan biasa-biasa saja akan terasa susahnya minta ampun. Begitu kamu menjajal gaya hidup yang berbeda, rasanya serba gak enak bahkan menurunkan kepercayaan dirimu.

Namun jika kamu sudah bertekad buat mengubah gaya hidup, bertahanlah. Kamu sebetulnya cuma perlu beradaptasi dengan gaya hidup yang baru. Lama-kelamaan kamu justru akan menemukan kenikmatan dan makna hidup dari gaya hidup yang lebih sederhana.

5. Pasanganmu gak kompak

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro)

Buat kamu yang sudah punya pasangan, menurunkan gaya hidup semestinya memang dilakukan bersama-sama. Apalagi kalau kalian telah menikah. Sikap tidak kompak akan menyulitkan perubahan gaya hidup.

Terlebih apabila pasangan menjadi kesal padamu. Cara yang berbeda dalam memandang gaya hidup dapat menjadi jurang yang memisahkan kalian. Oleh sebab itu, diskusikan dulu dengan pasangan tentang perlunya kalian mengubah gaya hidup.



Bergaya hidup sederhana atau sesuai kemampuan saja adalah cara paling gampang untuk menjalani hidup. Pun tidak ada yang tahu bagaimana situasi di masa depan.

Kalaupun sekarang uangnya ada, alangkah baiknya bila disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan di masa depan. Bukan dihabiskan buat bergaya hidup mewah yang berujung susah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us