5 Puisi Jokpin dalam Buku "Selamat Menunaikan Ibadah Puisi"

Joko Pinurbo atau akrab disapa Jokpin adalah salah satu penulis puisi atau penyair legendaris Indonesia. Ia berhasil menciptakan karya yang banyak dikagumi oleh pembacanya. Sudah banyak trofi yang ia peroleh dari karya-karyanya.
Ia berhasil menuliskan banyak puisi dengan gaya dan ciri khasnya. Biasanya, puisi yang dibuat oleh Jokpin bernada humor, ironi, dan selalu menyimpan pesan di dalamnya.
Salah satu buku yang ia tulis adalah Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. Buku ini berisi banyak kumpulan-kumpulan puisi terbaiknya dari tahun 90-an hingga saat ini. Inilah deretan puisi yang khas oleh Joko Pinurbo dalam bukunya Selamat Menunaikan Ibadah Puisi.
1. Cita-cita

Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
"Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya."
Puisi ini ditulis pada tahun 2003. Menceritakan tentang seseorang yang memiliki cita-cita sederhana dalam hidupnya saat dunia penuh akan keduniawian saja. Jokpin sangat lihai memainkan diksi-diksi pada puisinya. Pesan dalam puisi tersebut juga bisa tersampaikan kepada pembacanya.
2. Kepada uang

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh
senja-senjaku, yang jendelanya
hijau menganga seperti jendela mataku.
Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.
Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku, yang kakinya
lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
Puisi ini ditulis pada tahun 2006 oleh Joko Pinurbo. Rata-rata puisi Jokpin menyiratkan pesan di dalamnya, bahwa hidup ini yang diminta harusnya sederhana saja, asalkan cukup dan jiwa bahagia.
Seperti pada puisi di atas, uang adalah segalanya untuk sebagian orang. Bahkan, banyak manusia yang tergila-gila pada uang dan harus mengorbankan kesehatan badan hingga jiwanya sendiri. Wah, inspiratif juga, ya!
3. Maghrib

Di bawah alismu hujan berteduh
Di merah matamu senja berlabuh
Masih dengan diksi-diksi khasnya, Jokpin menulis puisi yang sederhana namun begitu indah. Puisi ini ditulis pada 2006 juga olehnya. Maghrib mengisyaratkan bagaimana indahnya langit ketika maghrib tiba. Karya Jokpin memang selalu berhasil bikin jatuh cinta, deh!
4. Doa malam

Tuhan yang merdu,
terimalah kicau burung
dalam kepalaku.
Puisi yang ditulis pada tahun 2012 oleh Jokpin ini sangat merepresentasikan perasaan semua orang. Puisi Doa Malam berisi tentang seseorang yang sedang berdoa mengenai segala masalah dalam hidupnya. "Terimalah kicau burung dalam kepalaku", sangat jelas menggambarkan masalah dalam kehidupan manusia setiap harinya.
5. Kepada puisi

Kau adalah mata, aku air matamu.
Puisi yang sederhana namun mengandung maknadalam, terutama untuk Jokpin sendiri. Karya ini merupakan gambaran bagaimana keterikatan seorang Joko Pinurbo dengan puisi. Ia tidak bisa lepas dari menulis puisi dalam hidupnya.
Oleh karena, momen tersebut diibaratkan seperti mata dan air mata yang selalu terikat. Puisi ini ditulis olehnya pada tahun 2003. Waw, sudah lama sekali namun diksi yang dipilih Jokpin masih abadi dan related dengan siapapun di masa kini.
Kelima puisi karya penyair legendaris Indonesia Joko Pinurbo di atas dapat kalian temukan dalam bukunya Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. Susunan kata-kata yang indah dan juga bernada humor, narasi, dan ironi akan selalu menjadi ciri khas Jokpin dalam berkarya. Kalau kamu sudah pernah baca puisi Jokpin yang mana?