ilustrasi ketenangan dan kebahagiaan (pexels.com/Irem Meric)
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan,” (Q.S Al Anbiya: 35).
Situasi yang terjadi akhir-akhir ini banyak orang menjadikan kehidupan sebagai sebuah ajang perlombaan. Banyak orang membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain. Seringkali kita merasa sebagai orang dengan beban terberat di dunia ini. Kita merasa iri dengan mereka yang mungkin diberikan nikmat berupa harta berlimpah, keluarga yang harmonis, pencapaian luar biasa, dan lain sebagainya.
Hal itu lantas membuat kita merasa sedih dan terpuruk dengan kehidupan yang kita miliki. Padahal, segala nikmat maupun cobaan pada dasarnya merupakan bentuk ujian. Setiap orang tengah berjuang dengan ujiannya masing-masing. Ada orang kaya yang diuji dengan masalah keluarga dan penyakit, ada pula keluarga harmonis yang diuji dengan masalah ekonomi.
Setiap orang memiliki perjalanan hidupnya masing-masing yang tidak sama. Oleh karena itu, sumber kebahagiaan bagi setiap orang pun juga berbeda-beda. Agar merasa tenang dan bahagia, kita harus berfokus menciptakan kebahagiaan menurut versi diri kita sendiri.
Perlu diingat pula bahwasanya dunia hanya sementara. Kebahagiaan kita sebagai seorang muslim ialah kebahagiaan yang kekal abadi di akhirat. Jika kita tidak bisa bahagia di dunia, pastikan bahwa kita akan bahagia di kehidupan selanjutnya.
Dari uraian di atas, dapat kita pahami bahwasanya mencapai ketenangan dan kebahagiaan tidak sesulit dan serumit yang kita bayangkan selama ini. Kunci ketenangan dan kebahagiaan terletak pada diri sendiri. Rasa tenang dan bahagia hadir dalam jiwa yang senantiasa dekat dengan sang Pencipta, berlapang dada, dan bersyukur atas segala apa yang terjadi.