5 Sikap Buruk yang Sering Dianggap Normal, Jangan Terus Dilakukan!

Sebagai manusia, sejak kecil kita diajarkan untuk bersikap baik dan menghindari perilaku buruk yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun, terkadang kita membiarkan emosi menguasai kita dan mulai melakukan hal buruk.
Banyak sikap buruk yang dinormalisasi oleh masyarakat karena telah dilakukan oleh banyak orang. Padahal hal ini seharusnya dihentikan agar tidak semakin banyak orang yang melakukannya. Kali ini, kita akan melihat apa saja sikap buruk yang banyak dianggap normal dan sebisa mungkin perlu kamu hindari.
1. Berbohong

Tidak ada yang tahu pasti kenapa orang berbohong, tetapi menurut laman Live Science, ini adalah hal yang umum dan berkaitan dengan faktor psikologis yang mendalam. Begitu orang merasa bahwa harga diri mereka terancam, mereka segera mulai berbohong pada tingkat yang lebih tinggi.
Menariknya lagi, berbohong itu tidak mudah. Sebuah penelitian berbasis komputer yang dilakukan oleh psikolog dari University of Southampton menyebutkan bahwa untuk berbohong, kita membutuhkan waktu 30 persen lebih lama daripada mengatakan yang sebenarnya.
Padahal, sudah jelas bahwa berbohong merupakan perbuatan tercela. Selain merugikan orang lain, tindakan ini menimbulkan lebih banyak kerugian pada pelakunya sendiri. Sebab, sekali berbohong, orang tersebut akan terus mengatakan kebohongan lainnya untuk menutupinya. Ini juga menimbulkan rasa bersalah dalam diri sendiri.
2. Bergosip

Bergosip adalah salah satu perilaku tercela yang dapat dengan mudah menjadi kebiasaan. Sayangnya, meskipun sadar bahwa ini adalah perbuatan negatif, banyak orang tetap mempertahankan kebiasaan ini.
Padahal, gosip menciptakan begitu banyak luka dan mengikis kepercayaan. Dibutuhkan latihan dan komitmen untuk keluar dari kebiasaan bergosip. Salah satu cara meninggalkannya adalah dengan lebih fokus pada kebaikan dalam diri orang atau situasi.
3. Melakukan manipulasi

Seorang manipulator menggunakan kecerdasan, pesona, atau keterampilan lain untuk membuat orang menyesuaikan diri dengan keinginan mereka. Banyak orang membenci dan akan menghindari tipe orang seperti ini. Namun, yang tidak disadari kebanyakan orang adalah saat mereka juga melakukan manipulasi halus.
Terkadang, mereka tidak secara sadar menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah bentuk manipulasi. Mereka hanya melihat perilaku ini sebagai sarana normal untuk mencapai tujuan. Ini yang membuat seorang manipulator bisa mempertahankan kebiasaan buruk ini untuk waktu yang sangat lama.
Keluar dari kebiasaan buruk ini melibatkan tingkat kesadaran diri yang cukup tinggi. Ini dimulai dengan merangkul rasa hormat yang jujur untuk orang-orang di sekitarmu.
4. Curang

Curang adalah sikap negatif yang dilakukan oleh banyak orang. Meskipun kebanyakan orang membenci perilaku curang yang serius, seperti selingkuh dan korupsi, tetapi banyak yang masih menormalisasi kecurangan yang dianggap ringan, seperti menyontek.
Alasan untuk berbuat curang bisa bermacam-macam, tergantung bentuk kecurangan yang mereka lakukan. Misalnya, menurut laman Live Science, ada dua alasan utama orang berselingkuh: mereka bosan dengan kehidupan seks mereka atau tidak bahagia dengan hubungan mereka.
5. Bullying

Bullying, baik yang dilakukan pada anak-anak, remaja, ataupun dewasa dapat meninggalkan luka mental yang tidak sepele. Menurut laman Live Science, perilaku bullying kerap kali bermula dari rumah. Anak yang terbiasa mengintimidasi saudara kandungnya di rumah cenderung menjadi pelaku bullying juga di sekolah.
Kebanyakan orang mampu mengidentifikasi bullying yang dilakukan secara terbuka dan dirasa parah, tetapi banyak yang tidak sadar telah melakukannya. Bullying yang dimulai dengan sangat kecil membuat orang tidak sadar dan akhirnya berlanjut menjadi semakin besar. Beberapa perilaku bullying yang dinormalisasi contohnya menghina influencer di media sosial atau cyberbullying, rasis, menyebarkan gosip di kantor, dan sebagainya.
Perbuatan buruk tetaplah buruk meskipun dilakukan oleh banyak orang. Perilaku yang kamu tunjukkan secara konsisten juga menjadi ukuran nyata dari karakter dan kedewasaanmu. Jadi, sudah saatnya untuk berkaca dan melihat kebenaran tentang cara kita berperilaku dan memperbaiki apa yang salah.