Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Intinya sih...

  • Kamu terjebak dalam penyesalan, sulit memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang wajar terjadi.

  • Kamu tiba-tiba ingin mengubah banyak hal dalam hidupmu secara impulsif dan tanpa perencanaan yang matang.

  • Kamu merasa tertekan oleh ekspektasi sosial, perbandingan dengan orang lain, dan muncul kecemasan akan waktu dan masa depan.

Pernah nggak, kamu merasa hidupmu tiba-tiba hampa, padahal dari luar semuanya kelihatan baik-baik saja? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami early midlife crisis, atau krisis paruh baya di usia muda.

Biasanya, krisis paruh baya terjadi saat seseorang berusia 40 sampai awal 50-an. Tapi nyatanya, kondisi ini juga bisa muncul lebih cepat yakni di akhir usia 20-an hingga awal 30-an.

Tanpa sadar, hal ini bisa memengaruhi keputusan penting dalam hidupmu, lho. Oleh karena itu, mengenali tanda-tandanya sejak awal sangat penting agar kamu tidak terjebak dalam masa krisis yang berlarut-larut ini. Yuk, simak artikelnya.

1. Kamu terjebak dalam penyesalan

potret menyesal (pexels.com/Timur Weber)

Kamu sering terpaku pada masa lalu dan terus mengingat hal-hal yang terasa salah atau menyakitkan. Alih-alih fokus pada langkah ke depan, kamu justru terjebak dalam penyesalan.

Rasanya, keputusan di masa lalu telah membentuk hidupmu sekarang dengan cara yang tidak kamu harapkan. Akibatnya, kamu jadi kecewa atau bahkan marah pada diri sendiri.

Rasa sesal itu bisa sangat menguras energi karena kamu terus menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang wajar terjadi. Kamu jadi sulit memaafkan diri sendiri dan terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu.

2. Kamu tiba-tiba ingin mengubah banyak hal dalam hidupmu

potret perempuan sendirian (pexels.com/PNW Production)

Kamu mungkin mendadak ingin resign dari pekerjaan, pindah kota, mencoba hobi baru, atau menjalin hubungan baru. Semua itu kamu lakukan secara impulsif, tanpa perencanaan yang matang.

Bahkan, keinginan tersebut muncul bukan karena benar-benar kamu butuhkan, tapi lebih karena dorongan emosional yang kuat. Kamu merasa ingin lari dari rutinitasmu yang terasa menyesakkan. 

Ada rasa mendesak untuk membuktikan bahwa kamu masih punya kendali atas hidupmu. Kamu berharap perubahan besar bisa mengusir rasa hampa yang terus membayangimu.

3. Kamu merasa tertekan oleh ekspektasi sosial dan perbandingan dengan orang lain

potret tertekan (pexels.com/Alex Green)

Ketika kamu melihat teman-teman seumuranmu tampak lebih berhasil, kamu sering kali merasa tertinggal dan kurang berarti. Perasaan itu makin kuat saat kamu melihat unggahan media sosial yang menampilkan hidup orang lain seolah sempurna.

Kamu jadi sering membandingkan hidupmu dan mulai bertanya-tanya, “Kenapa aku nggak bisa seperti mereka?” Padahal, sebenarnya kamu sudah punya banyak hal yang layak disyukuri. Sayangnya, rasa tidak aman dalam dirimu membuat semua itu terasa kurang. 

Tanpa sadar, muncul keinginan untuk bersaing, bukan demi tumbuh, tapi demi menutupi rasa rendah dirimu. Akhirnya, kamu bisa saja terdorong untuk mengambil keputusan tergesa-gesa hanya untuk terlihat berhasil di mata orang lain.

4. Muncul kecemasan akan waktu dan masa depan

potret cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Tiba-tiba kamu jadi merasa dikejar waktu, seolah-olah kamu harus segera mencapai sesuatu atau akan menyesal seumur hidup. Setiap usiamu bertambah, akan terasa seperti pengingat bahwa kamu belum cukup berhasil atau sudah ketinggalan jauh.

Pikiran ini membuatmu terus memikirkan masa depan, bahkan sampai terobsesi. Kamu merasa cemas akan hal-hal yang belum terjadi, tapi takut jika tidak segera bertindak. 

Akibatnya, kamu jadi sulit tidur, kehilangan fokus, dan tidak bisa menikmati momen saat ini. Kecemasan ini pun mulai mengganggu pekerjaan dan hubungan sosialmu.

5. Menjadi orang yang apatis

potret apatis (pexels.com/Liza Summer)

Bahkan, hal-hal yang dulu membuatmu bersemangat kini terasa hambar dan kehilangan daya tarik. Hobi yang dulu kamu nikmati tiba-tiba terasa membosankan.

Kamu mulai jarang bersosialisasi, bahkan menarik diri dari lingkungan tanpa tahu alasannya. Setiap aktivitasmu terasa berat, seperti kewajiban yang harus dijalani, bukan pilihan yang menyenangkan.

Merasakan perasaan ini bukan karena kamu malas, tapi karena ada kekosongan emosional yang belum kamu sadari. Kamu mungkin merasa hampa, tapi sulit menjelaskan alasannya. Kondisi ini bahkan bisa membuatmu kelelahan secara mental dan emosional, lho!

Early midlife crisis bisa menimpa siapa saja, bahkan kamu yang tampak paling tenang dan kuat sekalipun. Mengenali tandanya adalah langkah pertama menuju pemulihan dan pertumbuhan yang lebih sehat.

Jika kamu merasakan satu atau lebih tanda di atas, ingat, kamu tidak sendirian. Ceritakan apa yang kamu rasakan pada orang yang kamu percaya, atau jangan ragu mencari bantuan profesional, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team