Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Berusaha sebisa mungkin untuk menyenangkan hati tiap orang (Pexels.com/Tim Samuel)
Berusaha sebisa mungkin untuk menyenangkan hati tiap orang (Pexels.com/Tim Samuel)

Kamu pasti sering mendengar julukan ‘people-pleaser’. Sebenarnya, keinginan untuk menyenangkan hati orang, entah teman, sahabat, atasan, adalah hal yang lumrah. Namun keinginan hati untuk membuat semua orang bahagia itulah yang dapat membawa seseorang dalam masalah lebih besar.

Biasanya, keinginan tersebut berakar dari masalah seseorang dalam memandang keberhargaan diri sendiri. Mereka berpikir, bahwa berkata ‘ya’ pada semua orang dapat membuat mereka diterima dan disukai.

Tanpa disadari, lambat laun kebiasaan people-pleasing menjadi sebuah kebiasaan dalam hidup. Secara tak langsung pun, kamu mengijinkan orang lain untuk melakukan apapun yang mereka mau bahkan bila itu merugikan. Apakah kamu salah satu dari people-pleaser? Mari kita simak artikelnya.

1.Selalu setuju dengan pendapat orang lain

Berpura-pura antusias walau sebenarnya tidak (Pexels.com/cottonbro)

Perbedaan ialah hal yang lumrah. Perbedaan pendapat, pikiran, atau pendirian. Tidak apa-apa untuk menjadi berbeda. Namun, seorang people-pleaser cenderung mendekap perbedaan itu untuk dirinya sendiri. Atau lebih parah, mereka akan berpura-pura setuju pada opini orang lain hanya untuk membuat mereka bahagia.

Sayangnya, kebiasaan ini hanya akan merugikan diri sendiri. Selain membuatmu merasa tidak nyaman, kamu pun tidak akan pernah bisa melihat poin penting dalam prinsipmu pribadi.

2.Tidak bisa berkata 'tidak'

Seorang people-pleaser cenderung bimbang antara mengikuti kata hati atau justru menuruti permintaan orang lain (Pexels.com/Liza Summer)

Membantu orang lain adalah hal yang baik. Tetapi ingat, ada batas penting yang harus kamu tetapkan agar mereka tidak bersikap semena-mena terhadapmu.

Namun biasanya, seorang people-pleaser tidak bisa berdiri untuk dirinya sendiri. Mereka cenderung mengiyakan semua perkataan dan permintaan orang—bahkan meski itu membebani mereka.

3.Cenderung mengabaikan diri sendiri

Merasa sedih dan tertekan tapi tak mampu berkata pada siapa-siapa (Pexels.com/Kelly Lacy)

Fokus seorang people-pleaser ialah kebahagiaan orang lain. Maka mereka akan melakukan apapun untuk membuat orang-orang di sekitarnya menyukai mereka, tak peduli kendati itu melukai diri sendiri.

Tidak salah untuk peduli dan menyenangkan orang lain. Namun bagaimanapun, kamu tidak bisa mengorbankan kebutuhan diri sendiri. Harus tercipta keseimbangan yang pas di sana.

4.Sering memendam emosimu alih-alih jujur dan terbuka

Pada akhirnya kamu hanya dapat memendam semua emosimu sendiri (Pexels.com/Rafael Barros)

Ketika kamu sudah terbiasa untuk setuju pada perkataan semua orang, menuruti apa yang mereka mau, dan mengabaikan keinginan diri sendiri, secara tidak sadar kamu sedang mengenakan topeng penuh senyuman tanpa benar-benar tersenyum.

Kamu tidak jujur dengan dirimu sendiri dan orang lain. Dalam berinteraksi pun, kamu cenderung memendam emosimu alih-alih jujur dan terbuka dengan orang lain. Namun pertanyaannya, apa benar-benar bermanfaat untuk membuat semua orang bahagia kala kamu sendiri tidak menikmatinya?

5.Memiliki kepercayaan diri yang rendah

Kamu tidak pernah memandang baik dirimu sendiri (Pexels.com/Anete Lusina)

Penyebab utama seseorang menjadi ‘people-pleaser’ ialah adanya konsepsi atau pandangan yang salah tentang keberhargaan dirinya. Mereka selalu membutuhkan dukungan dan validasi dari orang lain untuk yakin bahwa diri mereka benar-benar berharga.

Bahkan terkadang, mereka percaya orang-orang hanya menyukai mereka sebab mereka ‘berguna’. Ini pun yang membuat people pleaser takut dengan kegagalan dan penolakan.

 

Itulah kelima tanda seorang people pleaser. Berbuat baik dan peduli pada orang lain ialah sikap mulia, tetapi jangan sampai kita mengabaikan kebutuhan diri sendiri karena obsesi untuk menyenangkan mereka. Kamu pun berharga, kamu pun layak bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team