Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi people pleaser
ilustrasi people pleaser (freepik.com/ benzoix)

Dalam hubungan sosial, keinginan untuk disukai dan diterima orang lain adalah hal yang wajar. Tapi kalau kamu selalu berusaha membuat semua orang senang sampai mengorbankan diri sendiri, bisa jadi kamu termasukpeople pleaser . Orang dengan kebiasaan ini cenderung sulit bilang tidak, takut dianggap egois, dan sering menekan perasaannya demi menjaga suasana tetap baik. Sekilas terlihat seperti bentuk kebaikan, tapi kalau terus dilakukan, hal ini bisa bikin kamu kelelahan secara emosional.

Menjadi orang yang peduli itu penting, tapi kamu juga berhak punya batasan. Gak semua hal harus kamu setujui, dan gak semua orang harus kamu buat bahagia. Belajar berhenti jadi people pleaser bukan berarti kamu jadi acuh, tapi kamu mulai menempatkan diri dengan lebih sehat. Yuk, kenali tanda-tandanya dan pelan-pelan belajar cara lepas dari kebiasaan ini.

1. Kamu sulit menolak permintaan orang lain

ilustrasi sulit menolak permintaan orang lain (freepik.com/ katemangostar)

Salah satu tanda paling jelas dari seorang people pleaser adalah rasa gak enak untuk bilang “tidak.” Bahkan ketika kamu sedang lelah, sibuk, atau sebenarnya gak mau, kamu tetap mengiyakan permintaan orang lain. Kamu takut kalau menolak, orang itu akan kecewa atau menganggapmu egois. Akhirnya, kamu sering menumpuk tanggung jawab yang seharusnya bisa kamu tolak.

Masalahnya, kebiasaan ini bisa bikin kamu kehilangan kendali atas waktu dan energi sendiri. Semakin sering kamu mengorbankan kebutuhanmu demi orang lain, semakin besar risiko kamu merasa stres atau burnout. Orang lain pun jadi terbiasa mengandalkanmu tanpa sadar bahwa kamu sebenarnya kewalahan.

Belajar menolak bukan berarti kamu jahat atau gak peduli. Justru itu bentuk rasa hormat terhadap dirimu sendiri. Mulailah dengan menolak hal-hal kecil dulu, dan biasakan untuk berkata “aku gak bisa sekarang” dengan tenang. Lama-lama, kamu akan terbiasa menetapkan batas tanpa rasa bersalah.

2. Kamu takut membuat orang lain kecewa

ilustrasi takut membuat orang lain kecewa (freepik.com/ wavebreakmedia_micro)

People pleaser sering merasa cemas kalau harus menghadapi reaksi negatif dari orang lain. Kamu mungkin selalu berusaha bicara dengan cara yang menyenangkan, menghindari konflik, atau menyesuaikan diri supaya gak ada yang marah. Di balik itu semua, ada rasa takut ditolak atau gak disukai yang sangat kuat.

Padahal, membuat orang lain kecewa adalah hal yang gak bisa kamu hindari sepenuhnya. Setiap orang punya ekspektasi dan pandangannya sendiri. Kalau kamu terus mencoba memenuhi semuanya, kamu justru kehilangan keaslian diri. Menyenangkan semua orang hanya akan bikin kamu lelah dan gak pernah benar-benar puas.

Mulailah menerima bahwa kamu gak bisa mengontrol perasaan orang lain. Fokuslah untuk jadi versi dirimu yang jujur dan tulus. Orang yang benar-benar menghargaimu akan tetap tinggal, bahkan ketika kamu gak selalu menuruti keinginan mereka.

3. Kamu sering menekan perasaan sendiri demi menjaga suasana

ilustrasi berbicara pada diri sendiri (freepik.com/ ArthurHidden)

Berapa kali kamu pura-pura setuju hanya supaya gak memperpanjang masalah? Atau tersenyum padahal di dalam hati kamu kesal? Ini salah satu kebiasaan umum people pleaser yang terlihat kecil tapi berdampak besar. Kamu menekan emosi sendiri karena takut dianggap rewel atau drama.

Kalau dilakukan terus-menerus, kamu bisa kehilangan koneksi dengan perasaanmu sendiri. Kamu jadi gak tahu apa yang benar-benar kamu mau, karena terlalu sering memprioritaskan reaksi orang lain. Ini juga bisa memicu rasa frustasi atau bahkan ledakan emosi di kemudian hari.

Coba mulai dengan berani jujur pada diri sendiri dulu. Kamu boleh merasa kecewa, marah, atau sedih. Setelah itu, pelan-pelan belajar menyampaikan perasaanmu tanpa harus merasa bersalah. Komunikasi yang jujur jauh lebih sehat daripada terus berpura-pura baik-baik saja.

4. Kamu mencari validasi dari pujian orang lain

ilustrasi mencari validasi dari pujian orang lain (freepik.com/ katemangostar)

People pleaser sering menilai dirinya berdasarkan seberapa banyak orang lain menyukai atau memujinya. Kalau orang lain senang, kamu merasa berharga. Tapi kalau gak ada yang berterima kasih atau mengapresiasi, kamu jadi merasa gagal. Ketergantungan pada validasi eksternal ini bisa bikin kamu terus-menerus butuh pengakuan.

Masalahnya, kebahagiaan yang bergantung pada reaksi orang lain gak akan pernah stabil. Kamu akan terus merasa cemas setiap kali gak mendapatkan respon positif. Padahal, nilai dirimu gak bisa diukur dari seberapa banyak kamu disukai.

Mulailah membangun validasi dari dalam diri sendiri. Rayakan pencapaianmu, sekecil apa pun itu, tanpa harus menunggu pujian. Saat kamu tahu nilai dirimu tanpa harus dibandingkan dengan penilaian orang lain, kamu akan merasa jauh lebih tenang dan percaya diri.

5. Kamu merasa bersalah setiap kali memprioritaskan diri sendiri

ilustrasi merasa bersalah (freepik.com/freepik)

Salah satu ciri kuat people pleaser adalah rasa bersalah ketika menolak sesuatu atau memilih untuk istirahat. Kamu merasa egois saat gak membantu orang lain, padahal kamu sendiri sedang kelelahan. Rasa bersalah ini muncul karena kamu terbiasa menilai kebaikan dari seberapa banyak kamu memberi, bukan dari seberapa sehat kamu menjaga diri.

Padahal, memprioritaskan diri sendiri bukan berarti kamu berhenti peduli. Justru, dengan menjaga keseimbangan antara memberi dan menerima, kamu bisa hadir dengan lebih tulus untuk orang lain. Energi yang terisi dengan baik bikin kamu gak mudah stres atau merasa terpaksa saat membantu.

Coba ubah pola pikir dari “aku harus” jadi “aku mau.” Lakukan sesuatu karena kamu benar-benar ingin, bukan karena takut membuat orang lain kecewa. Dengan begitu, kamu bisa tetap baik tanpa kehilangan kendali atas hidupmu sendiri.

Berhenti jadi people pleaser bukan tentang berubah jadi orang yang cuek, tapi tentang belajar menghargai diri sendiri sama besar dengan kamu menghargai orang lain. Gak apa-apa kalau kamu gak bisa menyenangkan semua orang yang penting, kamu hidup dengan jujur dan nyaman dengan pilihanmu. Kadang, batas yang kamu buat bukan tanda menjauh, tapi bentuk kasih sayang untuk menjaga versi terbaik dari dirimu tetap utuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team