Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi berbincang (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • ENFP cenderung mengalihkan perhatian dengan hal-hal positif saat teman sedang berduka atau marah, mengabaikan validasi perasaan yang dibutuhkan.

  • ESFJ takut membahas hal negatif demi menjaga perdamaian, sering menunda pembicaraan masalah yang sebenarnya perlu dibicarakan.

  • ISFJ panik dan berusaha menenangkan orang lain dengan kalimat positif karena terlalu khawatir melihat orang lain menderita.

Pernah gak sih kamu merasa dipaksa untuk selalu terlihat bahagia, padahal dalam hati lagi sedih atau marah? Atau malah kamu yang sering bilang "positive vibes only" ke orang lain yang lagi curhat? Nah, bisa jadi kamu lagi mengalami atau bahkan menyebarkan toxic positivity.

Toxic positivity adalah sikap yang memaksa seseorang untuk selalu berpikir positif, bahkan dalam situasi yang memang layak untuk dirasakan secara negatif. Bedanya dengan optimisme sehat, toxic positivity justru mengabaikan dan menolak emosi negatif yang sebenarnya normal dan penting untuk dirasakan.

Yang menarik, berdasarkan karakteristik kepribadian MBTI, ada beberapa tipe yang cenderung lebih rentan terhadap pola pikir ini. Yuk, simak lima tipe MBTI yang paling sering terjebak dalam toxic positivity!

1. ENFP

ilustrasi teman (pexels.com/Marcus Aurelius)

ENFP dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan optimis. Mereka punya keinginan besar untuk membuat orang lain bahagia dan menciptakan harmoni di sekitarnya. Sayangnya, sifat ini bisa jadi bumerang ketika mereka terlalu memaksakan kebahagiaan pada diri sendiri dan orang lain.

Ketika ada teman yang sedang berduka atau marah, ENFP cenderung langsung menawarkan solusi atau mencoba mengalihkan perhatian dengan hal-hal positif. Mereka mungkin bilang "Jangan sedih terus, kan masih ada hal baik lainnya" tanpa benar-benar mendengarkan keluh kesah orang tersebut. Padahal, kadang yang dibutuhkan orang lain adalah validasi perasaan, bukan solusi instan.

2. ESFJ

ilustrasi teman (unsplash.com/Crosby Hinze)

ESFJ adalah tipe yang sangat peduli dengan harmoni sosial. Mereka akan melakukan apapun untuk menghindari konflik dan memastikan semua orang merasa nyaman. Karakteristik ini membuat mereka rentan terhadap toxic positivity karena mereka takut mengakui atau membahas hal-hal negatif yang bisa merusak suasana.

Ketika ada masalah dalam keluarga atau pertemanan, ESFJ cenderung menekan perasaan negatif mereka sendiri demi menjaga perdamaian. Mereka juga sering meminta orang lain untuk "move on" atau "berpikir positif" ketika situasi belum sepenuhnya terselesaikan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya perlu dibicarakan malah terus tertunda.

3. ISFJ

ilustrasi teman (pexels.com/RDNE Stock project)

ISFJ punya naluri alami untuk melindungi dan merawat orang-orang di sekitarnya. Mereka sangat sensitif terhadap perasaan orang lain dan akan berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Namun, sifat ini bisa berubah menjadi toxic positivity ketika mereka terlalu khawatir dengan dampak emosi negatif.

Ketika seseorang mengekspresikan kemarahan atau kekecewaan, ISFJ mungkin langsung panik dan berusaha menenangkan dengan kalimat-kalimat seperti "Sudah, jangan dipikirkan lagi" atau "Lihat sisi baiknya aja". Mereka melakukan ini bukan karena gak peduli, tapi justru karena terlalu peduli sampai takut melihat orang lain menderita.

4. ESFP

ilustrasi teman (pexels.com/Thirdman)

ESFP adalah jiwa pesta yang selalu ingin menciptakan suasana fun dan menyenangkan. Mereka punya energi positif yang menular dan kemampuan untuk menghibur orang lain. Tapi, sifat ini bisa jadi masalah ketika mereka gak bisa menghadapi emosi-emosi yang lebih berat.

Ketika dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan keseriusan atau empati mendalam, ESFP cenderung mencoba mengalihkan perhatian dengan humor atau aktivitas yang menyenangkan. Mereka mungkin bilang "Ayo jangan sedih, kita jalan-jalan aja" atau "Hidup ini pendek, jangan buang waktu untuk hal negatif". Meskipun niatnya baik, pendekatan ini bisa membuat orang lain merasa perasaannya gak dihargai.

5. ENFJ

Ilustrasi teman (pexels.com/RDNE Stock project)

ENFJ adalah pemimpin alami yang punya visi kuat tentang potensi setiap orang. Mereka percaya bahwa semua orang bisa berubah menjadi lebih baik dan sering berperan sebagai motivator atau mentor. Sayangnya, kepercayaan ini bisa berubah menjadi toxic positivity ketika mereka terlalu memaksa orang lain untuk "bangkit" sebelum siap.

Ketika ada orang yang sedang mengalami fase sulit, ENFJ cenderung langsung memberikan pep talk atau motivasi yang intens. Mereka mungkin bilang "Kamu pasti bisa melewati ini" atau "Ini semua pasti ada hikmahnya" tanpa terlebih dahulu memberikan ruang untuk orang tersebut memproses emosinya. Akibatnya, orang yang sedang terpuruk malah merasa tertekan karena dipaksa untuk segera pulih.

Kalau kamu merasa tipe kepribadianmu termasuk dalam daftar di atas, jangan khawatir. Yang penting adalah kesadaran untuk berubah. Mulailah dengan belajar mendengarkan tanpa langsung memberikan solusi, validasi perasaan orang lain, dan terima bahwa emosi negatif itu normal dan penting untuk dirasakan. Yuk, mulai praktikkan empati yang lebih dalam dan beri ruang untuk semua jenis emosi dalam hidupmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team