Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan bertengkar (freepik.com/kamranaydinov)
ilustrasi pasangan bertengkar (freepik.com/kamranaydinov)

Intinya sih...

  • Puasa bisa memicu emosi lebih gampang naik
  • Empati dan pahami kondisi pasangan saat lapar atau lelah
  • Hindari berdebat di jam kritis, gunakan komunikasi yang tenang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu merasa pasangan jadi lebih sensitif saat puasa? Hal-hal kecil bisa memicu pertengkaran, bahkan topik sepele pun bisa jadi besar. Wajar sih, karena menahan lapar dan haus memang bisa bikin emosi lebih gampang naik.

Daripada ikut terpancing, lebih baik cari cara buat meredam emosinya. Hubungan jadi lebih adem, puasamu pun tetap lancar tanpa drama. Yuk, simak lima tips ampuh biar suasana tetap harmonis selama Ramadan!

1. Pahami bahwa emosi bisa dipengaruhi kondisi fisik

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@alex green)

Ketika seseorang lapar dan lelah, emosinya bisa lebih sulit dikendalikan. Gula darah menurun, energi berkurang, dan ini bisa bikin seseorang lebih gampang tersinggung. Makanya, jangan langsung kesal kalau pasangan tiba-tiba moody atau mudah marah.

Coba pahami bahwa ini bukan soal kamu, tapi reaksi alami tubuhnya. Dengan mengerti penyebabnya, kamu bisa lebih sabar dan gak ikut terpancing. Empati jadi kunci utama buat menjaga hubungan tetap adem saat puasa!

2. Pilih waktu yang tepat untuk berbicara

ilustrasi pasangan mengobrol (pexels.com/@shvets production)

Ngobrol serius saat pasangan lagi lemas atau lapar bisa berakhir dengan adu argumen. Emosi lebih mudah meledak ketika tubuh sedang dalam kondisi kurang energi. Jadi, hindari membahas hal penting di jam-jam kritis seperti menjelang berbuka.

Sebaliknya, cari waktu yang lebih santai seperti setelah sahur atau tarawih. Saat itu, kondisi fisiknya lebih stabil dan pikirannya lebih jernih. Dengan begitu, komunikasi bisa berjalan lebih lancar tanpa risiko salah paham.

3. Jangan balas emosi dengan emosi

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@timur weber)

Saat pasangan mulai kesal atau menunjukkan tanda-tanda emosi, jangan ikut terpancing. Respon yang emosional justru bisa memperburuk keadaan dan memicu konflik lebih besar. Sebaiknya, tarik napas dalam-dalam dan tetap tenang menghadapi situasi.

Gunakan nada suara yang lembut dan kata-kata yang menenangkan. Kalau perlu, beri waktu agar dia bisa meredakan emosinya dulu sebelum bicara lagi. Dengan begitu, hubungan tetap harmonis tanpa harus ada pertengkaran yang gak perlu.

4. Alihkan perhatian dengan hal yang menenangkan

ilustrasi pasangan berjalan kaki di taman (pexels.com/@leah-newhouse)

Kadang, emosi muncul karena stres atau kejenuhan selama puasa. Daripada berdebat, coba alihkan perhatiannya ke hal lain yang lebih menyenangkan. Misalnya, ajak jalan sore sebelum berbuka atau tonton sesuatu yang ringan dan menghibur.

Aktivitas kecil seperti ini bisa membantu menenangkan pikiran dan meredakan emosi. Selain itu, kebersamaan ini juga bisa mempererat hubungan selama Ramadan. Jadi, gak ada lagi drama gara-gara emosi yang gak terkendali!

5. Ingatkan kembali makna puasa

ilustrasi pasangan mengobrol (freepik.com/freepik)

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga mengendalikan emosi. Kalau pasangan mulai terbawa emosi, ingatkan dengan cara yang halus. Bukan dengan menyalahkan, tapi dengan mengajak untuk refleksi bersama.

Misalnya, ajak berdiskusi tentang kesabaran dan makna Ramadan. Dengan begitu, dia bisa menyadari sendiri pentingnya menahan emosi. Saling mengingatkan dalam kebaikan bikin hubungan makin kuat dan berkah selama puasa!

Menjaga emosi pasangan saat puasa memang butuh kesabaran ekstra. Tapi dengan memahami, memilih waktu yang tepat, dan tetap tenang, konflik bisa dihindari. Yuk, jadikan Ramadan sebagai momen mempererat hubungan, bukan malah sebaliknya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team